Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kiai Tempe

26 Juli 2020   21:50 Diperbarui: 26 Juli 2020   22:39 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi buta, Ibu jualan tempe. Hasil jualan dibelikan kacang kedelai. Siang dipilih/ dipisahkan dengan kotoran. Sore, kacang kedelai direndam. Tengah malam, biasanya diatas jam satu dinihari, Bapak mengilas kacang kedelai. Lanjut memberi ragi dan mencetaknya jadi tempe. Sebelum Subuh, tempe yang difermentasi satu hari sebelumnya, diiris. Disiapkan di tobos (keranjang sepeda angin). Siap dijajakan setelah mengaji bakda Subuh. Aktivitas tersebut, dilakukan di sela-sela jadwal pengajian rutin, dan berkebun.

Bapak dan Ibu. Sumber foto: koleksi keluarga
Bapak dan Ibu. Sumber foto: koleksi keluarga

Bapak memiliki jadwal rutin. Bakda Asar dan Subuh, membaca Fathul Qarib dan Tafsir Jalalain. Bakda Zuhur, Hadis Bukhori. Bakda Magrib, tadarus Al Quran. Bakda Isya, Nahwu Jurumiyah. Diatas jam 21:00 WIB, Nahwu Alfiyah Ibnu Malik dan Shorof. Belum jadwal pengajian di luar pesantren.

Jadwal berkebun, setelah sarapan, sekitar pukul 07:15 WIB hingga menjelang Zuhur, pukul 10:45 WIB. Bakda makan siang (setelah mengaji Bukhori) hingga menjelang jemaah Asar, pukul 15:30 WIB. Begitu padatnya jadwal Bapak. Membayangkan beliau, tentu lelah.

Maklum, sesekali tempe gagal karena ilasan kaki Bapak kurang maksimal. Ini pernyataan Ibu, ketika kami bertiga bercakap-cakap. Ibu memang terkadang menggoda Bapak. Begitupun sebaliknya. Aku merasakan betapa mesranya mereka berdua, hingga akhirnya ajal yang memisahkan.

Memperhatikan apa yang dilakukan Bapak, pengurus berinisiatif. Santri dipiket mengisi bak mandi keluarga. Alhamdulillah berhasil, meski kadang-kadang ada yang teledor.

Aku pribadi berniat membantu urusan per-tempe-an. Untuk lebih meringankan beban Bapak dan Ibu.

Sekitar jam 02:00 WIB, diam-diam aku menuju sumur keluarga. Bapak sedang "berjoget". Menginjak-injakkan kaki pada setengah karung kacang kedelai. Tentu basah dan dingin. Aku memberanikan diri, menawarkan tenaga.

"Pak, ngapunten. Kulo rencangi." Aku menyampaikan niatku.

"Direwangi opo Nal?" Bapak balik bertanya.

"Inggih nimbo, nopo ngiles-ngiles." Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun