Mereka tidak hanya merenovasi bangunan, tetapi juga meresapi sejarahnya dengan kehidupan baru yang penuh kreativitas.
Cirebon dan Jakarta, dua kota yang memeluk erat jejak sejarah kolonial.
Keduanya mengundang kita untuk merenung, bertanya-tanya, dan memahami bagaimana masa lalu dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Cirebon, Kota yang Menyimpan Makna dalam Setiap Jengkalnya
Dalam setiap jengkal Cirebon, kita menemukan kekayaan sejarah.
Keraton Kasepuhan, pusat kebudayaan dan tradisi, adalah peninggalan megah yang menggambarkan gemerlapnya kehidupan di masa lalu. Bersama dengan Keraton Kanoman, mereka menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan keunikan budaya Cirebon.
Pasar Kanoman, dengan bangunan-bangunan kayu tua yang mengelilinginya, mengajak kita menyelami ritme kehidupan sehari-hari di masa kolonial.
Di tengah keramaian pedagang dan pembeli, kita dapat merasakan bagaimana bangunan-bangunan ini menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Jakarta, Kota yang Merangkul Masa Lalu dengan Kreativitas
Kota Tua Jakarta, seringkali disebut sebagai kawasan "Oud Batavia," adalah laboratorium eksperimen sejarah.
Bangunan-bangunan tua yang mendominasi sekitar ini, seperti Museum Fatahillah dan Museum Wayang, membawa kita kembali ke masa lalu dengan sentuhan modernitas.
Gedung-gedung ini seakan-akan bicara, menceritakan riwayat panjang kota ini dari sudut pandang yang berbeda.
Di antara lorong-lorong sempit, kita menemukan Pos Bloc yang menjalani metamorfosis dari kantor pos menjadi ruang kreatif anak muda.