Maka itu, berkaca pada sikap toleransi Nabi Muhammad SAW, kita umat muslim sebaiknya menjadikan humor sebagai bagian tak terpisahkan dari interaksi sosial sehari-hari dimana kita hidup.
Dan yang begitu itu, sebenarnya sudah lama berjalan di lingkungan warga NU pada umumnya dan dikalangan para santri khususnya. Coba amati, pada setiap kegiatan kumpul-kumpul kaum nadhliyin dan santri pasti di warnai gelak tawa.
Itu artinya, humor di anggap penting. Menyimak hasil penelitian oleh Psychological Association Amerika (2019) ditemukan fakta. Bahwa humor dapat membantu memperbaiki mood, mengurangi kecemasan, menaikkan rasa bahagia dan kepuasan.
Dan ternyata, di lingkungan sosial islam soal pentingnya humor tak perlu dipertanyakan lagi. Ini terungkap dari sejarah perjalanan hidup dan tradisi yang di lakoni oleh Nabi Muhammad SAW. Dan di Indonesia pada masa sekarang, terpatri dari kebiasan warga NU dan santri.
Anda tahu Gus Baha atau KH. Bahauddin Nursalim..? Itu loh tokoh muda NU, santri KH. Maimun Zubeir, seorang ulama yang alim allamah. Juga hafal quran, yang menurut saya  layak di sebut mufassir abad ini, merupakan salah satu contoh.
Pada setiap ceramah beliau yang mencerahkan senantiasa di selingi humor menyegarkan. Hingga meskipun materi ceramah yang dibawakan cukup berat, tetap terasa ringan saat di terima oleh para audien
Kini muncul ide untuk penetapan hari komedi. Menurut saya, ini ide layak di dorong. Demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang penuh humor dan riang gembira. Meskipun sedang berada di tengah-tengah situasi panas macam pemilu yang baru saja usai.
Bahkan kalau perlu, pemerintah manjadi fasilitator. Endorse itu beragam kegiatan stand up komedi yang di laksanakan oleh beberapa kalangan non formal. Kalau perlu, sekalian di support dukungan anggaran.
Kembali ke tradisi humor jaman islam awal. Ini ada pengalaman menggelikan yang juga menimpa Nabi Muhammad SAW. Adalah seorang sahabat bernama Nu’aiman. Ini sahabat terkenal agak tengil. Tapi Nabi SAW suka pada Nu’aiman.
Suatu ketika, Nabi SAW dan beberapa sahabat sedang duduk-duduk di satu tempat. Tiba-tiba Nu’aiman datang membagikan beberapa makanan. Nabi dan sahabatpun senang. Dari tadi cuma bicara saja, kini ada sesuatu yang bisa di nikmati. Nu’aiman juga makan bareng.
Habis makanan disantap, lalu Nu’aiman pergi. Dilalah tak berapa lama Nu’aiman datang lagi. Kali ini muncul bersama seseorang. Nabi dan sahabat heran. Ada apa ini Nu’aiman kok bolak-balik datang pergi tanpa pamit.