Mencari dana secara instan memang di pinjol jawabannya. Hanya saja, agar tidak bermasalah dikemudian hari, bahkan pernah ada kasus hingga bunuh diri, perlu dipikir masak-masak soal pengembaliannya.
Mahasiswa yang kepepet bayar UKT, saya kira tak masalah menggantungkan nasib kepada pinjol. Dengan syarat, uang yang awalnya hendak dibayarkan UKT memang betul-betul ada, namun terlambat dikirim.
Artinya, mahasiswa sebenarnya punya uang. Cuma belum cair ketika dibutuhkan. Maka untuk sementara waktu, dipakailah pinjol. Hingga biaya UKT dapat diselesaikan. Lalu diri sendiri bisa konsentrasi penuh menghadapi mata kuliah.
Tapi kalau mahasiswa senyatanya tak punya uang, dalam arti memang tidak ada cadangan untuk bayar pinjaman, sebaiknya mahasiswa tak memaksakan diri berurusan dengan pinjol. Cari jalan lain saja.
Maksa, bisa tersiksa lahir batin. Akibat di telpon tiap detik oleh penagih. Tidak kunjung henti lagi. Maka dapat dimaklumi, kalau masalah utama dalam pinjol adalah soal cara penagihan. Berkaca dari beberapa kasus yang pernah terjadi, kadang disertai ancaman.
Juga bunga yang amat mencekik. Jika di kalkulasi secara total, jauh lebih tinggi dibanding Bank konvensioal. Ternyata, dibalik kemudahan dan kecepatan pinjol, terselip potensi meresahkan. Yang membuat peminjamnya justru merasa tersiksa.
Topik Pilihan Kompasiana 31 Januari 2024 menyajikan info tentang solusi biaya UKT diluar negeri mirip pinjol. Memakai konsep yang diberi nama student loan. Mahasiswa bayar UKT dengan cara mencicil.
Pikiran saya, mengapa tidak kita coba cara tersebut. Tentu harus dibarengi penyempurnaan dan penyesuaian konsep yang di selaraskan dengan kondisi yang terjadi di negara kita. Apa yang ada di student loan luar negeri perlu di modifikasi.
Misal soal ketersediaan dana yang terbatas. Memang benar, pihak kampus bisa saja untuk sementara waktu menutupi biaya kuliah mahasiswa. Tapi darimana uangnya..? Intinya, kampus tidak cukup memiliki kemampuan buat kasih talangan UKT kepada mahasiswa.
Maka disitulah cara student loan macam luar negeri itu dapat dilirik. Namun tidak menggunakan dana kampus. Tetapi punya pinjol atau Bank konvensional. Ya benar, dua lembaga pembiayaan ini diajak kerjasama buat keberhasilan pendidikan mahasiswa.
Namun pasti ada masalah. Pinjol yang menerapkan prinsip cepat dan mudah, terkendala reputasi. Keberadaan pinjol meresahkan. Sementara di Bank konvensional, muncul problem birokrasi dan kepastian. Prosesnya ribet dan belum tentu langsung disetujui.