Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Bagaimana Menyikapi Alat Peraga Kampanye Bermasalah?

19 Januari 2024   13:16 Diperbarui: 20 Januari 2024   08:08 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas Satpol PP mencopot alat peraga kampanye yang melanggar aturan di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta, Jumat (5/1/2024). Foto: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Tapi bagi yang ngotot, macam suami caleg yang ribut dengan Pak Makrahim Simamora pemilik kios di Medan, tanpa ampun spanduknya langsung kita turunkan. Mau protes biarkan saja. Hendak di bawa ke ranah hukum, silahkan. Wong kita benar kok.

Tindakan tegas serupa diberlakukan pula buat caleg pemilik spanduk yang tak bisa di hubungi. Baik karena nomor kontak yang ada tidak aktif atau malah saat ditelpon tak di angkat. Spanduknya langsung kita beresi. Salah sendiri. Ada nomor HP, tapi tak berguna.

Inisiatif melakulan konfirmasi lebih dulu terhadap caleg yang spanduknya bermasalah, sebagaimana sikap warga di perumahan saya, memang terkesan agak kurang tegas. Padahal, Si Caleg jelas-jelas melakukan kesalahan fatal. Yaitu tak taat aturan.

Mestinya, sebagai calon pejabat, tunduk patuh pada ketentuan seharusnya ada di nomor satu. Jauh melebihi orang-orang kebanyakan. Mengapa, karena salah satu pandangan yang melekat pada calon pejabat adalah tauladan. Pemberi contoh yang baik.

Lalu mengapa warga perumahan saya bersikap agak kurang tegas terhadap pelanggar PKPU Nomor 1621 Tahun 2023, meskipun yang bersangkutan ternyata seorang caleg yang harus kasih contoh yang baik..?

Itu sebenarnya cuma karena pertimbangan kemanusiaan. Bagaimananpun juga, caleg adalah seorang manusia. Sama seperti kita-kita yang tak mau jadi caleg ini. Diantaranya, juga mengalami berbagai masalah.
Termasuk soal ekonomi.

Anda tahu, ternyata ada caleg yang memaksakan diri ikut kontestasi pemilu. Yang mau diakui atau tidak, pasti butuh biaya besar. Padahal, dari segi finansial caleg di maksud tak memenuhi syarat.

Contoh salah seorang politisi di daerah saya. Tak perlu disebut nama orang dan partainya, yang jelas caleg ini masuk kategori yang memaksakan kehendak tadi. Bahkan, dari kadung ngebetnya, sampai rela menawarkan ginjal untuk dijual buat biaya pemenangan.

Tentang kondisi caleg yang akan menjual ginjal tersebut bahkan sempat di wartakan oleh salah satu media nasional. Anda yang ingin tahu beritanya, silahkan buka Youtube, lalu ketik "Diluar Nalar. Tak ada Modal, Caleg Jual Ginjal Untuk Biaya Kampanye".

Kita warga perumahan khusnudhon saja. Siapa tahu, biaya pembuatan spanduk para caleg yang tak taat aturan itu di dapat dengan susah payah. Makanya perlu kita konfirmasi lebih dulu. Agar lebih jelas duduk perkaranya.

Belum sempat jual ginjal memang. Tapi bisa jadi dari hasil kerja keras "penuh keringat". Atau merupakan tabungan bertahun-tahun. Yang sebenarnya khusus keperluan diluar pencalegan. Misal buat keperluan bikin rumah atau sekolah anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun