Melihat itu, definisi tarbiyah (dan juga pendidikan seharusnya) tidak cuma bicara soal pengajaran. Akan tetapi meliputi segala macam bentuk upaya atau ikhtiar dalam rangka menciptakan manusia paripurna.
Karenanya, di islam itu ada istilah turunan yang merupakan bagian dari tarbiyah. Seperti taklim yang artinya pengajaran, takdib mendidik, tadris mempersiapkan dan tazkiyah yang berarti upaya menjadi lebih baik atau penyucian
Apa yang saya kemukakan tersebut semata buat meneropong posisi. Bahwa antara kebudayaan dan pendidikan itu memiliki tempat yang tidak sama, sebagaimana saya singgung pada awal tulisan di atas. Ekstremnya, kalau ditarik garis lurus, kebudayaan berada dalam koridor produk atau hasil.
Sementara pendidikan, lebih menitik beratkan pada ikhtiar atau upaya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan tindak lanjut, atau bisa juga disebut turunan, dari pendidikan.
Tentu uraian saya bisa diperdebatkan. Dan saya terbuka untuk itu. Mengapa, karena forum ini bukan platform untuk mempertahankan pendapat macam tugas akhir Skripsi, Tesis maupun Disertasi.
Tentu butuh forum yang lebih luas dan representatif, jika memang dimaksudkan untuk tujuan itu. Uraian saya di atas semata buat menegaskan. Bahwa antara kementerian kebudayaan dan kementerian pendidikan seyogyanya memang harus berdiri sendiri.
Pendidikan bukan hanya soal belajar mengajar. Dan kebudayaan tidak cuma bicara seni. Jika kebudayaan berdiri sendiri, secara finansial akan memiliki dana mandiri yang tentu lebih besar jika dibanding saat masih ada di bawah kementerian pendidikan.
Dengan dana yang lebih besar, terbuka kemungkinan amat luas buat menciptakan beragam program kerja. Terutama yang ada hubungan dengan pembenahan maupun pelestarian budaya.
Secara spesifik, saat ini banyak sekali intervensi budaya luar yang wajib dibenahi oleh pemerintah. Misal soal interaksi antara orang tua dan anak. Juga dilingkungan sekolah antara guru dan murid.
Akibat masuknya prinsip-prinsip egaliter dan persamaan derajat versi barat, tak sedikit orangtua yang diperkarakan oleh anak sendiri. Dan banyak pula kasus seorang murid menganiaya guru. Jauh sebelumnya, beberapa kasus itu sulit terjadi.
Juga budaya malu. Dulu, aksi suka pamer harta sangat dijauhi. Agar tidak diketahui orang lain, bahkan seorang kepala keluarga kaya raya suka menyembunyikan besaran nilai harta benda yang dimiliki.