Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Bacapres Bicara Gagasan dan Faktor Kemenangan di Pilpres 2024

21 September 2023   08:40 Diperbarui: 25 September 2023   01:58 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ketiga Bacapres Bicara Gagasan (Sumber Foto Kompas.com/Andika Bayu Setyaji)

Adu gagasan bacapres yang terselenggara di Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada atau UGM saya nilai sukses. 

Bukan hanya bagi bacapres sendiri yang memiliki kesempatan mempromosikan diri. Tapi juga bagi para pemirsa yang sempat nonton acara yang dipandu oleh Jurnalis terkenal Najwa Shihab atau Mbak Nana itu. 

Saya sepakat, adu gagasan bacapres dapat dijadikan acuan oleh para pemilih.

Ke depan, makin dekat pilpres 2024 acara bacapres bicara gagasan macam di atas, bahkan kalau perlu juga buat para calon anggota legislatif, penting untuk diagendakan. Agar pemilih makin mantap memberikan suara.

Juga sebagai pembanding. Kira-kira siapa di antara ketiga bacapres yang dirasa mampu mengemban amanah sesuai kebutuhan. Ingat, keinginan seorang buruh misalnya, tentu berbeda dibanding guru. Demikian seterusnya.

Saat acara di UGM tersebut, yang diberi kesempatan pertama kali untuk tampil adalah bacapres Anies Baswedan. Banyak gagasan yang di sampaikan oleh bacapres yang kini sudah punya bacawapres bernama Cak Imin itu.

Namun yang menarik buat saya adalah ketika Anies menyinggung KPK. Bukan tentang benar tidaknya opini pelemahan atau penguatan KPK. Melainkan soal latar belakang kelompok yang ada di belakang Anies Baswedan.

Anda tahu, sebagai pihak oposisi pemerintah, kelompok Anies sering bicara tentang tebang pilih dalam penegakan hukum. Terutama yang dilakukan oleh KPK. Bagi mereka, pemerintah Jokowi dianggap berat sebelah. Hanya mengincar lawan politik.

Maka tak salah ketika di UGM itu Anies sempat mengkritik independensi KPK. Tentang hal ini, Anies tidak secara langsung kasih contoh memang. Tapi dia menyampaikan soal dirinya dan bacawapres Cak imin yang sempat diperiksa oleh KPK.

Lain Anies, lain pula materi yang dipaparkan oleh Ganjar Pranowo. Khusus bacapres usungan PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo ini, saya menyorotinya dari upaya menepis isu negatif yang tertuju pada dirinya soal azan magrib di satu stasiun TV.

Sebagaimana sempat ramai, Ganjar jadi sasaran kritik banyak tokoh. Setelah tampil di sela-sela kumandang panggilan shalat. Di sini, Ganjar kelihatan sedang berwudu lalu ikut shalat berjamaah.

Apa kata para pengkritik Ganjar..? Secara umum, meskipun bahasa yang digunakan berbeda, Bacapres ini dianggap inkonsisten. Lain sikap dan perbuatan dibanding kata-kata yang pernah dilontarkan.

Sebelumnya, Ganjar terkenal “galak” terhadap kelompok yang sering menggunakan instrumen agama buat meraih simpati, mungkin macam ilustrasi azan di satu statsiun TV tersebut. Kini, malah Ganjar sendiri yang tak tahu malu melakukannya.

Beralih ke Prabowo Subianto. Bacapres milik Koalisi Indonesia Maju atau KIM ini tampil terakhir di acara UGM. Bisa jadi karena punya background tentara, penekanan visi misinya “macho-idealis”.

Ingin membawa Indonesia unggul dan tidak terhina di hadapan negara luar. Selain itu, mampu menjadi bangsa yang kuat mandiri. Saking semangatnya, Prabowo menyampaikan idealismenya itu sambil berapi-api.

Saya nilai, memang belum ada gagasan baru dari bacapres yang kini masih menjabat Menteri Pertahanan tersebut. Dibanding visi misi yang disampaikan saat debat kandidat pilpres 2019 lalu, terlihat masih sama.

Namun ada satu hal yang patut di apresiasi dari Prabowo. Yaitu tentang kesediaannya menerima masukan dari berbagai pihak. Kalau benar, maka Prabowo tergolong sebagai bacapres yang inklusif.

Kegiatan bacapres bicara gagasan di UGM kemarin sudah selesai. Kini bola ada ditangan para pemilih. Hendak pilih siapa diantara mereka bertiga, berdasar performa dan pemaparan visi misi masing-masing tentunya.

Ke depan, pasti akan ada lagi kegiatan serupa, di tempat dan oleh institusi berbeda. Pertanyaannya kemudian, apakah gagasan bacapres akan berpengaruh signifikan terhadap upaya kemenangan rebutan elektoral...?

Menurut saya tidak begitu. Untuk konteks Indonesia di masa sekarang, gagasan bukan satu-satunya faktor utama penentu kemenangan dalam ajang pemilu. Baik untuk pileg dan terutama pada perhelatan pilpres 2024.

Saya analisis, terdapat tiga faktor lain yang mau tak mau wajib dipertimbangkan oleh Ganjar, Prabowo, dan Anies beserta tim masing-masing, kalau memang ingin menang pertarungan pilpres.

Ketiga faktor tersebut adalah, pertama sikap primordial. Kata ini saya pinjam buat mempersingkat ungkapan kalimat bagi para pemilik suara yang saat ini memang sudah menentukan pilihan.

Saya kutip dari berbagai sumber, di segmen ini jumlahnya ternyata cukup besar. Berdasarkan survei SMRC bulan Mei 2023, ada di angka 64 persen. Sedang menurut Litbang Kompas sebesar 75,3 persen.

Kedua, faktor swing voters. Yaitu para pemilih yang tergolong sebagai massa mengambang. Arahnya masih bisa pindah-pindah. Jika saat ini cenderung pada satu bacapres, bisa jadi saat sudah berada dibilik suara justru pindah ke bacapres lain.

Ada yang mengatakan fenomena itu dengan istilah “migrasi politik”. Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika, menyebut pemilih swing voters justru banyak ditemukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Ketiga, faktor pengaruh Presiden Jokowi. Tak dapat dipungkiri, meski bukan elit pengurus apalagi pemilik partai politik, eksistensi Jokowi tetap harus diperhitungkan dalam perhelatan pilpres 2024.

Dan ingat, angka pemilih di segmen itu menunjukkan tren meningkat. Juni 2022 sebesar 14.6 persen, Oktober 2022, jadi 15.1, Januari 2023 naik 15.2, Mei 2023 naik lagi 16.3, dan pada Agustus 2023 lebih tinggi lagi menjadi 18.1 persen (Kompas.com, 23/08/2023).

Dari sumber yang sama, ada dua sebab mengapa Pak Jokowi masih memberi pengaruh terhadap kemenangan bacapres pada pilpres 2024. Pertama, terkait keinginan banyak masyarakat agar presiden mendatang tetap melanjutkan program kerja Jokowi.

Kedua, akibat keinginan masyarakat tersebut, menjadikan daya tawar Jokowi memiliki pengaruh kuat terhadap potensi elektabilitas masing-masing bakal calon presiden. Dalam hal ini tentu saja Ganjar, Prabowo dan Anies.

Itulah beberapa faktor yang bisa menentukan kemenangan saat bertarung di pilpres 2024. Saran saya, para bacapres jangan hanya mengandalkan bagusnya gagasan yang sudah disampaikan ke publik saat acara di UGM.

Yang lebih penting lagi, bagaimana mereka dapat mempertahankan pemilih primordial dan mampu menarik simpati kelompok swing voters. Serta jangan lupa, baik-baiklah terhadap Pak Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun