Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menyimak Kandidat Bakal Cawapres Prabowo dan Ganjar

19 September 2023   09:04 Diperbarui: 19 September 2023   11:49 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden via Kompas.com)

Pindahnya PKB mendukung Anies Baswedan bersama Nasdem dan PKS, serta hengkangnya Demokrat dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan/KPP lalu masuk ke Gerindra mengusung Prabowo Subianto, mengakibatkan perubahan peta kandidat ketiga poros.

Kandidat dimaksud adalah soal bakal cawapres. Sudah kita pahami bersama, bahwa setelah deklarasi capres Anies Baswedan, lalu Prabowo Subianto dan terakhir Ganjar Pranowo, wacana tentang bakal cawapres jadi tranding.

Dulu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menguat akan jadi pendamping Prabowo yang diusung oleh Gerindra. Namun pasca kedatangan Golkar dan PAN, Cak Imin “sadar diri”.

Lalu langsung balik kanan merapat ke Nasdem. Yang mengakibatkan terpentalnya nama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dari bursa cawapres Anies Baswedan, untuk kemudian digantikan oleh Cak Imin.

PKB memang keluar dari Gerindra. Tapi masuknya Golkar dan PAN secara elektoral mampu menutupi kekurangan syarat presidential threshold. Terlebih lalu ketambahan PBB, Partai Gelora, PSI, Prima dan teranyar Demokrat.

Namun tambahan teman itu bukan berarti tidak menimbulkan masalah bagi Gerindra dan Prabowo. Justru karena itulah lalu muncul persoalan baru yang harus segera dicarikan jalan keluar.

Keyakinan saya, Gerindra pasti sibuk menata banyaknya aspirasi soal kandidat pendamping capres Prabowo Subianto. Golkar, PAN, PBB, Partai Gelora, PSI, Prima dan Demokrat tentu ingin menyodorkan nama.

Walaupun tentu saja tingkat kengototan diantara ketujuh partai itu tidaklah sama. Perkiraan saya, yang ngotot bisa jadi Golkar bawa nama Airlangga Hartarto. Dan PAN ingin Erick Thohir.

Berikutnya, PBB kasih nama Yusril Ihya Mahendra. Sementara Partai Gelora, PSI dan Demokrat saya kira bersikap untung-untungan. Dikasih jatah cawapres syukur. Tidak juga bukan masalah. Yang penting nanti punya menteri.

Banyaknya masukan soal nama cawapres itulah yang kemudian membuat Capres Prabowo Subianto bingung. Hendak pilih nama siapa diantara aspirasi ketujuh partai..? Airlangga Hartarto dari Golkar, Erick Thoihir PAN atau Yusril PBB..?

Pindahnya PKB ke Nasdem dan keluarnya Demokrat dari KPP juga memberi pengaruh terhadap konfigurasi nama-nama bakal cawapres di poros PDIP yang mengusung capres Ganjar Pranowo.

Sebelumnya, berdasar keterangan Puan Maharani, kandidat cawapres PDIP adalah Sandiaga Uno, Erick Thohir, Andika Perkasa, AHY dan Cak Imin. Belakangan di kalangan masyarakat umum juga keluar nama Ridwan Kamil dan Mahfud MD.

Secara elektoral, hasil survei beberapa tokoh tersebut memiliki perbedaan ranking perolehan suara cukup signifikan. Ada yang tinggi, namun ada pula yang tergolong rendah.

Meski bukan satu-satunya faktor penentu, hasil survei dijadikan tolok ukur oleh ketiga poros koalisi dalam menjaring nama cawapres. Ya wajar saja. Namanya juga ingin menang. Tentu cari kawan yang punya banyak suara.

Yang tergolong mendapat hasil suara survei cukup tinggi diantaranya Ridwan Kamil, Erick Thohir, Mahfud MD, Sandiaga Uno dan AHY. Rata-rata perolehan suara survei kelimanya ada di kisaran 30-an persen.

Sementara Andika Perkasa dan Cak Imin, punya hasil survei di kisaran 2-3 persen saja. Sangat jauh lebih kecil kalau dibanding kelima tokoh yang punya elektabilitas tinggi tersebut.

Sekarang, siapa kira-kira diantara Ridwan Kamil, Erick Thohir, Mahfud MD, Sandiaga Uno, AHY, Andika Perkasa dan Cak Imin yang akan diilih oleh Megawati sebagai cawapres Ganjar Pranowo..?

Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Sumber Foto: Instagram @ganjar_pranowo via Kompas.com)
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Sumber Foto: Instagram @ganjar_pranowo via Kompas.com)

Apakah PDIP akan menggunakan indikator ranking suara hasil survei demi mengejar kemenangan ketiga kalinya pada pertarungan pilpres 2024..? Adakah kemungkinan bagi PDIP menggunakan parameter lain..?

Kalau berpedoman pada hasil survei, tentu yang paling layak untuk mendampingi Ganjar Pranowo adalah Ridwan Kamil, Erick Thohir, Mahfud MD, Sandiaga Uno dan AHY.

Kelimanya berpotensi kuat menambah suara. Namun karena Demokrat sudah secara resmi menyatakan gabung ke Gerindra masuk ke Koalisi Indonesia Maju mendukung capres Prabowo Subianto, maka nama AHY harus dikeluarkan dari list.

Jika berpedoman pada ranking survei, tentu nama Andika Perkasa dan Cak Imin tersisihkan. Meski Andika mantan Panglima TNI dan Cak Imin Ketua Umum PKB, keduanya dianggap tak mampu menambah suara buat Ganjar.

Tapi kalau Megawati ada pertimbangan lain, khusus Andika masih ada peluang jadi cawapres Ganjar. Sementara buat Cak Imin jelas tertutup total. karena sudah jadi cawapres Anies Baswedan.

Bagaimana dengan figur lain..? 

Ridwan Kamil adalah kader Golkar. Sementara Erick Thohir muncul sebagai kandidat cawapres karena dibawa oleh PAN. Dua tokoh ini sebenarnya masih ada kemungkinan dipilih oleh Megawati.

Masalahnya adalah, jika betul terpilih, Ridwan dan Erick harus mampu menanggung konsekuensi cukup berat. Pencawapresan keduanya oleh PDIP berimbas kepada latar belakang haluan politik.

Apa itu..? Ridwan Kamil harus keluar, atau bisa jadi malah dikeluarkan oleh Golkar sebagai anggota. Karena Golkar sudah ambil keputusan memajukan Airlangga. Baik sebagai kandidat capres maupun cawapres.

Menteri BUMN Erick Thohir juga punya beban yang sama dengan Ridwan meski beda posisi. PAN akan mendepak nama Erick dari bursa cawapres Prabowo. Terkecuali PAN mau balik kanan masuk ke PDIP pindah haluan mendukung capres Ganjar Pranowo.

Melihat masalah tersebut, berarti yang tidak punya konsekuensi berat untuk jadi cawapres Ganjar tinggal Mahfud MD dan Sandiaga Uno. Meski ada latar belakang PKB, Pak Mahfud sekarang tergolong sebagai tokoh independen.

Sedangkan Sandiaga Uno merupakan kader PPP, di mana sebelumnya sempat menjadi pengurus teras di Partai Gerindra dan coba-coba masuk ke PKS. Kesimpulanya, Sandi adalah orang parpol.

Kalau Ibu Megawati dan PDIP lebih condong mengarahkan pilihan cawapres Ganjar pada kader partai yang punya elektabilitas tinggi, pasti arahnya akan jatuh kepada Sandiaga Uno dari PPP.

Namun harus dipahami, poros-poros yang bersaing nampaknya tidak lagi menjadikan hasil survei sebagai satu-satunya penentu. Saya melihat, faktor keseimbangan saat ini malah jadi strategi pemilu 2024 yang dianggap jitu.

Contoh konkret adalah Surya Paloh yang tanpa ragu justru memilih Cak Imin sebagai cawapres Anies Baswedan. Lobinya pun tak lama. Dalam waktu yang amat sangat singkat malah.

Belakangan, Prabowo Subianto juga “main mata” dengan Mbak Yenny Wahid. Kabarnya akan dijadikan cawapres. Padahal, baik Cak Imin atau Mbak Yenny, tak punya elektabilitas signifikan untuk jadi bakal cawapres macam AHY. Inilah yang saya sebut tadi sebagai pilihan berdasar faktor keseimbangan.

Bicara soal keseimbangan dalam menentukan cawapres, tinjauannya bisa dari sisi latar belakang daerah maupun identitas. Yang karena latar belakang daerah misal berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Sementara yang karena latar belakang identitas misal nasionalisme atau kebangsaan dan religiositas atau keagamaan. Diakui atau tidak, dalam konteks religiositas yang paling banyak jadi incaran adalah kader NU.

Kalau memang kader NU yang jadi acuan Megawati dan PDIP dalam menentukan cawapres bagi Ganjar, nama Andika Perkasa lalu jadi keluar. Maka pilihan satu-satunya jatuh kepada Mahfud MD.

Tokoh asal Madura itu tergolong punya potensi lengkap. Selain orang NU yang punya elektabilitas tinggi serta berpengalaman di pemerintahan, Pak Mahfud juga memiliki jiwa nasionalisme atau kebangsaan sangat tinggi dan kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun