Contoh konkret adalah Surya Paloh yang tanpa ragu justru memilih Cak Imin sebagai cawapres Anies Baswedan. Lobinya pun tak lama. Dalam waktu yang amat sangat singkat malah.
Belakangan, Prabowo Subianto juga “main mata” dengan Mbak Yenny Wahid. Kabarnya akan dijadikan cawapres. Padahal, baik Cak Imin atau Mbak Yenny, tak punya elektabilitas signifikan untuk jadi bakal cawapres macam AHY. Inilah yang saya sebut tadi sebagai pilihan berdasar faktor keseimbangan.
Bicara soal keseimbangan dalam menentukan cawapres, tinjauannya bisa dari sisi latar belakang daerah maupun identitas. Yang karena latar belakang daerah misal berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Sementara yang karena latar belakang identitas misal nasionalisme atau kebangsaan dan religiositas atau keagamaan. Diakui atau tidak, dalam konteks religiositas yang paling banyak jadi incaran adalah kader NU.
Kalau memang kader NU yang jadi acuan Megawati dan PDIP dalam menentukan cawapres bagi Ganjar, nama Andika Perkasa lalu jadi keluar. Maka pilihan satu-satunya jatuh kepada Mahfud MD.
Tokoh asal Madura itu tergolong punya potensi lengkap. Selain orang NU yang punya elektabilitas tinggi serta berpengalaman di pemerintahan, Pak Mahfud juga memiliki jiwa nasionalisme atau kebangsaan sangat tinggi dan kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H