Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Transformasi KKIR Menjadi KIM

29 Agustus 2023   11:02 Diperbarui: 29 Agustus 2023   12:33 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto Saat Pidato di HUT PAN Ke-25 (Sumber Foto Kompas.com)

Kemarin, bakal capres Prabowo Subianto mengumumkan istilah baru bagi perhimpunan beberapa partai politik yang berkawan dengan Partai Gerindra. Ada perubahan yang cukup mencolok.

Awal saat masih berdua bersama PKB, namanya Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR. Kini setelah Golkar dan PAN masuk, lalu ketambahan PBB, berubah menjadi Koalisi Indonesia Maju. Di singkat KIM.

Itu di sebut transformasi. Menyodorkan sesuatu yang baru, karena ada penambahan anggota koalisi. Dari yang sebelumnya cuma berdua, kini jadi berlima. Pastilah ini merupakan sesuatu yang positif.

Dan transformasi nama dari KKIR ke KIM tersebut tentu bukan tanpa maksud. Saya yakin, pasti ada tujuan besar yang ingin di capai oleh Prabowo secara pribadi. Serta secara umum juga oleh para anggota koalisi.

Menilik istilah Indonesia Maju, bayangan kita semua pasti terarah kepada nama kabinet Presiden Jokowi dalam pemerintahan periode kedua bersama wapres KH. Makruf Amin.

Yaitu Kabinet Indonesia Maju. Ternyata persis dengan nama pengganti KKIR. Kalau pinjam istilah tekhnis, sangat presisi. Sedang di dunia tulis menulis, di sebut plagiat. Yaitu menjiplak tulisan pihak lain, yang kemudian diambil menjadi milik sendiri.

Tapi saya tak hendak menuduh Prabowo dan kawan-kawan melakukan hal negatif ya. Itu saya sampaikan, semata untuk menunjukkan kuatnya kesamaan nama antara perkawanan Gerindra dengan sebutan kabinet Pak Jokowi.

Pertanyaannya kemudian, apa latar belakang Prabowo dan kawan-kawan memilih nama baru Koalisi Indonesia Maju..? Pertanyaan ini wajar di ajukan. Namanya juga politik. Segalanya pasti ada maksud.

Tapi rupanya, kita tak perlu repot-repot berpikir tentang jawaban pertanyaan tersebut. Karena Ketum Gerindra itu pernah memberikan bocoran. Ini terungkap jelas dari pengakuan sebelum-sebelumnya.

Bahwa Prabowo ingin melanjutkan program kerja Jokowi. “….Sepenuh hati, saya ingin teruskan perjuangan beliau”, kata Prabowo sebagaimana saya kutip dari Kompas.com tayangan 28 Agustus 2023 kemarin.

Dari sisi itu, kelihatan betul kalau Prabowo dan teman koalisinya ingin merebut hati simpatisan dan pendukung Jokowi. Untuk nantinya saat pemilu lalu di konversi menjadi pilihan elektoral.

Jika benar, maka yang masuk urutan pertama buat di sasar, lepas dari efektif atau tidak, adalah konstitiuen PDIP. Berikutnya rakyat yang floating secara politik dan kaum professional yang sudah merasakan dan mengakui kinerja Jokowi.

Akankah Prabowo berhasil menjalankan strategi tersebut..? Jauh sebelum lahir istilah baru KIM, Prabowo telah suksesmenarik simpati orang-orang Jokowi. Bahkan belakangan makin kentara.

Ingat tidak para pembaca sekalian terhadap beberapa kali Musra yang di gagas oleh relawan Jokowi..? Ternyata, nama Prabowo ikut tercangking. Bahkan relawan yang bernama Joman, di pimpin oleh Immanuel Ebenezer, tegas mendeklarasikan "Prabowo Mania 08”.

Belakangan yang masih hangat adalah soal PSI atau simpatisannya dan Budiman Sujatmiko. Ingat, mereka semua merupakan pendukung fanatik Jokowi, yang sebelumnya musuhan sama Pak Prabowo.

Kini, meski masih agak malu-malu, PSI sudah mulai melunak. Terbukti kapan hari ada inisiatif mengundang Prabowo datang ke Markasnya. Lalu ada simpatisan PSI bernama Ade Armando yang juga bersikap sama.

Soal Budiman Sujatmiko adalah yang paling trend dan cukup menyita perhatian. Hubungan Budiman dengan Prabowo bahkan lebih “parah” dibanding PSI atau Ade Armando.

Dulu saat masa reformasi, Budiman sampai “perang” lawan Prabowo. Tapi kini, malah berbalik jadi pendukung. Ada di garda terdepan lagi. Sampai-sampai membentuk  Tim Sukses sendiri. Yang kemudian membuat Budiman di pecat sebagai kader PDIP.

Nampaknya kita harus bersepakat. Bahwa ke depan eksistensi Jokowi tetap pegang kunci. Terutama di pilpres 2024. Dan yang paling berkepentingan terhadap kunci itu adalah capres dari parai yang saat ini ada di pemerintahan.

Siapa lagi tokohnya kalau bukan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Ini karena Gerindra yang mencapreskan Prabowo dan PDIP yang mengusung Ganjar, keduanya merupakan satu kawan di belakang Jokowi.

Saya lalu jadi merenung. Jangan-jangan, untuk pilpres 2024 mendatang yang sengit “bertarung” justru teman satu kandang. Yaitu Prabowo vs Ganjar. Ini ibarat kata “kawan yang kemudian jadi lawan”.

Ya benar. Bila betul-betul terjadi demikian, yang pusing lalu Pak Jokowi. Bagai makan buah simalakama. Mendukung Prabowo tak enak ke Ganjar. Mau pilh Ganjar, sungkan sama Prabowo.

Lalu bagaimana halnya dengan Anies Baswedan yang merupakan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP yang beranggotakan Nasdem, Demokrat dan PKS., mengingat dia ini tokoh antitesis Pak Jokowi..?

Kalau saya jadi Anies, akan duduk manis menikmati tontonan. Sambil sesekali tengok kiri kanan. Siapa tahu ada pemilik suara yang merasa jenuh melihat rebutan suara Prabowo vs Ganjar, lalu pindah mendukung capres KPP. Ini kan menggiurkan.. Heheeeeeee

Transformasi KKIR menjadi KIM memang berdampak positif bagi Partai Gerindra. Setidaknya bisa menambah ceruk suara buat Prabowo sebagai capres. Yang sebelumnya hanya dari PKB, kini ketambahan Golkar, PAN dan PBB.

Namun jangan dilupakan pula. Transformasi tersebut bisa jadi tambahan beban. Mengapa, karena dari segi kepentingan berlaku prinsip banyak teman sama dengan tambah beban.

Sebelumnya, saat masih berdua dengan PKB bargaining yang di terima Gerindra cuma satu. Habis Golkar dan PAN masuk, membengkak jadi tiga. Sekarang masuk lagi PBB. Ya pastinya beban jadi empat.

Mau tak mau, Gerindra dan Prabowo harus mampu meyakinkan mereka berempat. Bahwa pendistribusian “kekuasaan” tidak akan merugikan salah satu anggota. Kalau tidak, bakal bubar itu KIM.

Di maklumi, bargaining yang paling di incar adalah cawapres. Dan PKB, Golkar serta PAN tentu adalah yang paling berminat. Kalau PBB saya kira akan realistis. Menteri saja rasanya sudah cukup.

Ingat cawapres pendamping Prabowo, bayangan saya lalu tertuju kepada MoU yang dulu di teken oleh Prabowo dan Cak Imin saat masih di KKIR. Setelah bertransformasi jadi KIM, apakah MoU itu tetap berlaku..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun