Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membanding Plus Minus Koalisi Gemuk dan Ramping

23 Agustus 2023   09:38 Diperbarui: 23 Agustus 2023   14:38 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas/Handining) 

Dengan kata lain, tak bisa berharap banyak untuk dijadikan tambahan elektoral. Serta kurang signifikan dibuat sebagai tambahan suara memenuhi syarat presidential threshold.

Jangan salah paham ya. Saya berpendapat demikian bukan berarti menafikkan eksistensi partai-partai gurem yang tak punya kursi di gedung Senayan. Sekali lagi, bukan begitu maksud saya.

Pendapat saya itu khusus dalam konteks efisiensi. Daripada memperbanyak teman koalisi tapi suaranya kecil-kecil, mending pilih satu atau dua partai, namun punya suara melimpah. Tidak terlalu berat mengakomodir kepentingan.

Kembali ke soal gemuk ramping sebuah koalisi. Berdasar paparan di atas tadi, kondisi sebuah koalisi ternyata bersifat relatif. Jumlah anggota yang gemuk atau ramping tidak bisa dijadikan landasan memperlancar langkah ke tahapan pilpres lebih lanjut.

Soal pendaftaran kandidat capres cawapres ke KPU yang mensyaratkan harus punya suara minimal 20 persen contohnya. Partai yang suaranya di bawah itu, mau tak mau harus mencari kawan. Kalau tidak, ya tidak bisa.

Kita ambil sample Nasdem yang mencapreskan Anies Baswedan. Faktanya, Nasdem cukup menggandeng dua partai politik. Yaitu Demokrat dan PKS. Yang lalu membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP.

Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto juga layak dijadikan contoh. Sebelum Golkar dan PAN masuk, Gerindra malah cukup ambil PKB “seorang”, mendirikan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR.

Nasdem yang hanya berkawan dengan dua partai yaitu Demokrat dan PKS, serta Gerindra yang cuma menggandeng satu PKB, sudah cukup syarat untuk mendaftarkan jagoan masing-masing ke KPU.

Yang lebih “esktrim” lagi adalah PDIP. Sendirian saja tanpa harus mencari teman, partai milik keluarga Bung Karno yang mencapreskan Ganjar Pranowo ini sudah boleh langsung ikut mendaftar.

Untuk tujuan mencapai kemenangan menurut saya juga begitu. Banyaknya jumlah anggota dalam satu koalisi, tak menjamin bisa unggul dari lawan saat berlaga memperebutkan suara.

Dengan kata lain, gemuk ramping sebuah koalisi bukan ukuran sepasang kandidat capres cawapres bisa berjaya di pilpres 2024 nanti. Agar bisa menang, faktor yang paling berperan adalah strategi, kerja keras tim dan elektabilitas capres cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun