Namun ketika masuk coblosan putaran kedua, pasangan Anies-Sandi lebih berpeluang untuk mendapatkan limpahan, atau menyedot suara dari pasangan pemenang ketiga AHY-Sylvi.
Mengapa bisa begitu..? Karena secara emosional, para pemilih AHY-Sylvi lebih dekat kepada Anies-Sandi, ketimbang Ahok-Djarot. Maka jadilah pada putaran kedua, para pemilih AHY-Sylvi ramai-ramai mencoblos Anies-Sandi.
Ada memang yang ke Ahok-Djarot. Tapi jumlahnya sangat kecil. Tidak cukup signifikan mendongkrak suara mereka untuk menang pilkada. Inilah faktor yang membuat Anies-Sandi sukses jadi Gubernur DKI.
Lalu bagaimana prediksi pilpres 2024 mendatang..? Kalau kandidat yang bertarung masih Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, saya khawatir proses kemenangan Anies-Sandi di pilkada DKI Jakarta akan terulang.
Ganjar Pranowo yang di usung oleh PDIP akan menang pada putaran pertama. Namun saat memasuki putaran kedua, justru capres Gerindra Prabowo Subianto yang akan menang dan jadi presiden menggantikan Pak Jokowi.
Saat ini, berdasar data dari beberapa lembaga survei elektabilitas suara Ganjar Pranowo memang ada di atas. Unggul tipis atas Prabowo Subianto. Dan menang banyak atas Anies Baswedan.
Saya kutip salah satunya hasil survei Litbang Kompas, periode 27 Juli-7 Agustus 2023. Ganjar Pranowo mendapatkan suara sebanyak 24.9 persen, lalu Prabowo Subianto 24.6 dan terakhir Anies Baswedan 12.7 persen.
Tapi ingat, walau saat ini ada di atas angin bukan jaminan bagi Ganjar untuk leading pilpres 2024. Bisa-bisa, saat memasuki putaran kedua, suara Ganjar bakal di salip oleh capres Gerindra Prabowo Subianto.
Faktornya sama dengan saat Ahok-Djarot kalah dari pasangan Anies-Sandi di pilkada 2017. Eksistensi suara Ganjar stagnan. Meski pemilihnya yang mayoritas anggota PDIP itu punya militansi sangat kuat.
Anda tahu, secara emosional para pemilih Prabowo dan Anies punya sejarah kedekatan. Momentum Pilkada DKI 2017 merupakan salah satunya. Dan yang lainnya adalah pada pilpres 2019 lalu.
Faktor lain, para pemilih Anies juga tergolong militan. Terutama yang ada di PKS. Saya kira, sangat sulit bagi konstituen partai ini untuk menjatuhkan pilihan kepada capres dari PDIP.