Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah Ending Pilkada DKI Jakarta 2017 Terjadi pada Pilpres 2024?

21 Agustus 2023   11:23 Diperbarui: 21 Agustus 2023   11:40 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan (Sumber Foto Kompas.com/Andika Bayu Setyaji).

Anda masih ingat Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana pasangan Anies-Sandi menang dari Ahok-Djarot pada putaran kedua..? Kalau masih, kayaknya kemenangan seperti Anies-Sandi akan terjadi pada pilpres 2024. Tapi beda orang.

Prediksi saya itu bukan tanpa dasar. Saya melihatnya dari hasil survei terbaru, yang di padukan dengan keterikatan pemilih terhadap bakal capres Ganjar Pranowo dari PDIP, Prabowo Subianto Gerindra dan Anies Baswedan Nasdem.

Dulu saat Pilkada 2017, ada tiga pasangan yang berlaga di putaran pertama. Yaitu Ahok-Djarot, Anies-Sandi dan AHY-Sylvi. Pasangan Ahok-Jarot di unggulkan menang oleh banyak lembaga survei.

Elektabilitasnya selalu nangkring di urut pertama, Anies-Sandi kedua dan AHY-Sylvi ketiga. Begitu posisi ini terus berlangsung. Meski ada perubahan, cuma di tataran jumlah persentase. Sementara urut ranking tetap.

Saya kutip sebagian saja sebagai pengingat. Juga sebagai pembanding dengan hasil survei kandidat capres pada pilpres 2024. Dari LSI, pasangan Ahok-Djarot 31.4 persen, Anies-Sandi 21.2 persen dan AHY-Sylvi 13.3 persen.

Populi Center, pasangan Ahok-Djarot mendapatkan suara sebesar 45.5 persen, Anies-Sandi 23.5 dan AHY-Sylvi hanya 15.8 persen (Kompas.com/12 Oktober 2016).

Lalu seperti apa hasil coblosannya..? Pada putaran pertama, pasangan Ahok-Djarot leading sebagai pemenang kesatu. Mendapatkan suara sebesar 42.99 persen, kedua Anies-Sandi 39.95 dan ketiga AHY-Sylvi 17.02.

Namun saat di gelar coblosan putaran kedua, Ahok-Djarot justru kalah dari pasangan Anies-Sandi. Ketika itu, Ahok-Djarot mendapat suara sebesar 47 persen. Sedang Anies-Sandi 52 persen. Unggul 5 persen

Selalu nangkring di nomor urut satu hasil survei beberapa lembaga kredibel, menang pada putaran pertama, namun Ahok-Djarot harus kalah kepada pasangan Anies-Sandi saat coblosan putaran kedua.

Mengapa bisa terjadi..? Jawabannya adalah, karena eksistensi pemilih suara Ahok-Djarot stagnan. Tak akan pernah pindah ke lain hati memang, alias militan. Tapi jumlahnya ya cuma sekitar 40-an persen itu.

Sebaliknya, eksistensi suara Anies-Sandi menyimpan potensi besar untuk berkembang. Benar suara yang di dapat oleh pasangan ini saat putaran pertama cuma sekitar 30-an persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun