Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Seputar Upaya Mencawapreskan Ning Yenny Wahid

13 Agustus 2023   08:14 Diperbarui: 13 Agustus 2023   09:20 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ning Yenny Wahid Putri Gus Dur, Sumber Foto Kompas.com/Melvina Tionardus

Siapa tak kenal tokoh perempuan bernama Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid.? Kalau saya menyebut nama beliau di dahului gelar Ning. Tepatnya Ning Yenny Wahid. Ning dan Gus sama.

Disematkan pada anak keturunan Kyai atau guru. Bedanya, Ning untuk wanita. Sementara Gus pria. Saya perlu menambah gelar Ning, karena ada sanad atau persambungan guru kepada Ning Yenny.

Sekedar info, Ning Yenny merupakan putri KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Mantan Ketua Umum PBNU dan Presiden RI setelah BJ. Habibie. Kiprah Ning Yenny banyak bersentuhan dengan dunia politik.

Namun beliau bukan seorang pengurus partai politik. Meski begitu, menjelang pemilu 2024 ini sosok Ning Yenny acapkali di bawa-bawa oleh PSI lewat baliho yang menyebar di pelbagai wilayah.

Begitu pula, kini Ning Yenny dikaitkan dengan tiga bakal capres. Untuk di pilih menjadi bakal cawapres. Sebuah fenomena yang menurut saya pertanda baik. Ada tokoh perempuan masuk bursa pilpres 2024.

Kalau nanti benar jadi cawapres, lalu kira-kira ke poros mana Ning Yenny Wahid akan berlabuh? Tentu merupakan fakta yang patut di tunggu oleh elit dan para pemerhati politik.

Saat ini, sudah terbentuk tiga poros koalisi. Pertama Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP. Kedua Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR. Dan ketiga poros PDIP.

Anggota KPP terdiri dari Nasdem Demokrat PKS, mencapreskan Anies Baswedan. KKIR dibesut oleh Gerindra PKB, mengusung Prabowo Subianto. Dan PDIP berkawan dengan PPP, Hanura dan Perindo memajukan Ganjar Pranowo.

Ketika ada wacana Anies akan menggandeng Ning Yenny, seorang elit KPP dari PKS bernama Mardani Ali Sera menyambut baik. Dikutip dari berbagai sumber, Mardani menyebut itu merupakan indikasi perbaikan demokrasi.

Saya pribadi menilai, masuknya Ning Yenny bisa membuat PKS senang. Mengapa, karena ada tokoh alternatif dari luar. Dibanding terjadi rebutan cawapres di internal anggota KPP.

Namun saya kurang yakin wacana di KPP tersebut berhasil sesuai harapan. Ada resiko besar yang harus di tanggung oleh Anies Baswedan maupun Nasdem jika tetap memilih Ning Yenny.

Demokrat yang rupanya ngotot ingin mengisi posisi cawapres di KPP sulit menerima kehadiran Ning Yenny. Kalau dipaksakan, KPP bisa bubar akibat Demokrat hengkang dan pindah ke poros lain.

Lalu bagaimana andai jadi cawapres dari poros KKIR?. Keluarga Gus Dur memang dikenal dekat dengan Prabowo Subianto. Bahkan suami Ning Yenny Dofir Farisi pernah jadi anggota Gerindra.

Tapi upaya menarik Ning Yenny jadi pendamping Prabowo sama sulitnya dengan kondisi yang kemungkinan akan terjadi pada poros KPP. KKIR bisa bubar oleh sebab di tinggal PKB.

Apalagi, publik sudah mengetahui. Bahwa antara Ning Yenny dengan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin ada perseteruan keluarga yang sulit berdamai.

Maka kesimpulan saya untuk sementara ini, Ning Yenny susah jadi pendamping Prabowo. Mengingat terdapat juga bahaya yang bakal diterima oleh poros KKIR, kalau maksa akan ambil putri Gus Dur itu.

Peluang merekrut Ning Yenny terbuka lebar kalau di tarik ke PDIP. Mengapa terbuka lebar, karena sebagai poros, partai milik keluarga Bung Karno ini tak punya resiko pertemanan seperti yang ada di KPP dan KKIR.

Misal PPP, Hanura dan Perindo kurang setuju Ning Yenny jadi cawapres Ganjar Pranowo. Kemudian ngambek menyatakan keluar. Maka poros PDIP masih tetap bisa mendaftarkan paket Ganjar-Yenny ke KPU.

Dan nampaknya, duet tersebut sebenarnya yang amat di cita-citakan oleh kalangan relawan Ganjar. Bahkan mungkin oleh sebagian elit dan konstituen PDIP. Sebab dirasa sangat pas sekali.

Ada kombinasi nasionalis-religius. Selain itu, kemungkinan besar mampu menyedot suara kaum Nahdliyin dibawah sana. Lewat jaringan Gusdurian yang selama ini memang setia berada di belakang Ning Yenny.

Lepas dari itu, munculnya sosok perempuan di kalangan koalisi 2024 untuk pilpres wajib di dorong lebih kuat. Ditengah dominasi tokoh laki-laki yang memang selalu jadi “penguasa” pada tiap event pilpres.

Terlebih setelah nama Puan Maharani terpental dari bidikan PDIP untuk jadi capres. Serta berat juga disandingkan sebagai cawapres Ganjar, meski kemungkinan untuk itu selalu ada.

Disarikan dari tayangan Kompas 12 Agustus 2023, seorang peneliti dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Wasisto Raharjo menyatakan, masuknya perempuan dalam bursa cawapres adalah upaya parpol dan kandidat merangkul pemilih kalangan perempuan.

Juga merupakan upaya simbolis untuk menunjukkan keberpihakan pada cita-cita kesetaraan jender. Jadi, mengapa tidak untuk Ning Yenny, meski jadi obyek strategi pemilu 2024..? Tak masalah kemanapun nanti labuhannya. Entah ke KPP, KKIR atau PDIP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun