Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menuju Pilpres 2024: Menyimak Masalah yang Membelit Partai Golkar

20 Juli 2023   08:35 Diperbarui: 20 Juli 2023   09:55 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partai Golkar, Sumber Foto Kompas.com

Enam bulan kedepan, pemilu 2024 yang dilaksankaan serentak bersamaan dengan pilpres sudah didepan mata. Untuk bisa ikut, kiranya Golkar perlu menyusun strategi pemilu 2024 baru. Dalam rangka mencari teman karena suaranya tak cukup minimal 20 persen. Sementara fakta menunjukkan, bahwa saat ini Golkar masih sendirian. Setelah gerbongnya yang dibentuk bersama PPP dan PAN bernama Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB bubar di tengah jalan.

Lalu kemana Golkar akan berlabuh..? Pada masa sekarang, untuk bisa dapat teman Golkar tak bisa muluk-muluk kudu dapat capres atau cawapres. Mengapa, karena menurut saya sudah agak terlambat. Bisa maksa, tapi harus mampu membongkar formasi yang sudah agak paten diputuskan oleh masing-masing poros. Bisakah..? Mari kita lihat.

Misal ajak Gerindra yang sudah ada di KKIR bersama PKB. Lalu Golkar minta jatah bakal capres. Ini  jelas tak mungkin. Disamping karena kalah suara, dari awal Gerindra sudah paten mencapreskan Prabowo. Minta cawapres, terbendung oleh otoritas yang diberikan oleh Prabowo kepada Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Bahwa soal nama pendamping Prabowo diserahkan sepenuhnya pada Ketum PKB ini. Tentu, figus cawapres di KKIR akan diambil sendiri.

Mau ke KPP..? Bisa jadi. Tapi Golkar jangan maksa untuk gantikan posisi Anies Baswedan dengan Airlangga Hartarto sebagai bakal capres. Atau minta bakal cawapres dari tangan Demokrat maupun PKS. Bisa bubar KPP ini. Boleh gabung ke KPP, asal mau duduk di gerbong berikutnya. Artinya, maksimal hanya dapat posisi di jajaran kementerian. Itupun kelak jika Anies menang rebutan vox pop.

Maka kalau masih ingin eksis sebagai peserta pilpres yang kadernya masuk kandidat, ada jalan terakhir melobby Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri. Tentu untuk posisi bakal cawapres pendamping Ganjar Pranowo. Tapi kelihatannya juga sulit. Sebab di lingkungan PDIP sudah beredar figur lain. Misal Sandiaga Uno dan Erik Thohir. Belakangan malah tambah nama mantan Panglima TNI Andika Perkasa.

Beberapa uraian diatas menguatkan indikasi kurang bagus bagi Partai Golkar. Baik sebagai pengusung maupun pendukung yang ingin kadernya masuk jadi kandidat pada pilpres 2024. Kalau hanya sebagai pendukung biasa yang nanti “cuma” dapat jatah Menteri macam di KPP tadi, rasanya mudah. Cukup merapat ke poros yang sudah ada di PDIP, KKIR atau KPP, selesai urusan. Tapi, apakah cuma itu target Partai Golkar di bawah kepemimpinan  Airlangga Hartarto sekarang ini..?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun