Ba Alawi, sudah mendeklair diri sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Pernyataan Habib Bahar dilegalisasi oleh organisasi bernama Rabithah Alawiyah atau RA. Mari kita lihat, sejauh mana otentifikasinya.
Pada Bagian-1 sudah diurai, betapa penting klaim nasab oleh satu pihak yang mendapat validasi atau pengakuan oleh pihak lain. Ini sekaligus menepis keragu-raguan. Jangan-jangan klaim tersebut palsu adanya. Habib Bahar Bin Smith, sebagai anggota KlanKita berangkat dari tokoh bernama Ahmad Al Abah yang hidup sekitar abad ke lima hijriyah. Beliau ini merupakan anak keturunan dari Isa Ar Rummy bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidy bin Jakfar Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Ibn Ali bin Ali bin Abi Thalib.
Diketahui, bahwa Ali bin Abi Thalib merupakan suami dari Sayyidah Fatimah Azzahro binti Muhammad SAW. Melihat fakta ini, jelas menunjukkan kalau Ahmad Al Abah tergolong Ahlul Bait. Pengakuan ini dilegitimasi, baik dari luar maupun oleh Klan Ba Alawi sendiri. Jadi, soal Ahmad Al Abah keatas sudah final. Beliau ini valid sebagai keturunan Nabi SAW.
Masalahnya kemudian terjadi di bawah Ahmad Al Abah. Berapa orang dan siapa saja nama anak-anak keturunan beliau..? Muncul keterangan Abdullah atau Ubaidillah yang dikeluarkan oleh Klan Ba Alawi sebagai salah satu putra Ahmad Al Abah, yang kemudian menurunkan para cucunya hingga sampai pada Habib Bahar dkk dimasa sekarang ini.
Tapi justru disitulah letak masalahnya. Para tokoh nasab macam KH. Imaduddin Utsman Al Bantani dkk meragukan pengakuan Klan Ba Alawi tersebut. Yang kemudian menjadi polemik sampai mengarah pada perdebatan sengit. Benarkah Abdullah atau Ubaidilah merupakan salah seorang putra dari Ahmad Al Abah..? Kalau tervalidasi, berarti benar klaim Habib Bahar dkk merupakan dzurriyah Nabi SAW. Tapi jika tidak, pengakuan Habib Bahar palsu adanya.
Sekarang mari kita coba reka-reka keraguan para tokoh Nasab. Kita mulai dari pertanyaan, siapakah yang memberi legitimasi kalau Abdullah atau Ubaidillah merupakan putra Ahmad Al Abah..? Apakah cuma sekedar klaim sepihak dari Habib Bahar dkk yang merupakan anggota Klan Ba Alawi, atau memang ada pengakuan yang valid dari pihak luar Ba Alawi..?
Dalam beberapa kitab tentang nasab yang ditulis oleh tokoh dari luar Klan Ba Alawi, yang hidup pada rentang waktu dari abad ke lima, dimana Ahmad Al Abah masih hidup, maupun setelah Al Abah tiada pada abad ke enam hingga kesepuluh Hijriyah, tidak ada satupun yang mencantumkan nama Abdullah atau Ubaidillah. Berikut nama-nama kitab beserta para pengarangnya.
Ada Ibnu Thoba-thoba pengarang kitab Muntaqilah At-Tholibiyah, Al Ubaidili kitab Tahdzibul Ansab, Al Umari kitab Al Majdi Fil Ansab, Al Marwazi kitab Al Fakhri, Imam Ar Razi atau Fakhrurrozi kitab As Syajaroh Al Mubarokah, Imam Ibn Toktokhi kitab Al Ashili Fi Ansabit Tholibin, Ibn Ambah kitab Umdatut Tholib dan yang terakhir Amiduddin An Najafi kitab Bahrul Ansab.
Dimasing-masing kitabnya, kedelapan tokoh tersebut sama sekali tidak menerangkan kalau Abdullah atau Ubaidilah adalah keturunan Ahmad Al Abah. Maka pertanyaan besarnya adalah, siapa sebenarnya Abdullah atau Ubaidillah itu..? Darimana cantolannya, hingga secara tiba-tiba dianggap anak keturunan Ahmad Al Abah, yang kemudian menjadi awal mula bagi Klan Ba Alawi untuk mengklaim diri sebagai anak cucu Nabi SAW..? Sampai sekarang, kedua pertanyaan tersebut belum menemukan jawaban.
Memang benar, pada perkembangan berikutnya ada muncul nama Abdullah atau Ubaidillah. Tapi kemunculannya tersebut bukan sebuah penegasan atau fakta teks sebagai anak Ahmad Al Abah. Melainkan hanya sekedar interpretasi. Karena itu, tingkat kebenaran validasinya masih fifty-fifty. Bisa benar, bisa pula salah. Sehingga, dilingkungan eksternal RA tidak dapat dijadikan dasar yang kuat untuk mendukung klaim Ba Alawi. Kecuali dipakai hanya untuk kalangan internal anggota RA sendiri.
Lalu dalam literature apa dan karangan siapa yang mencantumkan nama Abdullah atau Ubaidillah..? Salah satunya ada di kitab Al Burqah. Dikarang oleh Al Habib Ali bin Abu Bakar As Sakran, wafat pada tahun 895 H. Di dalam kitab ini, Habib Ali menulis, bahwa yang dimaksud Abdullah tak lain tak bukan ya Ubaidillah itu. Sehingga, menurut Habib Ali, baik nama Abdullah maupun Ubaidillah merujuk pada orang yang sama. Alias satu orang.
Tapi faktanya, kemunculan nama Abdullah atau Ubaidillah dikitab Al Burqah karangan Habib Ali itu, baru diketahui pada abad kesepuluh Hijriyah. Berarti, awal mula diketahuinya nama Abdullah atau Ubaidillah dikalangan ahli nasab terjadi setelah 500-an tahun. Atau lima abad pasca Ahmad Al Abah wafat. Berarti pula, mata rantai nama Abdullah atau Ubaidillah terputus sejak dari abad kelima, keenam, ketujuh, kedelapan dan kesembilan Hijriyah.
Lalu ada juga disebut nama Abdullah atau Ubaidilah di kitab Ar Raudhul Jaliy Fi Nasab Bani Alawi. Dikarang oleh Al Imam As Sayyid Muhammad Murtadho Az Zabidi. Hidup dan wafat sekitar abad ke 13 Hijriyah. Namun, lagi-lagi, tak ada penegasan yang kongkrit tentang Abdullah atau Ubaidillah.
Didalam kitabnya ini, Az Zabidi menulis yang kurang lebih demikian : “Maka sungguh telah meminta kepadaku untuk menulis risalah ini”. Siapa yang minta, ialah teman seperguruannya bernama Sayyid Musthafa Bin Abdurrahman Al Idrus. Az Zabidi juga menulis, kalau Ahmad Al Abah punya keturunan yang menyebar di Mesir, Roy, Wasikh, Bashrah dan Baghdad. Tapi tidak ada sebutan putra yang menyebar di wilayah Yaman.
Sementara Abdullah atau Ubaidillah yang diklaim oleh Ba Alawi sebagai putra Ahmad Al Abah, justru dikenal berasal dari Yaman. Selanjutnya masih di kitab karangan Az Zabidi. Saat menerangkan apakah Abdullah itu sama dengan Ubaidilah, Az Zabidi menyelipkan kata “Waqilah”. Tepatnya demikian : “Namanya adalah Abdullah waqilah Ubaidillah”.
Ya kita mahfum. Bahwa waqilah itu bermakna “konon katanya”, alias tidak pasti. Bisa ya, bisa pula tidak. Masih ditambah penjelasan lagi oleh Az Zabidi, “anaknya yang bernama Abdullah waqilah Ubaidillah” itu, “dialah yang terhenti kepadannya cabang dari pohon silsilah yang diberkahi ini”. Disini makin jelas, kalau validitas Abdullah waqilah Ubaidillah sebagai anak Ahmad Al Abah memang kurang kuat.
Itulah sekelumit gambaran ilmiah tentang penelusuran nasab Klan Ba Alawi anggota RA, khususnya Habib Bahar dkk. Karena itu, jika kelompok ini tetap ingin menancapkan kuku sebagai anak cucu Nabi SAW, harus diimbangi upaya sangat keras untuk mencari tahu, siapa sebenarnya Abdullah waqilah Ubaidilah itu. Mengapa terjadi kekosongan penyebutan namanya hingga sampai lima abad...?
Mengapa pula tidak ada dukungan data atau fakta yang di akui oleh para penulis nasab di luar Klan Ba Alawi, sebagaimana thesis yang dikeluarkan oleh KH. Imaduddin Utsman Al Bantani..? Dan munculnya beberapa pertanyaan tersebut, menurut saya bukan masalah benci atau senang. Tapi soal penemuan ilmu pengetahuan “baru”, yang selama ini jarang diketahui publik. Kecuali hanya oleh tokoh tertentu macam KH. Imaduddin.
Jika Klan Ba Alawi tak mau melakukan upaya sebagaimana di formulasikan diatas, dan semata mengandalkan ucapan verbalistik atau pembelaan membabi-buta lewat kata-kata, apalagi tak sudi tes DNA karena dianggap produk Yahudi misalnya, selama itu pula eksistensi Habib Bahar dkk bisa makin turun pamornya. Maka jangan salahkan, apalagi sambil caci maki pakai sebut nama binatang segala, jika ada pihak lain lalu mengganti gelar didepan nama mereka, dari Habib menjadi Pak atau Brow….(Selesai).
Catatan : Tulisan Bagian 1 dan 2 Diolah dari Berbagai Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H