Tapi faktanya, kemunculan nama Abdullah atau Ubaidillah dikitab Al Burqah karangan Habib Ali itu, baru diketahui pada abad kesepuluh Hijriyah. Berarti, awal mula diketahuinya nama Abdullah atau Ubaidillah dikalangan ahli nasab terjadi setelah 500-an tahun. Atau lima abad pasca Ahmad Al Abah wafat. Berarti pula, mata rantai nama Abdullah atau Ubaidillah terputus sejak dari abad kelima, keenam, ketujuh, kedelapan dan kesembilan Hijriyah.
Lalu ada juga disebut nama Abdullah atau Ubaidilah di kitab Ar Raudhul Jaliy Fi Nasab Bani Alawi. Dikarang oleh Al Imam As Sayyid Muhammad Murtadho Az Zabidi. Hidup dan wafat sekitar abad ke 13 Hijriyah. Namun, lagi-lagi, tak ada penegasan yang kongkrit tentang Abdullah atau Ubaidillah.
Didalam kitabnya ini, Az Zabidi menulis yang kurang lebih demikian : “Maka sungguh telah meminta kepadaku untuk menulis risalah ini”. Siapa yang minta, ialah teman seperguruannya bernama Sayyid Musthafa Bin Abdurrahman Al Idrus. Az Zabidi juga menulis, kalau Ahmad Al Abah punya keturunan yang menyebar di Mesir, Roy, Wasikh, Bashrah dan Baghdad. Tapi tidak ada sebutan putra yang menyebar di wilayah Yaman.
Sementara Abdullah atau Ubaidillah yang diklaim oleh Ba Alawi sebagai putra Ahmad Al Abah, justru dikenal berasal dari Yaman. Selanjutnya masih di kitab karangan Az Zabidi. Saat menerangkan apakah Abdullah itu sama dengan Ubaidilah, Az Zabidi menyelipkan kata “Waqilah”. Tepatnya demikian : “Namanya adalah Abdullah waqilah Ubaidillah”.
Ya kita mahfum. Bahwa waqilah itu bermakna “konon katanya”, alias tidak pasti. Bisa ya, bisa pula tidak. Masih ditambah penjelasan lagi oleh Az Zabidi, “anaknya yang bernama Abdullah waqilah Ubaidillah” itu, “dialah yang terhenti kepadannya cabang dari pohon silsilah yang diberkahi ini”. Disini makin jelas, kalau validitas Abdullah waqilah Ubaidillah sebagai anak Ahmad Al Abah memang kurang kuat.
Itulah sekelumit gambaran ilmiah tentang penelusuran nasab Klan Ba Alawi anggota RA, khususnya Habib Bahar dkk. Karena itu, jika kelompok ini tetap ingin menancapkan kuku sebagai anak cucu Nabi SAW, harus diimbangi upaya sangat keras untuk mencari tahu, siapa sebenarnya Abdullah waqilah Ubaidilah itu. Mengapa terjadi kekosongan penyebutan namanya hingga sampai lima abad...?
Mengapa pula tidak ada dukungan data atau fakta yang di akui oleh para penulis nasab di luar Klan Ba Alawi, sebagaimana thesis yang dikeluarkan oleh KH. Imaduddin Utsman Al Bantani..? Dan munculnya beberapa pertanyaan tersebut, menurut saya bukan masalah benci atau senang. Tapi soal penemuan ilmu pengetahuan “baru”, yang selama ini jarang diketahui publik. Kecuali hanya oleh tokoh tertentu macam KH. Imaduddin.
Jika Klan Ba Alawi tak mau melakukan upaya sebagaimana di formulasikan diatas, dan semata mengandalkan ucapan verbalistik atau pembelaan membabi-buta lewat kata-kata, apalagi tak sudi tes DNA karena dianggap produk Yahudi misalnya, selama itu pula eksistensi Habib Bahar dkk bisa makin turun pamornya. Maka jangan salahkan, apalagi sambil caci maki pakai sebut nama binatang segala, jika ada pihak lain lalu mengganti gelar didepan nama mereka, dari Habib menjadi Pak atau Brow….(Selesai).
Catatan : Tulisan Bagian 1 dan 2 Diolah dari Berbagai Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H