Pada beberapa kali hasil survei oleh lembaga kredibel, suara Anies tak pernah unggul dibanding Prabowo dan Ganjar. Anies Baswedan selalu di bawah mereka. Padahal, hasil survei milik Prabowo dan Ganjar fluktuatif. Suatu ketika Ganjar ranking satu. Namun pada ketika yang lain, justru Prabowo yang nangkring diatas. Demikian seterusnya saling saling menyalip.
Suara Anies..? Mentok tetap jalan ditempat. Mari kita tengok hasil survei termutakhir yang rilis pada Hari Selasa kemarin. Dikutip dari berbagai sumber, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyajikan data elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra ada di tempat teratas. Memperoleh suara sebanyak 25.3 persen. Disusul kemudian oleh Ganjar Pranowo 25.2 persen. Dan seperti biasa Anies urut tiga. Cuma dapat 15.4 persen.
Data hasil survei pada segmen tingkat keterpilihan juga menunjukkan posisi yang sama, meski beda jumlah suara. Hasil survei yang digelar pada medio 1-8 Juli 2023 itu menempatkan Prabowo Subianto di posisi awal dengan suara sebanyak 35.8 persen. Lalu berikutnya Ganjar Pranowo 32.2 persen. Dan lagi-lagi yang ketiga Anies Baswedan yang mendapat suara sebanyak 21.4 persen.
Itulah gambaran sekilas kondisi KPP saat ini. Jika Demokrat serta PKS, dan tentu saja Nasdem, tetap ingin mendapat “barokah suara” saat pemilu 2024 berupa efek ekor jas dari pencalonan capres cawapres, maka sebaiknya sejak saat sekarang sudah harus menyiapkan strategi pemilu 2024 yang baru. Misal cari labuhan lain sebagai langkah utama. Ini untuk antisipasi, kalau kondisi KPP benar-benar tak bisa dibenahi dan akhirnya bubar macam KIB.
Poros yang bisa di jadikan jujukan baru ada dua. Bisa ke PDIP dan juga ke KKIR. Di PDIP sekarang sudah ketambahan PPP sebagai partai parlemen. Sementara yang non parlemen ada Perindo dan Hanura. Di KKIR sementara ini masih ada dua parpol. Yaitu Gerindra dan PKB. Kalau KPP jadi bubar, pastinya kawan PDIP dan KKIR akan nambah salah satu, atau salah dua diantara Nasdem, Demokrat, PKS.
Jika anggota KPP tidak segera menyiapkan antisipasi sebagaimana tersebut, saya yakin akan ketinggalan kereta. Kalau sudah demikian, jangan harap suaranya di pileg 2024 akan terdongkrak. Ini mirip kasus Partai Demokrat saat pilpres 2019 lalu. Tak segera ambil sikap hendak ke Prabowo atau Jokowi, akhirnya partai milik keluarga SBY ini keteteran suaranya. Pastinya, Nasdem dan PKS tak mau seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H