Adik-adik mahasiswa yang kebetulan cocok pakai metode saya, tidak harus memilih waktu menulis sama persis seperti saya, yaitu habis subuh. Tapi sama ya dak apa-apa. Adik-adik dapat menentukan sendiri yang diyakini merupakan waktu kosong dan bisa memberi manfaat lain atau nilai plus sebagaimana habis subuh tadi. Misal, sore menjelang maghrib, malam hari setelah jam 12 dan sebagainya. Yang penting target jumlah tulisan yang ingin di capai, misal 4, 5 atau 6 lembar per hari dapat dicapai sesuai schedule yang telah di susun sebelumnya.
Naah, selesai merampungkan target harian, adik-adik harus segera keluar dari pemikiran soal skripsi. Tutup itu laptop atau PC dan beranjak dari kursi. Sebagaimana dulu saya lakukan. Ya demikian itu. Begitu saya kelar menulis 4 halaman, langsung saya tinggal begitu saja. Kalau ide masih ada, saya catat di kertas sekenanya, untuk kemudian esok harinya saya lihat lagi.
Habis itu, ya saya keluyuran. Kalau ada agenda lain, misal jam kuliah, saya masuk kelas. Kalau tidak, ya jalan-jalan. Menikmati dunia luar. Atau melakukan apa saja. Yang penting tidak lagi mikir soal skripsi. Kadang saya tidur lagi. Karena biasanya, setelah nulis 4 halaman, jam sudah ada di kisaran 7-8 pagi. Pada waktu-waktu ini, tidak apa-apa tidur. Sebab fajar sudah lewat. Demikian yang saya lakukan dalam rangka menyiasati penulisan skrispsi.
Cuma perlu diketahui, bahwa apa yang saya paparkan di atas terbatas pada kiat menyelesaikan penulisan. Bukan pada selesainya ujian skripsi hingga keluar nilai. Dengan kata lain, menyelesaikan tulisan berbeda dibanding menyelesaikan ujian skripsi. Menyelesaikan tulisan tergantung pada kita sebagai mahasiswa. Sementara menyelesaikan skripsi, bergantung pada hasil konsultasi dengan dosen pembimbing dan jadwal ujian.
Dimaklumi, untuk urusan konsultasi biasanya tak bisa diperkirakan kapan waktunya. Yang sering terjadi, suka-sukanya dosen pembimbing. Kalau dosen ada waktu dijamin lancar. Tapi kalau tidak, ya alamat tersendat-sendat. Masalah ketentuan waktu ujian juga begitu. Menunggu keputusan atau jadwal dari kampus. Biasanya, kampus akan memberi informasi secara detail jika saatnya sudah dirasa tiba.
Lalu bagaimana sikap yang benar dari kita..? Untuk urusan menyelesaikan penulisan skripsi sebaiknya tak perlu menunggu kesempatan dosen untuk konsultasi. Pokoknya kita rutin istiqamah menulis sesuai target, ya sudah. Perkara nanti ada revisi, ya diperbaki sesuai petunjuk. Tak ada ruginya selesai lebih dulu. Dan biasanya, jika kita sudah menyelesaikan lebih dulu, meski ada revisi akan lebih mudah dilakukan.
Tapi bagaimanapun juga, apa yang saya paparkan tetap memerlukan sikap disiplin. Dan saya kira juga berlaku bagi semua kiat yang ada. Tanpa disiplin, nonsen skripsi akan bisa selesai tepat waktu. Meski sudah punya rencana sebagaimana di atas, kalau malas ya percuma. Hanya saja, kalau direncanakan secara bertahap akan terasa lebih ringan atau tidak memberatkan. Minimal tidak membuat mental dan pikiran terbebani oleh skripsi. Anda tahu, mental terbebani semacam ini juga jadi penghambat terhadap upaya menyelesaikan skripsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H