Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ternyata, Pak Ganjar Bisa Kepleset Juga

2 Januari 2023   09:21 Diperbarui: 2 Januari 2023   09:30 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Saat Pak Ganjar Kasih Bantuan Secara Simbolis, Sumber Foto Kompas.com

Pastinya anda tahu pepatah ini : “Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu bisa jatuh juga”. Kalau saya artikan secara bebas, maknanya begini : secerdas apapun manusia menyempurnakan upaya untuk peningkatan aktualisasi diri, pada ketika tertentu juga dapat melakukan kesalahan. Walaupun pastinya tak mungkin di sengaja. Bahasa gampangnya adalah kepleset.

Demikianlah yang terjadi pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Pejabat yang di capreskan oleh rakyat ini dikenal suka membranding kegiatan lewat medsos. Sebelumnya, tak pernah ada yang protes. Karena konten yang di upload nyaris sempurna. Tapi saat kabarkan tentang rencana pugar 50 rumah kader PDIP, gugatan deras langsung mengalir.

Masalahnya, biaya yang dipakai menggunakan dana Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas Provinsi Jawa Tengah. Sebuah lembaga yang bertugas menghimpun dana dari berbagai kalangan. Untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Siapa saja yang layak untuk dibantu..? Tentu sesuai kriteria yang telah di susun dalam juklak juknis internal Baznas.

Disarikan dari berbagai sumber, Ketua Baznas Jawa Tengah Ahmad Daroji menjelaskan. Bahwa yang berhak menerima adalah warga masyarakat yang masuk kategori miskin. Punya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Baik papan, sandang dan pangan. Pada kasus Pak Ganjar, digunakan untuk memperbaiki rumah.

Ahmad Daroji juga menambahkan, warga yang akan diberi bantuan tak perlu dilihat latar belakang pribadi yang melekat pada yang bersangkutan. Siapapun orangnya, asal memenuhi kriteria, pasti dibantu. Termasuk juga anggota atau kader partai politik dari PKB, Gerindra, Golkar, PPP, PAN dan sebagainya. Kader PDIP-pun juga boleh.

Kalau melihat paparan Ahmad Daroji, program penyaluran bantuan Baznas Jawa Tengah sebetulnya sangat bagus. Selain rehabilitasi RTLH sebagaimana untuk 50 rumah diatas, ada juga misalnya rehab atau pembangunan masjid, TPQ dan pondok pesantren. Dibidang pendidikan, ada beasiswa bagi para pelajar serta mahasiswa. Dan dibidang kesehatan adalah pengobatan gratis.

Sebenarnya, kata Pak Ganjar pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah punya program penyaluran bantuan kepada masyarakat yang asal dananya tak menyedot APBD seperti model Baznas. Dan ini sudah terjadi cukup lama. Sejak Pak Ganjar masih menjabat pada periode pertama. Program tersebut adalah gotong royong bangun rumah warga bersama bupati, walikota dan para pengusaha.

Demikian pula, jalinan kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Baznas juga telah berlangsung mulai tahun 2013 silam. Menurut catatan Pak Ganjar, sudah terdata sekitar 1,14 juta tempat tinggal masyarakat miskin yang dibangun menjadi hunian layak pakai. Jadi bukan hanya ujug-ujug kali ini yang kemudian ribut itu.

Meski sudah lama, tak urung kerjasama kali ini menimbulkan masalah. Gara-garanya, rencana rehab rumah itu di cuit-kan oleh Pak Ganjar. Walau sekarang dihapus, berhubung twitternya selalu di intip orang, terutama lawan politik yang bisa jadi untuk kepentingan “ditembak” kalau suatu saat kepleset, maka meledaklah soal bantuan untuk 50 kader PDIP itu.

Yang kena tuding memang pihak Ganjar. Tapi Baznas Jawa Tengah harus kecipratan getahnya juga. Sehingga Pak Ahmad Daroji perlu turun tangan memberikan klarifikasi sekaligus penjelasan. Tentu agar polemik soal bantuan RTLH buat 50 kader PDIP itu tak bergulir makin panjang. Menjadi bola liar yang bisa saja mempengaruhi kredibilitas Baznas.

Tapi menurut saya, soal tersebut pantas di sikapi. Terutama oleh rakyat. Mengapa, karena bantuan oleh lembaga independen macam Baznas, yang dananya dihimpun dari masyarakat umum dan ASN, tak elok di sebar sebagai branding memunculkan satu golongan. Dalam hal ini PDIP. Pastinya akan menimbulkan rasa cemburu dihadapan kader partai politik lain.

Memang benar, Pak Ganjar sangat sigap dan cepat merespon protes masyarakat. Kata beliau bantuan dana renovasi rumah untuk kader PDIP Jateng akan dicabut. Disamping karena memang tak cukup, butuh 50 juta per rumah sementara bantuan dari Baznas hanya 20 juta, lebih baik di salurkan kepada kelompok masyarakat lain. Misal warga yang terisolasi akibat gelombang tinggi di Karimunjawa.

Tapi yang namanya hati masyarakat kadung “tergores”, lebih-lebih Pak Ganjar ada di dunia politik, soal bantuan RTLH buat 50 kader PDIP itu nampaknya cukup membekas. Hingga beberapa waktu kedepan, saya perkirakan tetap ngendon dalam persepsi banyak orang. Mungkin juga suatu saat akan keluar lagi. Ketika ada pihak yang menganggap layak untuk dimunculkan kembali.

Tentu butuh tambahan usaha bagi Pak Ganjar dan Tim untuk menghapus jejak kasus bantuan RTLH. Agar secepat mungkin bisa hilang dari peredaran dunia maya. Ini sebagaimana saya lihat pada upaya Pak Anies Baswedan. Hingga sampai harus bela-belain perlu terima tambahan nama Yohannes. Demi menghapus jejak politik identitas.

Untung saja bantuan itu belum cair. Masih pada tahap pemberitahuan dan proses administrasi. Jika sudah cair bakal tambah pelik masalahnya. Mungkin harus ada pengembalian uang. Apalagi kalau rumah 50 kader PDIP telah rampung direnovasi. Masak mau di bongkar lagi. Kan tak mungkin.

Pak Ganjar juga sich, tak punya kerjaan sampai harus bersikap “pamer” gembar-gembor kasih tahu latar belakang penerima. Pakai di cuit-kan di twitter lagi. Coba tak perlu begitu. Cukup kabarkan sedang ada kegiatan rencana perbaiki rumah tanpa embel-embel kader PDIP. Tentu dampaknya jadi beda. Soal hendak “ambil hati” Ibu Mega misalkan, ya sampaikan saja secara bisik-bisik. Ini pelajaran berharga bagi Pak Ganjar dan Tim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun