Sejak deklarasi sebagai capres tanggal 3 Oktober 2022 lalu, hingga saat ini Anies Baswedan masih di pusingkan oleh soal cawapres. Memang benar, Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasdem telah memberikan otoritas penuh kepada Anies untuk pilih sendiri. Tapi nyatanya, kewenangan tersebut tak serta merta jadi jalan mudah bagi Anies.
Masalahnya, partai politik macam Demokrat dan PKS yang rencana di ajak gabung dalam koalisi menyodorkan nama sendiri-sendiri. Ironisnya, eksistensi kedua partai itu sangat urgen. Terutama bagi kelangsungan pencapresan Anies. Salah satu saja dari mereka ngambek karena alasan pendapat tak di akomodir, maka bisa pupus harapan Anies.
PKS tetap menyodorkan nama mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher. Sementara Demokrat, ngotot membawa nama Sang Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Anies lalu jadi tersandra. Karena baik nama Aher maupun AHY, tetap dipertahankan ada di saku masing-masing partai.
Kini rasa pusing Anies Baswedan bisa jadi bertambah. Gara-garanya, Nasdem mulai melirik figur baru. Mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Di rujuk dari berbagai sumber, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyebut Pak Andika punya tempat special, guna berjuang di bidang politik.
Pada lain kesempatan, salah satu Ketua DPP Partai Nasdem Effendi Choiri juga komentar soal tandem Anies. Katanya, baik AHY, Aher maupun Andika Perkasa akan dipertimbangkan untuk di usung oleh Koalisi Perubahan menjadi cawapres Anies (Kompas.com, 23/12/2022). Sekarang, mari kita coba telusuri peluang ketiga nama calon pendamping Anies tersebut.
Pertama Pak Aher. Politisi ini jelas dianggap mumpuni oleh PKS. Dan layak jadi cawapres Anies. Pengalamannya mengelola pemerintahan sebagai pimpinan eksekutif tertinggi di Jawa Barat, tentu dianggap modal potensial jika kelak Anies menang rebutan vox pop. Fakta tersebut menunjukkan, sulit bagi PKS menarik Aher dari bursa kandidat pendamping Anies.
Cuma Pak Aher ada kelemahan. Yang mau tak mau membuat Anies dan Nasdem berpikir ulang. Ingat, yang dibutuhkan dari sosok cawapres bukan hanya bejibunnya pengalaman. Tapi juga, dan ini yang terpenting, mampu menambah suara yang sebelumnya sudah dimiliki oleh figur capres. Kalau malah mengikis, jelas berat bagi Anies.
Anda maklum, salah satu kelemahan Pak Anies adalah lebel politik identitas. Yang saat ini berusaha mati-matian untuk dihapus. Dalam konteks ini, Pak Aher jelas tak masuk. Mengapa, karena berasal dari PKS. Sebuah parpol yang oleh mayoritas warga Indonesia masih dilekatkan dengan tokoh macam Rieziq Shihab dan kawan-kawan. Ambil Aher sebagai cawapres, malah makin menebalkan lebel terhadap Anies.
Kelemahan lain, elektabilitas Pak Aher rendah. Dirujuk dari berbagai sumber, rilis hasil survei terbaru Poltracking tak menempatkan nama Aher di jajaran figur cawapres yang menjadi lirikan pemilik vox pop. Yang mendominasi di jajaran puncak tiga besar adalah Erick Thohir 15.1%, Ridwan Kamil 14% dan AHY 11.7%.
Kedua AHY. Nama Ketum Demokrat AHY cukup kuat jadi pendamping Anies. Baik dari sisi kelancaran Nasdem mencukupi syarat presidential threshold. Maupun dari segi sosok AHY sendiri. Dipilihnya AHY, pasti membuat Demokrat tak gamang gabung ke Nasdem. Langsung tancap gas. Bagai naik mobil dijalan mulus tanpa hambatan.
Itupun, masih ditambah hasil survei yang cukup moncer. Sebagaimana data Poltracking tadi, elektabilitas AHY sebagai cawapres relatif tinggi. Ada di kisaran 11.7 persen. Malah kalau di simulasikan berpasangan, yaitu paket Anies-AHY, ketemu di angka 27.5 persen. Ada dibawah Ganjar-Erick. Namun di atas Prabowo-Cak Imin.
Soal lebel politik identitas relatif bisa di minimalisir. Meski tidak sampai terhapus secara penuh hingga seratus persen misalnya. Memang benar, saat pilkada DKI Jakarta 2017 AHY Demokrat lebih condong ke Anies. Dan saat ini, juga sebagai partai oposisi bareng PKS. Cuma adanya nuansa Demokrat lebih NKRI dibanding golongan oposisi lain, tak bisa begitu saja dihilangkan.
Ketiga Andika Perkasa. Secara elektabilitas Mantan Panglima TNI ini memang dibawah AHY. Tapi sanggup mengalahkan Aher. Bahkan untuk kategori cawapres, angka survei yang didapat Andika lebih tinggi dibanding Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Lagi-lagi berdasar pada Poltracking, Andika mendapat 2.5%. Sementara Airlangga 1.9%.
Dari segi upaya menghapus jejak politik identitas, menarik Andika jadi cawapres Anies sangat baik. Ketimbang AHY, apalagi Aher jelas lebih efektif. Menilik pengalaman, Andika tak sekalipun bersentuhan dengan tokoh oposisi. Hari-harinya senantiasa dihabiskan untuk berjuang menjaga ke utuhan Indonesia. Bahkan jadi garda terdepan melawan kelompok perongrong NKRI.
Latar belakang keluarga dan asal usul ideologi juga benar-benar mendukung. Anda tahu Purnawirawan Jenderal AM. Hendropriyono..? Seorang tokoh nasionalis yang sungguh-sungguh cinta NKRI. Jenderal Andika Perkasa adalah menantu dari beliau. Andika sukses meluluhkan hati Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati. Anak perempuan Pak Hendropriyono.
Kemudian, proses menemukan agama sebagai ideologi transendental yang dipilih Andika juga menapakkan jejak mendukung upaya Anies. Sekedar info, dulunya Andika merupakan pemeluk Katholik. Lalu jadi muallaf. Dilingkungan keluarga besar, tentu masih banyak famili yang beragama non muslim. Sebuah kondisi yang bisa jadi rem bagi Andika, ketika muncul potensi berbuat intoleran.
Eksistensi Andika sanggup menetralisir, atau bahkan melunturkan lebel politik identitas Anies. Masalahnya sekarang, mau tidak Andika digandeng oleh Anies. Kalau mau, untung bagi Anies dan Nasdem. Jika diberi takdir menang, posisi Andika sebagai cawapres bisa sebagai kontrol. Ketika ada kecenderungan Anies hendak di kooptasi oleh kelompok intoleran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H