Itupun, masih ditambah hasil survei yang cukup moncer. Sebagaimana data Poltracking tadi, elektabilitas AHY sebagai cawapres relatif tinggi. Ada di kisaran 11.7 persen. Malah kalau di simulasikan berpasangan, yaitu paket Anies-AHY, ketemu di angka 27.5 persen. Ada dibawah Ganjar-Erick. Namun di atas Prabowo-Cak Imin.
Soal lebel politik identitas relatif bisa di minimalisir. Meski tidak sampai terhapus secara penuh hingga seratus persen misalnya. Memang benar, saat pilkada DKI Jakarta 2017 AHY Demokrat lebih condong ke Anies. Dan saat ini, juga sebagai partai oposisi bareng PKS. Cuma adanya nuansa Demokrat lebih NKRI dibanding golongan oposisi lain, tak bisa begitu saja dihilangkan.
Ketiga Andika Perkasa. Secara elektabilitas Mantan Panglima TNI ini memang dibawah AHY. Tapi sanggup mengalahkan Aher. Bahkan untuk kategori cawapres, angka survei yang didapat Andika lebih tinggi dibanding Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Lagi-lagi berdasar pada Poltracking, Andika mendapat 2.5%. Sementara Airlangga 1.9%.
Dari segi upaya menghapus jejak politik identitas, menarik Andika jadi cawapres Anies sangat baik. Ketimbang AHY, apalagi Aher jelas lebih efektif. Menilik pengalaman, Andika tak sekalipun bersentuhan dengan tokoh oposisi. Hari-harinya senantiasa dihabiskan untuk berjuang menjaga ke utuhan Indonesia. Bahkan jadi garda terdepan melawan kelompok perongrong NKRI.
Latar belakang keluarga dan asal usul ideologi juga benar-benar mendukung. Anda tahu Purnawirawan Jenderal AM. Hendropriyono..? Seorang tokoh nasionalis yang sungguh-sungguh cinta NKRI. Jenderal Andika Perkasa adalah menantu dari beliau. Andika sukses meluluhkan hati Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati. Anak perempuan Pak Hendropriyono.
Kemudian, proses menemukan agama sebagai ideologi transendental yang dipilih Andika juga menapakkan jejak mendukung upaya Anies. Sekedar info, dulunya Andika merupakan pemeluk Katholik. Lalu jadi muallaf. Dilingkungan keluarga besar, tentu masih banyak famili yang beragama non muslim. Sebuah kondisi yang bisa jadi rem bagi Andika, ketika muncul potensi berbuat intoleran.
Eksistensi Andika sanggup menetralisir, atau bahkan melunturkan lebel politik identitas Anies. Masalahnya sekarang, mau tidak Andika digandeng oleh Anies. Kalau mau, untung bagi Anies dan Nasdem. Jika diberi takdir menang, posisi Andika sebagai cawapres bisa sebagai kontrol. Ketika ada kecenderungan Anies hendak di kooptasi oleh kelompok intoleran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H