Anda merupakan simpatisan atau anggota satu partai politik..? Kalau ya, maka arah pilihan anda terhadap pasangan capres cawapres yang rebutan vox pop pada pilpres 2024 akan terdeteksi. Mengapa hingga begitu..? Ini tak lain karena ulah sebuah lembaga survei. Ya benar. Jika menyimak perbuatan Poltracking Indonesia berikut ini, rahasia pilihan anda bisa terbongkar.
Sekedar info, kemarin Poltracking adakan survei. Dilaksanakan dari rentang waktu antara tanggal 21-27 November 2022 dengan cara wawancara tatap muka. Metode yang digunakan multistage random sampling. Dipilih warga yang sudah memiliki hak pilih. Yaitu berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Jumlah responden sebanyak 1.220 orang. Margin of error +- 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Disarikan dari laporan Kompas.com dan DetikNews ditanggal yang sama, yakni 22/12/2022, hasil survei Poltracking tersebut berhubungan dengan sejumlah hal. Namun masih tetap mengacu pada perhelatan pilpres mendatang. Yang utama, tentang simulasi kandidat dan sebaran dukungan. Serta elektabilitas pasangan capres cawapres.
Survei juga mengungkap elektabilitas sejumlah partai politik yang baru saja di sahkan oleh KPU. Rupanya, pada pemiliu legislatif 2024 akan ada pergeseran ranking tingkat keterpilihan. Cuma untuk kepentingan pembatasan, saya tak hendak membahas soal tersebut. Fokus saya tertuju khusus pada elektabilitas capres cawapres.
Lalu siapa yang punya potensi kuat untuk menang menurut Poltracking kali ini..? Simulasi pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir, yang oleh para pendukungnya di singkat pakai sebutan “JARIK”, menempati ranking pertama. Perpaduan Ganjar-Erick, kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda, memperoleh suara sebesar 33,1 persen.
Di urutan kedua ada simulasi pasangan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono. Kandidat yang rencananya berangkat dari Koalisi Perubahan hasil gabungan Partai Nasdem, Demokrat dan PKS ini punya elektabilitas 27,5 persen. Selisih sekitar 5.6 persen dibanding pasangan Ganjar-Erick. Dalam perebutan suara pemilu kategori pilpres, angka ini tergolong cukup besar.
Berikutnya, simulasi pasangan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar menempati urut ranking ketiga. Kandidat yang masing-masing merupakan Ketum Parpol Gerindra dan PKB, dan sudah terikat pertemanan lewat MoU di Koalisi Indonesia Raya, sukses mendulang elektabilitas sebesar 25,5 persen. Hanya selisih 2 persen dibanding Anies-Agus Yudhoyono.
Selain tentang tingkat keterpilihan, survei Poltracking juga meneropong distribusi suara kepada para kandidat. Saya lihat, cukup maching dari segi latar belakang lembaga politik antar figur. Cuma tak seratus persen. Ini berarti, terdapat konstituen masing-masing parpol yang coba-coba melirik calon milik partai lain. Meskipun angkanya tidak mayoritas.
Mari kita tengok data berikut. Ganjar adalah anggota PDIP. Prabowo Ketua Umum Gerindra. Dan Anies dicapreskan oleh Nasdem. Lalu kemana saja distribusi suara konstituen PDIP..? Meski yang masuk ke Ganjar mendominasi, yakni sebanyak 74,5 persen, tapi masih ada 14.2 persen yang tersedot ke Prabowo. Bahkan terdapat 6,9 persen dicuri oleh Anies.
Oooo ya, sebelum lanjut kiranya penting juga dilihat dari parpol mana saja limpahan suara yang masuk ke Ganjar. Berdasar data Poltracking, selain dari PDIP Ganjar juga sukses mengambil suara dari PKB sebesar 56.1 persen. Dan dari Perindo, sebuah partai lama namun tak punya Fraksi di parlemen, sanggup mendulang suara sebanyak 36.4 persen.
Balik ke soal aliran suara anggota PDIP. Opini saya, cukup mengherankan. Khususnya soal aliran suara ke Ganjar dan Anies. Ingat, Ganjar merupakan kader senior di PDIP. Punya wibawa cukup tinggi dikalangan anggota partai. Hasil survei oleh berbagai lembaga, selalu nangkring di urut pertama. Masak cuma dapat 74,5 persen. Mestinya, mampu mendulang hingga sekitar 80 persen.
Sebaliknya Anies Baswedan. Siapa yang tak tahu. Bahwa Mantan Gubernur DKI Jakarta ini adalah musuh bubuyutan PDIP. Ibarat film kartun, sudah seperti Tom And Jerry. Tikus dan kucing yang selalu cekcok. Dalam pandangan saya sebelumnya, meski ada anggota PDIP yang tercuri oleh Anies, maksimal tak sampai 1 persen.
Kalau mau ada batas toleransi, ya nol koma sekian-lah. Cuma faktanya, hingga mencapai 6,9 persen. Dalam politik, ada anggota partai keluar sebanyak 1 persen saja sudah merupakan jumlah cukup besar. Apalagi hendak menyentuh angka 7 persen. Bagi politisi semacam Anies, sukses mencuri suara PDIP hingga segitu banyaknya, sungguh prestasi luar biasa.
Tapi sudahlah. Kita-kita tak perlu ikut memikirkan soal itu. Biar internal PDIP yang ngurus. Mengapa sampai ada 6,9 persen anggotanya yang kabur milih Anies Baswedan. Mari kita teruskan saja tengok info selanjutnya. Tentang distribusi suara partai-partai politik ke para kandidat. Ini saya kira lebih menguntungkan untuk disimak. Siapa tahu, jadi pedoman kelak saat masuk ke bilik suara.
Sekarang beralih ke anggota Nasdem. Sekuat apa komitmen para konstituen parpol milik Surya Paloh ini terhadap keputusan partai mencapreskan Anies Baswedan..? Dari laporan Poltracking, ternyata cukup tinggi. Buktinya, ada 85% anggota Nasdem yang pilih Anies. Selain itu, Anies juga dapat limpahan suara dari Demokrat 62%, PKS 76,7%, PAN 60.4% dan PPP 37.5%.
Lalu bagaimana dengan distribusi suara Partai Gerindra..? Saya lihat, komitmen anggota Partai ini sama dengan konstituen Nasdem. Sangat solid mendukung pencapresan Sang Ketum Prabowo Subianto. Di parpolnya sendiri, Prabowo sanggup mendulang suara sebanyak 80.7 persen. Lalu ada limpahan dari Golkar 44.5 persen dan Perindo 36.4 persen.
Itulah gambaran kekuatan dan distribusi suara anggota beberapa partai politik. Kembali ke pertanyaan diatas, jika anda anggota PDIP, maka kuat dugaan anda merupakan pemilih Ganjar Pranowo. Kalau kontituen Nasdem, anda coblos Anies Baswedan. Dan anda yang ada di Gerindra, pastilah kecenderungannya ke Prabowo Subianto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H