Sebagaimana gembar-gembor selama ini, Nasdem senantiasa menyampaikan urusan pertemanan dengan Demokrat dan PKS sudah Fix. Gabungan tiga partai yang rencananya punya nama Koalisi Perubahan tak ada masalah. Terus jalan dan tinggal deklarasi. Untuk pada akhirnya nanti, ketika sudah dibuka tinggal daftarkan paket kandidat capres-cawapres ke KPU.
Mengutip tayangan Kompas.com 09/12/2022, Ketua DPP Partai Nasdem Effendi Choiri atau Gus Choi menyatakan Koalisi Perubahan sudah disepakati oleh ketiga partai. Kata Gus Choi secara rinci, "Jadi sudah disepakati berkoalisi, Koalisi Perubahan itu sudah sepakat, sudah final. Koalisi tiga partai Nasdem, Demokrat, PKS itu final. Itu sudah sepakat".
Namun pernyataan Gus Choi tak di nyana langsung dibantah oleh PKS. Adalah Juru Bicara partai bernama M. Kholid yang melakukannya. Disarikan dari sumber yang sama, menurut M. Kholid PKS masih menunggu hasil keputusan yang nanti akan dikeluarkan oleh Majelis Syuro. Baik tentang calon presiden maupun dengan siapa hendak jalin koalisi.
Melihat fakta itu, apa yang sering disampaikan oleh elit Nasdem selama ini, bahwa kondisi pertemanan tiga partai baik-baik saja, ternyata bagai isapan jempol yang biasa dilakukan anak bayi. Terasa menikmati susu ibu. Padahal yang ditelan hanya air liur sendiri. Dengan kata lain, pernyataan Gus Choi diatas bukan keputusan resmi ketiga partai. Namun baru sebatas usulan sepihak partai milik Surya Paloh.
Artinya, eksistensi Koalisi Perubahan masih ngambang. PKS, dan mungkin juga Demokrat, belum mengeluarkan keputusan resmi secara kelembagaan untuk berkawan dengan Nasdem. Karena itu, bisa dikatakan hingga saat ini Nasdem tetap sendirian. Buntutnya, tak cukup syarat mendaftarkan Anies Baswedan sebagai capres ke KPU. Nah lhoo, gimana ini Masbrow..
Dalam rangka upaya koalisi, ketiga elit partai memang aktif mengadakan rapat. Tempatnya pun pindah-pindah. Kapan hari Anies bahkan terpantau ketemu dengan para pengurus Nasdem, Demokrat dan PKS tingkat wilayah Jawa Tengah. Pertanyaannya sekarang, apa sebenarnya yang sudah dihasilkan dari berkali-kali ketemuan itu..? Apa cuma sukses menikmati kopi dan bicara ngalor ngidul..?
Bisa jadi begitu. Yang jelas fakta menunjukkan. Meski intens ketemu, wujud Koalisi Perubahan saat ini cuma klaim. Tujuannya, saya yakin hanya sekedar memunculkan kesan. Agar konstituen ketiga partai tak bergejolak. Perasaan jadi tenang. Juga menjaga image positif bagi pendukung Anies Baswedan. Agar tetap punya keyakinan tinggi jagoannya dijamin dapat tiket daftar ke KPU.
Di dunia politik, dalam rangka menggaet pemilih, dengan cara menanamkan keyakinan lewat introdusir kesan, merupakan langkah penting. Sudah biasa itu. Seringkali pula jadi prioritas utama dari berbagai strategi. Mungkin sebagai salah satu bentuk aplikasi dari kalimat yang beken diucapkan oleh muda-mudi yang sedang cari pasangan. Kata mereka, "Kesan Pertama Sungguh Menggoda".
Maka tak heran, dalam rangka memunculkan kesan positif propaganda dan intrik atau hal-hal sejenis jadi pilihan diantara beberapa cara. Bisa jadi karena lebih efektif kasih pengaruh. Kalau perlu ngehoaks juga tak masalah. Yang penting, target merubah dan mempertahankan pilihan sukses terwujud sesuai rencana.
Karena itu, mendapati kenyataan adanya bantahan Juru Bicara PKS M. Kholid atas klaim Gus Choi yang terkesan hoaks, sikap terbaik kita selaku pemilik suara adalah tunggu episode berikutnya. Jangan dulu percaya. Apalagi hingga menjatuhkan pilihan. Sebab kalau kita kesusu ambil sikap, khawatir terombang-ambing oleh permainan mereka para politisi. Ingat, kitalah penentu akhirnya lewat coblosan di kertas suara. Bukan mereka.
Cuma apapun itu, saya yakin ada yang salah diantara Nasdem, Demokrat dan PKS dalam upaya proses menuju koalisi. Salah satu diantara ketiganya, kurang pas saat mengambil keputusan. Apa latar belakangnya, hanya ketiga partai yang tahu. Tapi kalau didunia politik, tak kan jauh dari urusan akomodir kepentingan. Kemauan Nasdem, Demokrat dan PKS belum maching.
Tebakan saya, menilik beberapa informasi yang berkembang di pelbagai media, ada mis soal penentuan Anies Baswedan. Yang oleh PKS dianggap terburu-buru dan sepihak. Terburu-buru karena tanpa dibicarakan lebih dulu dengan partai calon koalisi. Dan sepihak karena tak melibatkan PKS dan tentu juga Demokat. Tahu-tahu Nasdem sudah muncul di media. Dengan bangganya umumkan mantan Gubernur DKI sebagai capres.
Lebih menyakitkan lagi, pasca pengumuman Anies dan Nasdem nampak jumawa. Terlihat menyepelekan keberadaan PKS dan Demokrat. Seakan-akan tanpa beban dan rasa bersalah. Lebih jauh, sikap Anies sudah bagai capres yang cukup syarat dan siap mendaftar ke KPU. Lalu mendapat nomor urut, rebutan vox pop dan menang. Untuk kemudian dilantik jadi presiden gantikan Jokowi.
Nasdem setali tiga uang dengan Anies. Menganggap diri sendiri partai besar seperti PDIP. Parpol punya Ibu Megawati yang sudah dua kali berturut-turut menang pemilu legislatif. Yakni pada tahun 2014 dan 2019. Yang tanpa perlu teman koalisi dapat berangkat sendiri majukan capres. Meski pada posisi dibantah macam M. Kholid kepada Gus Choi misalnya, tak masalah buat PDIP.
Namun lain ceritanya bagi Nasdem. Partai milik Paloh ini tak bisa seenaknya mengabaikan sanggahan M. Kholid. Coba dah lakukan. Dijamin akan nelongso dan bengong. Karena sudah kadung gembar-gembor punya capres. Tapi kemudian faktanya cuma jadi penonton. Tak bisa menikmati pertarungan rebutan suara lawan partai-partai lain. Mengapa, karena suara Nasdem amat sangat tidak cukup.
BTW, Anies sudah kadung jalan-jalan ke berbagai daerah. Memperkenalkan diri sebagai capres. Jika sanggahan M. Kholid bisa diatasi oleh Nasdem, bakal berlanjut ke pendaftaran kandidat itu hasil jalan-jalan Anies. Namun kalau sebaliknya, dalam arti Majelis Syuro PKS keluarkan keputusan tidak, maka sangat vatal akibatnya. Menurut anda sekalian, apa kira-kira yang akan terjadi pada Anies dan Nasdem, jika prediksi saya jadi kenyataan..?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H