Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tim Prabowo Ekspose Karpet Merah dan Sikap Sempurna

21 November 2022   08:17 Diperbarui: 23 November 2022   14:16 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto (Foto: KOMPAS/YUNIADHI AGUNG (MYE))

Pernah saya sampaikan di artikel sebelumnya, Tim Prabowo Subianto punya konsep bagus dalam melakukan branding. Sangat jeli melihat momentum dan paham waktu kapan saatnya dilakukan ekspose. 

Disamping itu, punya kemampuan mengkreat sesuatu yang sebenarnya hal biasa, menjadi luar biasa. Salut pada kecerdasan yang dimiliki. Lepas dari soal efektif atau tidak, Tim Prabowo patut di apresiasi.

Beberapa contoh diantara kreatifitas Tim Prabowo adalah saat Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra itu hadir di acara Presidensia G20 Bali. 

Tepatnya ketika sedang jalan hendak masuk ke arena. Sang Capres Gerindra ternyata tak lewat dan enggan injak karpet merah. Namun pilih disebelah. Padahal kalau mau, ya tak apa-apa.

Adalah Bachren Lukskardinul, fotografer Prabowo yang jepret momen tersebut. Kemudian diunggah dalam akun instagram pribadi. 

Disertai caption yang bunyinya, “Beliau bukan presiden. Bukan pemimpin tertinggi negara. Beliau sangat sadar akan kapasitas. Siapapun bisa belajar adab dari Prabowo Subianto. Tidak hanya didepan banyak orang, tetapi juga jika tidak diperhatikan orang” (Warta Ekonomi, 19/11/2022).

Satu lagi. Ketika Prabowo Subianto menghadiri acara Muktamar Muhammadiyah di Solo Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Lagi-lagi diekspose oleh fotografer yang sama, Bachren Lukskardinul. 

Kali ini dipilih momentum saat Prabowo menunjukkan sikap sempurna. Kala menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo. Capture yang ditampilkan adalah tentang penghormatan.

Bachren mengurai, dulunya Pak Jokowi memang rival politik Prabowo saat dua kali pilpres. Pada posisi kalah lagi. 

Namun ketika diajak masuk kabinet sebagai Menteri Pertahanan, yang tak lain adalah bawahan presiden, Prabowo menunjukkan jiwa besar. 

Tanpa ragu, spontan sambut kedatangan Jokowi pakai sikap sempurna. Kalau dimiliter, sikap sempurna Prabowo sama dengan hormat pada komandan.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Saat Berjalan di Pinggir Karpet Merah, Sumber Foto Akun Isntagram @bachren.71
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Saat Berjalan di Pinggir Karpet Merah, Sumber Foto Akun Isntagram @bachren.71

Unggahan foto Bachren Lukskardinul, yang juga di ekspose oleh beberapa media terkemuka, saya yakin menuai tanggapan positif. 

Terlebih, caption yang dipilh atas kedua peristiwa tersebut sangat menggugah rasa simpati. Tulis Bachren “Siapapun bisa belajar adab dari Prabowo Subianto”. Juga “Lagi-lagi saya belajar”. Merupakan ungkapan sikap merendah serta jauh dari karakter sombong.

Jika dibanding kondisi beberapa masa silam, saya lihat secara teliti ada perubahan karakter pada diri Prabowo. Bisa jadi, perubahan tersebut sengaja dibentuk oleh Tim. 

Akan tetapi, bisa pula karena faktor bergabungnya Prabowo masuk kedalam kabinet Jokowi. Kita paham bersama, bahwa lingkungan memang punya pengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang.

Dulu saat masih jadi rival, pembawaan Prabowo cenderung keras, bersifat menyerang dan agresif. Baik dari segi gerak tubuh maupun argumentasi verbal yang diucapkan. 

Anda tentu masih ingat peristiwa pukul-pukul meja podium ketika Prabowo bicara tentang antek asing. Yang terjadi pada kampanye pilpres 2019 di Yogyakarta.

Sekedar flashback, pada pilpres 2019 dan 2014 Prabowo mendapat support penuh dari kelompok yang cenderung ada di aliran “kanan”. 

Macam FPI dan kawan-kawan. Sudah maklum, gerakan mereka kelihatan penuh nafsu. Terpantau sangat militan dan frontal. Naah, orang-orang yang punya karakter macam merekalah yang hampir tiap hari ada disekeliling Prabowo.

Kini, seiring perubahan habitat, karakter menyerang dan agresif Prabowo sudah hilang. Apakah karena menjadi salah seorang menteri, lalu apapun yang dilakukan harus lembut pada pemerintah? Saya kira bukan itu sebabnya. 

Karena menjadi bagian dari pemerintah dan pembawaan diri adalah dua hal berbeda. Yang pertama berhubungan dengan pilihan profesi. Sementara yang kedua adalah model atau cara mengungkapkan ekspresi.

Perubahan karakter Prabowo Subianto, dalam pandangan saya lebih dekat karena faktor  beda lingkungan dibanding sebelumnya. 

Sering bergaul dan interaksi dengan Pak Jokowi, telah menggugah rasa belajar Prabowo untuk terus menerus melakukan evaluasi. Dan rupanya, pembawaan Pak Jokowi yang lembut, adem, damai  dan toleran, mampu diadopsi dengan baik oleh Prabowo.

Apakah perubahan demikian dilakukan hanya demi mendongkrak popularitas menjelang pilpres 2019, dimama munculnya kesan atau persepsi positif terhadap seorang capres sangat dibutuhkan? 

Ataukah memang murni tumbuh dari nurani Prabowo, mengingat mantan Danjen Kopasus tersebut pernah disebut sebagai tokoh yang paling ikhlas oleh KH. Abdurrahman Wahiud Atau Gus Dur..?

Tak bisa dikatakan dengan pasti. Karena itu merupakan gerakan hati. Anda tahu, kalau yang namanya gerakan hati tak ada satupun manusia yang bisa mengetahuinya dengan sangat akurat. Kecuali yang menciptakan. Yaitu Tuhan Yang Maha Tahu atas segala apa yang terbersit dalam diri manusia serta alam sekitar.

Tapi yang jelas, soal niat hati tersebut, apakah murni atau ada udang dibalik batu, didunia politik tak tergolong pembahasan yang sering dibicarakan. Kasarnya, perubahan karakter yang terjadi pada seorang politisi tak perlu dihubungkan dengan ikhlas atau riyak. 

Dua-duanya diperbolehkan. Karena urusannya menyangkut kepentingan antar sesama manusia. Adapun soal penilaian dari Tuhan Yang Maha Tahu, biar menjadi masalah pribadi yang bersangkutan.

Bagi seorang politisi, mengubah karakter baik lewat rekayasa, karena faktor lingkungan, untuk perbaikan diri maupun demi kepentingan branding, bukan sesuatu yang tabu atau terlarang. 

Sah-sah saja. Malah, jika memang dibutuhkan akibat adanya tuntutan strategi, dianggap tindakan yang justru wajib dilakukan. Siapapun politisinya, saya yakin pernah melakukan “komuflase” semacam itu.

Dan sebagai pasukan, Tim Prabowo saya anggap sukses luar biasa menampilkan perubahan karakter Sang Capres lewat branding. 

Tak terasa, minimal saya dan mungkin anda para pembaca, serta bisa jadi juga pendukung Jokowi yang pada pilpres sebelumnya mati-matian anggap Prabowo “keras”, pelan-pelan mulai geser persepsi. Bahkan lalu berubah simpati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun