Ada kemajuan cukup berarti di Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB besutan Golkar, PPP dan PAN. Tim kecil yang dibentuk, sukses menetapkan kriteria calon presiden dan calon wakil presiden untuk ditarungkan pada pilpres 2024. Hal ini sampaikan secara langsung oleh Achmad Baidlowi. Salah seorang Ketua DPP PPP.
Kalau yang menyampaikan salah satu pentolan KIB, berarti valid. Bukan info abal-abal. Apalagi, hingga kini tak ada satupun elit anggota KIB lain, baik dari Golkar maupun PAN, yang mengoreksi pernyataan Baidlowi. Selain valid, juga menunjukkan soliditas dan padunya gerakan para anggota KIB. Mereka bertiga kompak. Mengapa, karena penetapan soal kriteria dilakukan secara bersama-sama. Bukan sepihak hanya oleh salah satu partai.
Meski cuma kriteria, belum secara khusus menyebut nama capres, sudah relatif lebih bagus. Dibanding Nasdem yang terlalu berani tentukan nama capres Anies Baswedan sendirian. Sama sekali tak melibatkan Demokrat dan PKS. Padahal, sebagai sebuah tim, tentu ini kurang elok. Cenderung bermasalah. Dan benar saja. Hingga kini nasib perkawanan ketiga partai itu masih terkatung-katung.
PPP, Golkar dan PAN rupanya membaca dengan sangat serius fenomena yang terjadi pada Koalisi Perubahan. Sebuah nama yang rencananya akan disematkan pada pertemanan Nasdem, Demokrat dan PKS. Mereka tak ingin kondisi KIB sama dengan koalisi yang usung Anies Baswedan sebagai capres itu. Makanya, bicara soal kriteria saja, dilakukan bertiga. Apalagi nanti, ketika hendak tentukan figur.
Disarikan dari laporan Tempo.co, edisi 17/11/2022, lima kriteria yang harus dimiliki oleh kandidat capres-cawapres KIB adalah, pertama integritas kuat. Kedua, kualitas mumpuni. Ketiga, punya pengalaman sebagai pimpinan organisasi, baik dilingkungan pemerintah, partai atau lainnya. Keempat, komitmen terhadap nasib rakyat. Kelima, ini yang paling penting kata Baidlowi, adalah soal elektabilitas.
Melihat lima kriteria, yang nomor satu sampai empat nampaknya bersifat umum, normatif dan standard. Belum menukik tajam terarah pada kewajiban adanya potensi yang harus dimiliki oleh seorang kandidat. Kalau tak dilandasi pemikiran jernih bisa debatable. Menimbulkan multi tafsir tak berkesudahan. Kecuali kriteria yang nomor kelima. Sudah terang benderang.
Penyebutan “elektabilitas” oleh Baidlowi, tak bisa dibantah mudah ditebak. KIB ingin capres-cawapres yang diusung punya nilai jual tinggi. Ada peluang besar menang rebutan vox pop. Sebaliknya, KIB tak ingin calon yang hanya mengandalkan tampang. Tapi ketika diadu lawan kandidat lain, jebulnya keok. Ya wajar saja. Koalisi atau partai mana sich yang ingin jagoannya kalah. Ya pastilah ingin menang.
Kalau melihat elektabilitas berdasar survei terbaru, rakyat yang melek politik pasti paham. Hingga kini, yang selalu masuk tiga besar adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Lalu ada Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP Ganjar Pranowo. Dan terakhir mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sudah lebih dulu dicapreskan oleh Nasdem.
Pilpres 2024 memang masih jauh. Ada waktu sekitar kurang lebih dua tahun hingga sampai pada hari H pencoblosan. Parpol yang ada seperti PDIP, atau gabungan koalisi partai yang sudah terbentuk macam KIB, ada cukup waktu melakukan persiapan. Baik tentang strategi, rumusan program dan terutama tentang kandidat capres-cawapres.
Bisa saja, pada rentang waktu itu terjadi pergeseran atau malah perubahan hasil survei. Ya namanya juga hidup didunia politik. Apa yang sudah ada dan terjadi, tak dijamin dapat terus bertahan atau konsisten ada di satu posisi. Suatu ketika di pinggir. Lain hari pindah ketengah. Dan pada situasi berbeda malah terjun bebas meluncur ke bawah.
Namun untuk kepentingan merespon keputusan KIB tentang kriteria capres-cawapres, kita ambil yang sudah pasti. Bukan hendak menafikan atau menepis kemungkinan adanya perubahan kelak dikemudian hari. Tapi semata hanya untuk melakukan pengukuran antara kemauan KIB dengan perkembangan terkini soal kandidat atau figur. Manakah diantara tiga besar hasil survei diatas yang bisa masuk radar KIB..?
Menurut saya, baik Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan, sama-sama masuk lima kriteria. Meskipun kalau melihat yang pertama sampai keempat, pendapat saya ini masih relatif dan terbuka kemungkinan untuk diperdebatkan. Sebagai akibat adanya sifat-sifat umum, normatif dan standard dalam empat kriteria awal sebagaimana diputuskan oleh KIB.
Tapi untuk kriteria yang kelima yaitu elektabilitas, dan sekali lagi saya tekankan “ini yang terpenting” kata Baidlowi, baik Prabowo, Ganjar dan Anies seratus persen masuk. Saya yakin, tak ada diantara pembaca yang berani mendebat saya tentang hal ini. Mengapa, karena melihat beberapa kali survei dari awal hingga terbaru, ketiga politisi tersebut selalu dominan dibanding tokoh lain.
Maka, tak ada pilihan lain yang layak masuk nominasi kecuali Prabowo, Ganjar dan Anies. Hanya saja, karena cuma diperlukan satu tokoh, sekarang tinggal berapa kuat diantara ketiganya yang ada kemungkinan diambil oleh KIB. Mari kita mulai dari Anies Baswedan. Seorang politisi, namun bukan pengurus apalagi pemilik partai.
Anies memang masuk kriteria capres cawapres. Cuma dalam pandangan saya, ada halangan cukup prinsip untuk bisa diambil oleh KIB sebagai capres. Mengapa, karena di KIB ada Golkar. Yang meski survei Ketumnya Airlangga kurang mendukung, tapi partainya jauh lebih besar dibanding Nasdem. Kalau cawapres masih mungkin dipertimbangkan. Namun apa iya Anies Nasdem mau turun pangkat. Saya yakin tak kan mau. Jadi nama Anies kita keluarkan.
Sekarang Ganjar Pranowo. Peluang Gubernur Jateng ini sebenarnya cukup besar masuk ke KIB. Bahkan, kapan hari memang sempat beredar usulan duet Ganjar-Airlangga. Yang saya kira sangat potensial bisa menang pilpres. Hanya saja, setelah Ganjar dipanggil oleh PDIP, dan disidang disiplin partai, usulan duet tersebut meredup dengan sendirinya. Tebakan saya, Ganjar akan tetap loyal pada Bu Mega. Karena itu, namanya juga kita keluarkan. Kecuali ada keputusan radikal dari PDIP.
Maka nama terakhir yang pantas diusung sebagai capres berdasar lima kriteria KIB adalah Prabowo Subianto. Asal, tentu saja ambil cawapres dari anggota KIB. Memang butuh renegosiasi dengan PKB. Mengingat, sudah santer beredar Sang Ketum yakni Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, akan jadi cawapres Prabowo. Jadi butuh kepiawaian Golkar, PPP dan PAN merayu PKB Cak Imin.
Kalau rayuan itu berhasil, maka paket capres-cawapres Prabowo dengan salah satu tokoh yang disodorkan KIB akan jalan. Bagaimana dengan Prabowo? Jika tertarik dengan tawaran KIB, Gerindra pasti akan membicarakannya dengan PKB. Hingga nanti tercipta kolaborasi antara KIB dan KIR. Pada satu kesempatan, Pak Prabowo pernah bilang, punya kawan seribu masih kurang. Punya musuh satu orang sudah terlalu banyak. Dan kolaborasi antara Gerindra, PKB, Golkar, PPP dan PAN sungguh merupakan perkawanan yang sangat dahsyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H