Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menengok Jalan Pencapresan Prabowo

16 November 2022   08:25 Diperbarui: 16 November 2022   08:31 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil survei berbagai lembaga menunjukkan Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sulit digeser dari tiga besar. Cuma dari segi pemberitaan, cenderung didominasi oleh Anies Ganjar. Memang tak dipungkiri ada kegiatan Prabowo juga diliput oleh media. Tapi lebih sering terkait tugas sebagai Menteri. Yang ada hubungan langsung dengan pencapresan, porsinya lebih kecil.

Ya benar. Kalau diamati sekilas, info tentang Prabowo sebagai capres kalah intens dibanding Ganjar Anies. Hal ini wajar. Mengingat dua capres terakhir masih penuh problematika. Anies tak kunjung bisa nyapres. Sebelum Demokrat PKS resmi jadi kawan. Ganjar juga demikian. Tak ada kepastian soal tumpangan untuk kendaraan daftar ke KPU.

Sebaliknya bagi Prabowo, masalah yang dialami Anies Ganjar sudah lewat. Kita ketahui bersama fakta beberapa waktu lalu. Menyusul terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu bentukan Golkar, PPP dan PAN, Gerindra sukses gandeng PKB jalin perkawanan. Terkenal dengan sebutan Koalisi Indonesia Raya. Suaranya cukup buat daftar capres. Gerindra dapat 12.31 persen. Sedang PKB 9.69. Kumpulan total keduanya sebanyak 22 persen.

Lebih beruntungnya lagi, prosentase posisi Prabowo sebagai capres mendekati angka 100 persen. Lha bagaimana tidak, PKB yang diajak jadi kawan oleh Gerindra, tergolong partai yang tahu diri. Meski hingga kini Ketumnya Cak imin masih didorong sebagai capres, tapi jika sampai waktunya berubah jadi cawapres, rasanya tak jadi masalah. Kata Waketum PKB Jazilul Fawaid, hampir dipastikan Prabowo sebagai capres dan Muhaimin Iskandar cawapres (Kompas.com 15/11/2022).

Karena tak lagi disibukkan oleh soal kendaraan dan posisi, Prabowo Subianto dan Partai Gerindra bisa lebih konsentrasi. Prabowo fokus pada kinerja selaku Menteri Pertahanan. Sementara Gerindra, bertugas branding secara positif hasil kerja capresnya itu. Bahwa Pak Prabowo sukses jadi Menteri. Dan sangat layak dipilih oleh rakyat menggantikan jabatan Pak Jokowi.

Maka tak heran, kelihatan sekali aksi capres Prabowo berjalan padu dengan strategi Gerindra sebagai partai pengusung. Bagai orchestra atau pertunjukan group musik ternama. Kedengarannya merdu, indah dan pantas dinikmati. Beda dengan Anies atau Ganjar. Yang terlihat gerak sebelah. Tak ada dukungan positif dari calon koalisi atau partai. Jadinya, strategi mereka terlihat sumbang. Ibarat suara musik, serak dan terasa fals.

Dampak konsentrasi memang luar biasa. Lambat laun, secara natural dukungan dari kelompok politik berpengaruh datang menghampiri Prabowo. Yang masih hangat tentu pernyataan Presiden Jokowi saat pidato di HUT Partai Perindo. Kata Jokowi, setelah beliau adalah jatah Pak Prabowo. Tak perlu tafsiran lebih dalam. Orang awampun gampang menangkap maksud Pak Jokowi.

Berikutnya, masih ditambah datang dari Projo. Sebuah entitas politis namun esktra partai. Diketahui, beberapa hari lalu, Ketum Projo Budi Arie bersama jajaran pengurus berkunjung menemui Prabowo di Kertanegara Jakarta Selatan. Tak lain menyampaikan hasil Musyawarah Rakyat. Yang antara lain memunculkan nama Prabowo untuk didukung sebagai capres.

Terbaru, dukungan kepada Prabowo datang dari wong cilik. Adalah Lembaga Survei Political Weather Station atau PWS yang mengungkap kenyataan ini. Berdasar survei yang diadakan pada rentang waktu tanggal 4-11 November 2022, diperoleh data capres Prabowo mendapat dukungan sebesar 56.2 persen. Unggul atas calon lain seperti Ganjar, Anies hingga Erick Thohir.

Dikalangan petani, lagi-lagi Prabowo menang. Capres Gerindra ini beroleh suara 56.2 persen. Sementara yang 43.8 persen merupakan akumulasi dukungan kepada tokoh politik lain macam Cak Imin, Anies, Ganjar, Moeldoko, Erick Thohir dan Ridwan Kamil. Dominasi suara Prabowo juga tak terkejar dikelompok masyarakat yang belum memiliki pekerjaan. Disegmen ini beliau dapat 54.8 persen. (Sumber data Tempo.co, 15/11/2022).

Keberadaan wong cilik, para petani dan kelompok masyarakat belum ada pekerjaan, tak bisa dipandang remeh. Jumlah mereka cukup signifikan. Jika Prabowo dan Tim dapat mengelola hasil survei oleh PWS diatas, bukan tak mungkin mampu dijadikan ladang alternatif meraih vox pop dalam jumlah besar. Bisa menambah ceruk suara yang sebelumnya sudah ada. Baik dari konstituen Gerindra, maupun PKB sebagai mitra koalisi pendukung Prabowo.

Intensitas pemberitaan tak dipungkiri memang ada pengaruh terhadap naik turunnya elektabilitas seorang capres-cawapres. Namun tidak serta merta terwujud sesuai harapan. Kalau isinya belum mendukung, bisa stagnan atau malah terjun bebas. Karena itu, kedepan mari kita lihat seperti apa kekuatan suara vox pop terhadap Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Ditengah-tengah intensnya berita tentang keduanya, yang hanya itu-itu saja.

Hingga kini, berita soal capres Anies terpantau masih tetap seputar branding sebagai politisi toleran. Selain itu, ada aktifitas kampenyekan Partai Nasdem. Sementara Ganjar, masih setia buat konten turun kemana-mana blusukan sebagai Gubernur Jawa Tengah. Kalau Tim kreatif kedua capres tersebut tak segera cari model lain, bukan tak mungkin masyarakat penikmat medsos jadi jenuh. Akibatnya, mereka berdua tak lagi mendapat lirikan.

Jika dibiarkan terus-menerus, reputasi Anies Ganjar bisa pudar. Redup seiring peningkatan elektabilitas Prabowo, sebagai pengaruh dari produktifitas branding yang secara konsisten selalu diperbaharui sesuai fakta terupdate. Dalam hal ini, patut dipuji Tim Kreatif Prabowo ketika menangkap momen dukungan dari Projo. Kemasan bungkusan beritanya cukup elegan dan bijak.

Sebenarnya, kalau Ganjar dan Tim cukup jeli melihat prioritas, peluang membuka pintu sebagai capres dan menang pertarungan cukup terbuka lebar. Fokuskan dulu gerakannya pada usaha meraih simpati partai. Terutama PDIP. Baru kemudian branding. Mengapa, karena sebelumnya Ganjar memang sudah punya nama untuk dijadikan modal. Tanpa branding secara massifpun, sosoknya tetap berkibar. Termasuk di mata Projo.

Tapi ya sudahlah. Itu pilihan strategi Ganjar. Saya sebagai penikmat politik tak bisa ikut campur. Cuma kali ini saya harus akui bagusnya gerakan Prabowo dan Tim. Pilih gerakan slow dan tak kesusu. Selain itu, juga sangat jitu ambil sikap dan jeli melihat peluang. Sekarang, yang perlu dilakukan cuma menjaga konsistensi bersama teman koalisi PKB. Hingga sampai nanti waktu pendaftaran, bertarung rebutan vox pop, menang pilpres 2024 lalu dilantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun