Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Agus Harimurti Yudhoyono

22 Oktober 2022   07:31 Diperbarui: 22 Oktober 2022   07:42 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Foto Dok. Kompas.com

Terus terang, dari beberapa ketua partai nasional yang sekarang ini eksis, saya taruh perhatian khusus kepada Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Tapi bukan karena prestasi. Melainkan rasa kasihan. Anak ini terlau dini masuk politik. Dan sayangnya, harus keluar dari TNI justru pada saat karirnya lagi moncer.

Ketika itu tahun 2017. AHY menyatakan pensiun awal dari tentara dengan pangkat terakhir melati satu atau mayor. Lalu ikut pilkada DKI Jakarta sebagai cagub. Namun kalah diputaran pertama. Kini tahun 2022 didorong ke cawapres. Cuma tak dianggap. Bahkan beroleh komentar kurang baik. Katanya AHY belum layak.

Adalah pengamat politik Fernando Emas yang menyatakan demikian, mengomentari wacana AHY jadi pendamping Anies Baswedan. Jelasnya, bagi Fernando AHY tidak masuk kriteria cawapres Pak Anies. Dan kalau dipaksakan, maka peluang kemenangan sangat kecil. “Nantinya Anies cuma akan menggendong elektabilitas AHY” (Warta Ekonomi.co.id, 21/10/2022).

Tak bermaksud menyalahkan, pilihan AHY melepas jabatan di TNI lalu masuk dunia politik memang terlalu dini dan agak dipaksakan. Sebab kiprah terbanyak AHY sejak “kecil” hanya fokus sebagai tentara. Ingat, keseharian AHY jarang bersentuhan dengan intrik dan trik politik. Yang pastinya beda jauh dibanding lingkungan TNI. Sementara pangkatnya yang baru masuk kategori perwira menengah, kurang tinggi jika harus bertarung di tingkat provinsi.

Dulu saya kira adiknya Edhie Baskoro Yudhoyono atau EBY yang akan dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tapi perkiraan saya keliru. Entah itu merupakan keputusan Pak SBY dan keluarga atau murni dorongan partai Demokrat, ternyata AHY yang maju. Mau tak mau, EBY harus ikhlas. Karena selain AHY adalah kakak, juga tak elok berebut posisi sesama anggota keluarga.

Andai dulu EBY yang maju, lepas dari soal menang kalah, sebenarnya sangat bagus dan merupakan pilihan tepat. Sebab meski umurnya lebih muda, sejak awal EBY memang sudah malang melintang didunia politik. Jika menang pilkada DKI, alhamdulilah. EBY dan demokrat punya panggung untuk branding. Kalah juga alhamdulilah. Karena dianggap sebagai pembelajaran politik bagi EBY.

Alhamdulillahnya lagi, AHY tetap sebagai tentara. Bisa jadi pangkatnya sekarang sudah masuk perwira tinggi. Luar biasanya lagi kalau EBY jadi gubernur DKI, eksistensi karir kakak adik keturunan Pak SBY sama-sama moncer. Dan masih dapat dilanjutkan lagi hingga jauh kedepan. Untuk kemudian, EBY dan AHY jalan padu berdua ngurus negeri ini.

Sekarang nasi sudah jadi bubur. Idealisme menjadikan kakak adik punya jabatan mentereng di pemerintahan tak berjalan mulus. Kecuali di internal partai. Itupun untuk AHY sudah mentok sebagai ketua umum. Sementara adiknya EBY, tetap berkutat di legislatif sebagai anggota DPR RI Fraksi Demokrat.

Namun belum terlambat. Kalau Pak SBY atau Demokrat masih ingin menaikkan karir politik AHY sekaligus EBY, sebaiknya ubah strategi pengkaderan. Mulai sekarang lakukan rotasi pucuk pimpinan partai. AHY diminta legowo letakkan jabatan. Ketum Demokrat berikan ke EBY. Adik AHY ini saya kira sanggup urus partai secara nasional.

Apresiasi terhadap EBY, saya kira tak terlalu berlebihan. Mengingat relasi yang terbangun dikalangan struktur partai hingga level terbawah, sudah berjalan jauh sebelum AHY jadi ketum. Saat AHY masih aktif sebagai tentara, EBY telah duduk berkecimpung didunia politik. Menurut saya, adik SBY ini punya pemahaman relatif lebih bagus tentang seluk beluk dunia politik.

Menjadikan EBY ketum demokrat, bagi SBY tentu bukan persoalan sulit. Apalagi posisi beliau sebagai Ketua Dewan Pembina. Yang punya otoritas dan hak penuh mengatur dinamika partai. Anda masih ingat estafet pergantian ketum dari SBY ke AHY, begitu mudah bukan..? Semudah itu pula saya kira menggeser “kursi” AHY ke EBY.

Lalu bagaimana karir politik AHY..? Jika memang ingin berproses di politik hingga masuk jenjang pemerintahan level tertinggi kelak, kakak EBY tersebut sebaiknya harus rela dan tak perlu gengsi apalagi malu untuk memulai dari level dasar lebih dulu. Misal nyalon sebagai Bupati Pacitan. Ini pilihan realistis dan sangat mendidik bagi seorang politisi yang ingin menimba pengalaman.

Pacitan adalah markas utama Pak SBY dan merupakan “negara” Demokrat. Bertarung serta menang pilkada disini tentu tak sulit bagi AHY. Jika skenario jalan, jadi bupati di wilayah Jatim ini merupakan peluang dan kesempatan mendapat panggung. AHY dapat melakukan branding besar-besaran tentang kualitas kinerja yang dihasilkan selama aktif menjadi pejabat daerah.

Anggap saja sebagai batu loncatan untuk kelak meraih posisi lebih tinggi. Selain itu, jadi bupati juga merupakan media. Yang akan membantu AHY mendapat ilmu pengetahuan serta pengalaman dibidang sosial politik. Dengan kata lain, semacam kawah candradimuka bagi AHY. Ini ibarat ketika AHY masih berproses di TNI hingga sampai pada level perwira menengah. Bukankah itu dimulai dari bawah lebih dulu..?

Kalau sukses jadi bupati, AHY silahkan incar itu jabatan Gubernur. Bisa di Jawa Timur atau DKI Jakarta. Keduanya sama-sama potensial. Di Jatim, AHY tinggal meneruskan saja. Mengingat selama jadi bupati, pastilah sudah terbangun jaringan antar kabupaten. Sebagai Gubernur DKI, saya kira juga bisa. Bukankah tahun 2017 sudah pernah dan beroleh suara cukup baik..?

Misal sukses jadi Gubernur, maka jalan lempang menjadi presiden akan terbuka juga bagi AHY. Mengapa, karena vox pop publik memang tak bisa di ingkari selalu mengarah kepada politisi dan pejabat yang punya kualitas baik, macam Pak Jokowi dulu dan Ganjar Pranowo sekarang ini. Meskipun hal demikian hanya andai-andai dari saya, namun cukup realistis dijalani oleh AHY seiring umurnya yang masih muda. Asal, sekali lagi, mau membuang rasa malu dan gengsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun