Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketakutan Hasto Atas Dukungan Rakyat terhadap Ganjar

20 Oktober 2022   07:07 Diperbarui: 20 Oktober 2022   07:26 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Dan Ganjar Pranowo, Sumber Foto YouTube Kompas.com

Apakah kewenangan mengaku siap dicalonkan sebagai presiden hanya boleh dilakukan oleh satu politisi atau kader parpol tertentu..? Ya mestinya tidak. Siapapun orangnya, berhak menyatakan kesediaan. Apalagi untuk bangsa dan negara. Bukan kepentingan golongan, pribadi apalagi anak sendiri. Tak elok rasanya, jika ada politisi apalagi tokoh partai, yang mempermasalahkan atau bahkan menyalahkan kesiapan orang lain.

Demikian itu yang terjadi saat saya cermati tanggapan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto soal kesiapan Ganjar Pranowo dicalonkan sebagai capres. Reaksinya sangat posesif. Seakan-akan, soal capres hanya milik segelintir elit PDIP. Sementara yang tergolong alit, tak berhak menyampaikan sikap. Padahal, baru sebatas pada pernyataan kesediaan. Belum sampai pada keputusan menjadi kandidat.

Namanya juga pernyataan, ya belum tentu jadi. Dan sebatas itu sebenarnya yang dilakukan Ganjar. Sayang, tanggapan Hasto yang entah mewakili institusi PDIP atau hanya sikap pribadi, tak proporsional. Terlalu berlebihan. Bagai membunuh nyamuk pakai senjata AK 47. Sama sekali tak efesien. Malah ada kesan, Hasto atau PDIP ketakutan.

Sebenarnya, apa yang dilakukan Ganjar selama ini, baik posisinya sebagai Gubernur, kader PDIP maupun pribadi, masih tergolong normal. Caranya mengekspose secara terbuka berbagai kesibukan dinas, kegiatan di partai dan aktivitas sendiri, dimedia sah-sah saja. Para pejabat dan beberapa politisi lain juga sering melakukan. Dan tak ada teguran, peringatan atau bahkan sanksi dari induk organisasi.

Menurut saya malah bagus. Anggap saja itu sebagai media menyampaikan laporan tentang kinerja yang bersangkutan. Agar dapat di evaluasi sejauh mana kecakapannya dalam mengelola pemerintahan dan meyelesaikan masalah. Juga untuk mendalami komitmen dan kepedualiannya terhadap kepentingan masyarakat. Sehingga dapat dinilai. Apakah kedepan bisa dipilih kembali, atau justru harus diganti.

Faktanya, lewat berbagai “laporan” kegiatan di media, kinerja Ganjar memang mendapat sambutan sangat positif. Bukan hanya dari warga Jateng tempat Ganjar menjalankan tugas. Namun hingga mencapai ke se-antero Nusantara. Dampaknya, namanya menancap kuat direlung hati rakyat Indonesia. Dan ketika sudah sampai pada waktunya Pak Jokowi lengser, mereka tak melihat capres lain. Kecuali figur Ganjar Pranowo.

Pak Sekjen Hasto Kritiyanto, apa yang terjadi pada Pak Ganjar adalah realitas politik. Merupakan aspirasi suara rakyat Indonesia. Ingat Pak Hasto, yang namanya aspirasi soal capres ya tentu tak bisa dibendung. 

Jika kemudian itu mengalir deras ke Ganjar, ya jangan salahkan kader potensial ini. Kalau panjenengan berani, salahkan saja yang punya aspirasi, yaitu rakyat. Coba saja lakukan. Kalau ingin partai penjenengan terjun bebas bagai pendaki gunung tak punya pegangan.

Lagi pula, keputusan rakyat menjatuhkan pilihan kepada Ganjar sebenarnya sangat bagus. Terutama bagi PDIP sendiri. Secara tersirat menunjukkan kenyataan, bahwa proses pendidikan kader yang terjadi di PDIP sukses besar. Karena telah melahirkan politisi dan pejabat berkualitas unggul macam Ganjar. Kalau saja fakta ini disambut terbuka, hattrick menang tiga kali pemilu secara berturut-turut bisa diraih oleh PDIP.

Pada situasi lain, beberapa partai dan politisi diluar PDIP ternyata menyambut positif fenomena dukungan vox pop publik kepada Ganjar. Ini juga bagus. Mestinya PDIP patut bangga. Mengapa, karena kapasitas dan kualitas kadernya diakui, diapresiasi bahkan diminati parpol lain.

Ingat, meskipun ada, tapi sangat jarang seorang kader parpol tertentu dicalonkan secara suka rela sebagai capres oleh partai lain. Yang sering terjadi, justru oleh partai sendiri. Misal Pak Prabowo oleh Gerindra, Muhaimin Iskandar oleh PKB dan sebagainya. Kecuali Anies oleh Nasdem. Ini masuk pengecualian. Mengapa, karena mantan Gubernur DKI ini bukan anggota, kader atau pengurus satu partai.

Jadi, menurut saya Pak Hasto tak perlu terlalu reaktif melihat kesediaan Ganjar menjadi capres pada pilpres 2024. Lebih baik Pak Hasto ambil santai saja. Hadapi dengan senyum dan hati terbuka. Ingat Pak, terlalu rigid dan kaku melihat fenomena Ganjar, akan membuat urat syaraf Bapak jadi tegang. Jika diterus-teruskan, aliran darah bisa mengalir deras tak terbendung. Kata para dokter, yang demikian ini berpotensi stroke lho pak.

Yang lebih penting, sebaiknya fokuskan perhatian Pak Hasto kepada Mbak Puan Maharani. Politisi wanita yang merupakan Putri Mahkota Ibu Megawati atasan Bapak. Coba alihkan komentar Bapak dari Ganjar ke Mbak Puan ini. Siapa tahu dapat simpati rakyat. Hingga namanya mampu juga menembus relung hati rakyat sebagaimana terjadi pada Pak Ganjar.

Cuma, melihat sikap Pak Hasto pada Ganjar yang berlebihan, saya justru merasa curiga. Jangan-jangan Pak Hasto bersikap tak adil. Sangat garang dan negatif melihat fenomena Ganjar. Tapi justru lembut dan apresiatif ketika ketemu opini soal Mbak Puan. 

Pertanyaan saya, beranikah Pak Hasto bilang bahwa tiap kader PDIP dilarang bicara soal kesediaan jadi capres yang khusus ditujukan pada Mbak Puan sebagaimana reaksi bapak terhadap Ganjar..? Perkiraan saya Pak Hasto tak akan berani.

Pak Hasto, tolong tengok sedikit saja saran saya ini. Kalau tidak, jangan-jangan Bapak yang merupakan representasi dari PDIP, malah dianggap membelenggu kebebasan berpendapat para kader, utamanya Gajar. Padahal, selama saya aktif baca-baca berita seputar politik, jarang ada kader PDIP yang menyampaikan statement bertentangan dengan mekanisme partai.

Ganjar saja, ketika menyampaikan kesiapan untuk dicalonkan, masih menyebut otoritas Ibu Mega. Itu artinya, Pak Ganjar tak mau ambil resiko keluar dari rel partai. Dengan kata lain, pernyataan Ganjar jadi capres tetap dalam koridor hanya jika di usung oleh PDIP. Kalau begini, lalu apanya yang mesti disesalkan dari kesediaan Pak Ganjar…?

Ingin depak Ganjar dari bursa pencalonan sebenarnya sangat mudah dan gampang sekali. Tapi jangan pakai opini seperti selama ini sering dilakukan oleh para petinggi PDIP. 

Kalau pakai opini, Ganjar justru malah tambah kuat mendapat simpati. Yang benar pakailah eksekusi. Apa itu..? Cukup keluarkan selembar kertas rekomendasi. Isinya menyatakan bahwa capres PDIP bukan Ganjar. Minta Ibu Mega bubuhkan tanda tangan. Maka kelar itu “hidup” Ganjar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun