Ingat, meskipun ada, tapi sangat jarang seorang kader parpol tertentu dicalonkan secara suka rela sebagai capres oleh partai lain. Yang sering terjadi, justru oleh partai sendiri. Misal Pak Prabowo oleh Gerindra, Muhaimin Iskandar oleh PKB dan sebagainya. Kecuali Anies oleh Nasdem. Ini masuk pengecualian. Mengapa, karena mantan Gubernur DKI ini bukan anggota, kader atau pengurus satu partai.
Jadi, menurut saya Pak Hasto tak perlu terlalu reaktif melihat kesediaan Ganjar menjadi capres pada pilpres 2024. Lebih baik Pak Hasto ambil santai saja. Hadapi dengan senyum dan hati terbuka. Ingat Pak, terlalu rigid dan kaku melihat fenomena Ganjar, akan membuat urat syaraf Bapak jadi tegang. Jika diterus-teruskan, aliran darah bisa mengalir deras tak terbendung. Kata para dokter, yang demikian ini berpotensi stroke lho pak.
Yang lebih penting, sebaiknya fokuskan perhatian Pak Hasto kepada Mbak Puan Maharani. Politisi wanita yang merupakan Putri Mahkota Ibu Megawati atasan Bapak. Coba alihkan komentar Bapak dari Ganjar ke Mbak Puan ini. Siapa tahu dapat simpati rakyat. Hingga namanya mampu juga menembus relung hati rakyat sebagaimana terjadi pada Pak Ganjar.
Cuma, melihat sikap Pak Hasto pada Ganjar yang berlebihan, saya justru merasa curiga. Jangan-jangan Pak Hasto bersikap tak adil. Sangat garang dan negatif melihat fenomena Ganjar. Tapi justru lembut dan apresiatif ketika ketemu opini soal Mbak Puan.
Pertanyaan saya, beranikah Pak Hasto bilang bahwa tiap kader PDIP dilarang bicara soal kesediaan jadi capres yang khusus ditujukan pada Mbak Puan sebagaimana reaksi bapak terhadap Ganjar..? Perkiraan saya Pak Hasto tak akan berani.
Pak Hasto, tolong tengok sedikit saja saran saya ini. Kalau tidak, jangan-jangan Bapak yang merupakan representasi dari PDIP, malah dianggap membelenggu kebebasan berpendapat para kader, utamanya Gajar. Padahal, selama saya aktif baca-baca berita seputar politik, jarang ada kader PDIP yang menyampaikan statement bertentangan dengan mekanisme partai.
Ganjar saja, ketika menyampaikan kesiapan untuk dicalonkan, masih menyebut otoritas Ibu Mega. Itu artinya, Pak Ganjar tak mau ambil resiko keluar dari rel partai. Dengan kata lain, pernyataan Ganjar jadi capres tetap dalam koridor hanya jika di usung oleh PDIP. Kalau begini, lalu apanya yang mesti disesalkan dari kesediaan Pak Ganjar…?
Ingin depak Ganjar dari bursa pencalonan sebenarnya sangat mudah dan gampang sekali. Tapi jangan pakai opini seperti selama ini sering dilakukan oleh para petinggi PDIP.
Kalau pakai opini, Ganjar justru malah tambah kuat mendapat simpati. Yang benar pakailah eksekusi. Apa itu..? Cukup keluarkan selembar kertas rekomendasi. Isinya menyatakan bahwa capres PDIP bukan Ganjar. Minta Ibu Mega bubuhkan tanda tangan. Maka kelar itu “hidup” Ganjar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H