Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Bos Pacul, Apa Salahnya PSI Calonkan Ganjar

5 Oktober 2022   09:47 Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:11 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambang Pacul Dan Ganjar Pranowo, Foto Dok. SINDOnews

Di dunia politik, sindir menyindir atau kasih komentar terhadap gerakan partai lain merupakan hal biasa. Sudah menjadi kelaziman yang di maklumi oleh para politisi. Hampir tiap saat itu terjadi. Modelnya juga macam-macam, sesuai karakter yang menyampaikan. Bisa meledak-ledak, dengan cara lebih tenang, lemah lembut dan sebagainya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah kualitas sindiran.

Ada yang proporsional, namun ada pula yang berlebihan. Yang proporsional tak perlu kita bahas. Karena memang harus begitulah senyatanya. Namun yang berlebihan, harus kita cermati. Sebab ini tak bagus. Terlebih jika sudah berhubungan dengan eksistensi seseorang ketika masuk menjadi anggota atau pengurus sebuah organisasi politik.

Anda tahu, yang berlebihan itu salah satunya adalah sindiran Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, terhadap keputusan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI untuk mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres pada pilpres 2024. Apa yang dilakukan Pak Pacul itu mengekang hak asasi seseorang.

Dikutip dari Kompas.com 04/10-2022, menurut Pak Pacul seharusnya PSI berbicara pada Ketua Umum PDIP Ibu Mega. Dia juga kasih ibarat seperti seseorang hendak meminang anak orang lain. Maka orang tersebut harus berbicara terlebih dahulu ke orangnya. "Iya ngomong. Pakailah. Ngomonglah sama Ketum. Begitu Bos. Kira-kira kayak gitu pantas apa enggak.?", sambung Pacul.

Ibarat Pak Pacul bagai pinang anak orang adalah sebagaimana yang terjadi didalam sebuah keluarga. Namanya keluarga, ya tentu hubungannya bersifat primer atau utama. Interaksinya juga sangat personal. Maka tak heran, untuk menunjukkan seperti apa ikatan yang ada dalam sebuah keluarga, ada kata-kata indah yang digambarkan dengan kalimat "Keluarga diatas segalanya". Maknanya, apapun yang terjadi, anggota keluarga harus diutamakan.

Sementara itu, partai politik dimana Pak Pacul bernaung adalah alat mencapai tujuan. Juga merupakan wadah menempa diri agar tambah peduli terhadap lingkungan sekitar. Dengan partai politik, keinginan mewujudkan vox pop yang muncul di publik dapat tersalurkan. Tak perlu ditanyakan bukti lebih jauh. Hingga kini, sudah banyak suara rakyat yang bisa terealisasi melalui saluran partai politik. Meskipun harus diakui, ada juga yang masih belum.

Demikian pula soal kepedulian. Melalui partai politik, kesadaran manusia mau tak mau diketuk sedemikian rupa, hingga mampu melahirkan tindakan. Ya wajar. Partai politik kan butuh suara. Ketika melihat satu masalah muncul ditengah masyarakat, dipastikan para politisi akan berbondong-bondong memberi respon. Agar nama baik tertanam di benak publik. Entah soal ikhlas atau tidak. Ini urusan lain.

Naah, masalah Ganjar Pranowo "diambil" oleh PSI sebagai capres 2024 mestinya oleh Pak Pacul ditempatkan pada konteks itu. Dan bukan pada soal keluarga. Bahwa Pak Ganjar itu adalah sosok yang sudah bisa melihat keberadaan partai politik secara benar. Gubernur Jateng ini juga telah dapat memahami tujuan dirinya masuk kedunia politik. Yakni sebagai wadah membangun masyarakat dan memupuk kepedulian diri terhadap apapun masalah yang terjadi.

Anda tahu, terciptanya kondisi sangat positif dari Pak Ganjar semacam itu merupakan hasil tempaan selama berkarir di PDIP. Dengan kata lain, parpol "milik" Ibu Mega tersebut sudah sukses membentuk Ganjar sebagai politisi. Dalam penerapannya, kesuksesan Pak Ganjar sebagai politisi, tentu tak bisa di kooptasi atau dicaplop secara sepihak oleh PDIP. Mengapa, karena kualitas bagus tenaga Pak Ganjar diperlukan bukan hanya oleh PDIP. Namun, dan ini sebenarnya yang utama, oleh seluruh rakyat Indonesia.

Jadi, meski suarannya kecil, jangan samakan keputusan PSI mencalonkan Ganjar sebagai capres 2024 dengan eksistensi sebuah keluarga. Ini sangat-sangat jauh berbeda Bos. Kalau orientasi partai politik, berdasar keterangan diatas tadi, adalah untuk kebaikan rakyat secara menyeluruh. Maka untuk keluarga cakupannya lebih kecil hanya untuk internal anggotanya saja.

Ataukah di PDIP memang berlaku prinsip-prinsip hubungan primer keluarga..? Dimana segala sesuatu harus orangnya dulu yang didahulukan..? Kalau benar, maka tak salah jika Ganjar kemudian mesti terdepak sebagai capres. Posisinya kalah oleh Puan Maharani. Lha siapa sich Ganjar ini. Cuma seorang anggota partai biasa. Sementara Puan, tak lain tak bukan keturunan langsung Megawati dan cucu Bung Karno. Ini mungkin yang berlaku di lingkungan internal PDIP.

Ke eksternal saya lihat juga berlaku demikian. Berhubung semua pengurus atau kader sudah dianggap anggota keluarga, maka siapapun yang berminat untuk meminang, wajib kulonuwun pada kepala keluarga. Dalam konteks ini, posisi Ganjar dihadapan PSI sama dengan Puan di internal PDIP. Ganjar adalah milik PDIP. Parpol lain, termasuk PSI, jangan coba-coba untuk merebut tanpa ada restu dari yang empunya.

Pak Bos Bambang Pacul, ini sekedar uneg-uneg dari saya. Eksistensi PDIP sebagai parpol hakikatnya hanyalah sebuah wadah bagi Ganjar. Yang namanya wadah, maka posisinya hanya sebatas sebagai alat mendidik, bukan pemilik. Begitu ganjar sukses menjadi politisi, maka keberadaanya sudah merupakan milik seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya PDIP.

Ibaratnya sama dengan sebuah sekolah. Ketika seorang murid masih menempuh pendidikan, terikat secara penuh terhadap sekolah yang bersangkutan. Namun saat sudah lulus, si murid bebas hendak melanjutkan kemanapun. Dan bebas pula mau berkiprah dibidang apapun. Adapun jasa sekolah yang telah mampu membuat murid lulus, tak bisa dijadikan alasan untuk mengikat murid demikian rupa.

Kalau itu yang dilakukan, namanya pembelengguan. Si murid tak dapat melanjutkan pendidikan selaras dengan bakat dan minat yang dimiliki. Ini jelas bertentangan dengan hak asasi manusia. Dampak lebih jauh, si murid jadi kurang semangat. Dan potensinya tak bisa dikembangkan. Akibatnya, karir si murid stagnan.

Pak Bos Pacul, Ganjar Pranowo itu sudah pada level lulus "menempuh" pendidikan di PDIP. Buktinya, berani dilepas oleh PDIP menjadi Gubernur Jateng. Artinya Ganjar adalah milik seluruh rakyat. Karena warga Jateng bukan hanya anggota PDIP. Maka siapapun berhak memanfaatkan potensi dan kelebihan Ganjar. Termasuk PSI.

Namun dibalik sindiran Pak Bos Pacul, terselip beberapa hal tentang Ganjar Pranowo. Pertama, diakui atau tidak sosok Ganjar cukup berpengaruh terhadap PDIP. Kedua, dengan elektablitas yang tinggi, membuat takut Bos Pacul kalau Ganjar sampai jadi capres. Ketiga, ego PDIP ternyata sudah mengakar begitu kuat. Dan ujungnya, ketiga hal tersebut bisa membuat putus keinginan menjadikan Puan sebagai presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun