Kedatangan Puan Maharani menemui Prabowo Subianto 4 September 2022 lalu cukup memberi pengaruh terhadap persepsi tentang koalisi partai politik.Â
Kepala Departemen Sospol Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Putri Hergianasari menilai komposisi koalisi masih memungkinkan berubah. Bisa tambah atau berkurang. Nasdem, PKS dan Demokrat wait and see. (Kompas.com, 6 September 2022).
Diketahui, sebelum kunjungan Puan tersebut peta koalisi memang sudah mulai kelihatan.Â
Diawali oleh kemunculan Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB yang diwakili oleh PPP, PAN dan Golkar. Lalu disusul Koalisi Indonesia Raya disingkat KIR gabungan Gerindra PKB. Sementara PDIP sendiri ketika itu masih menjadi "pengamat". Lalu, sebagaimana dikatakan Putri, Nasdem, PKS dan Demokrat masih lihat-lihat.
Tapi baiklah, untuk sementara ini anggap saja terjadi tambahan anggota koalisi KIR. Dari yang semula hanya ada dua yaitu Gerindra PKB, menjadi tiga parpol ketambahan PDIP.Â
Meskipun untuk kepastiannya harus tunggu perkembangan lebih lanjut, namun mencermati apa yang mungkin akan terjadi jika itu benar, sangat menarik untuk di kulik lebih dalam. Utamanya yang berkaitan dengan skenario pasangan capres cawapres.
Dilihat dari kapasitas, yang lebih punya kesempatan untuk dipasangkan ialah tokoh sentral masing-masing parpol. Tak lain Prabowo di Gerindra, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di PKB dan Puan di PDIP.Â
Maka skenario yang mungkin terjadi adalah enam pasangan, Prabowo-Cak Imin, Prabowo-Puan, Cak Imin-Puan, Cak Imin-Prabowo, lalu Puan-Prabowo dan Puan-Cak Imin.
Mana yang lebih mungkin..? Menurut saya hanya dua. Yaitu Prabowo Cak Imin atau Prabowo Puan. Mengapa demikian, karena fakta sebelumnya memang menunjukkan Prabowo lebih kuat untuk capres. Pertama dari segi elektabilitas.Â
Ketum Gerindra ini punya nilai jauh diatas Cak Imin dan Puan. Dalam beberapa kali hasil survei, posisi Prabowo sering nangkring di posisi puncak sebagai kontestan yang punya peluang menang pada pilpres 2024. Mengalahkan dua gubernur  Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Kedua, dari awal Prabowo benar-benar sudah menyatakan diri sebagai capres. Cak Imin sesungguhnya juga didorong untuk posisi yang sama. Cuma ketika gandeng Gerindra yang suaranya lebih besar, kurang logis jika jadi capres. Yang lebih masuk akal adalah cawapres.Â
Sebaliknya PDIP partainya Puan, secara faktual memang merupakan pemenang pertama mengalahkan Gerindra. Namun sudah maklum itu tadi, hasil survey Puan kurang "menggigit". Kalau dipaksakan capres, resiko kalah sangat besar.
Sekarang, mari kita kulik potensi kekuatan dua calon pasangan itu, Prabowo Cak Imin dan Prabowo Puan. Cuma fokusnya khusus pada Cak Imin dan Puan saja. Untuk Prabowo saya kira tak perlu di teropong lagi. Karena secara potensial, mantan Danjen Kopasus ini bisa dikatakan sangat lengkap. Punya elektabilitas sangat kuat sekaligus pemegang tampuk kekuasaan tertinggi sebuah parpol besar.
Untuk awal, mari kita lihat dari sisi trah atau nasab. Baik Cak Imin maupun Puan sama-sama berdarah "biru", meskipun lain bidang. Anda tahu, Cak Imin adalah keponakan dari Presiden keempat Indonesia KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Cak imin juga merupakan cucu dari KH. Bisri Syamsuri. Seorang tokoh ulama besar dikalangan Nahdlatul Ulama. Dilingkungan ormas terbesar ini, Kyai Bisri sangat-sangat dihormati.
Trah Puan juga tak kalah mentereng. Sudah maklum kan, putri mahkota Megawati ini adalah cucu politikus sekaligus proklamator Republik Indonesia, Ir. H. Soekarno atau Bung Karno.Â
Tak perlu diceriterakan lebih lanjut soal siapa beliau. Yang jelas, beliau merupakan salah satu founding father lahirnya bangsa Indonesia. Rasanya, tak mungkin memisah kelahiran bangsa kita ini dengan presiden pertama RI itu.
Jadi dari segi nasab, baik Cak Imin maupun Puan sama-sama mumpuni. Cak Imin cucu seorang ulama besar. Sementara Puan, keturunan politikus kawakan.Â
Dua potensi ini, tentu harus masuk pertimbangan dalam konteks calon-menyalon. Tak bisa dipungkiri, tokoh sekelas Kyai Bisri maupun Bung Karno hingga kini pasti punya pengikut. Dan ingat, kemungkinan besar para pengikut itu akan berafiliasi kepada para keturunannya.
Sekarang dari segi kualitas personalia. Terutama kemampuan orasi. Ini penting, karena politik tak bisa dipisahkan dari kegiatan pidato atau cuap-cuap di podium.Â
Punya kemampuan orasi yang baik dapat menjadi daya tarik kuat bagi massa pemilih, terutama saat kampanye. Ingat tidak, bahwa salah satu kelebihan Bung Karno adalah karena orasinya yang sangat menggelegar dan mampu menggetarkan jagat nusantara.
Untuk kali ini, Puan harus rela mengalah. Diakui atau tidak, kualitas orasi Cak Imin jauh lebih baik dibanding Puan. Baik dari segi materi maupun intonasi.Â
Faktanya, soal kepiawaian pidato Cak Imin diakui sendiri oleh Ketum Gerindra, saat acara penanda tanganan kesepakatan koalisi dua partai ini. Bahkan, saking "hebatnya" orasi Cak Imin, Pak Prabowo sampai grogi. (link youtube, https://youtube.be/sEG-chTKvjE).
(Bersambung..)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H