Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Gaya Berpakaian, Titipan bagi Pasangan Prabowo-Cak Imin

10 Agustus 2022   06:52 Diperbarui: 10 Agustus 2022   06:55 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Cak Imin, Foto Dok. Antara Foto/M.Risyal Hidayat, By Kompas.com

Sebelum lanjut, perlu saya klirkan dulu soal penyebutan pasangan Prabowo Cak Imin. Thema bahasan tentang perubahan gaya berpakaian masyarakat Indonesia ini memang saya titipkan kepada kandidat capres dari Gerindra PKB itu. 

Mengapa? Karena baru merekalah kontestan, untuk tidak menyebut pasangan capres cawapres, yang relative sudah ada kepastian. Bahkan secara terang terangan muncul ke publik mendeklair diri sebagai duet yang cocok memimpin negara ini menggantikan Jokowi.

Sementara yang lain, kelihatan masih abu-abu. Mungkin takut dan gamang. Bahkan ada yang pusing. Antara memilih anak sendiri atau kader partai. Andai kondisinya sama seperti Gerindra PKB, tentu saya titipkan pemikiran ini kepada semua calon. Bukan hanya kepada Prabowo Cak Imin. Ini perlu saya kemukakan lebih dulu. Agar tak muncul persepsi keliru soal materi tulisan ini.

Untuk sebagian orang, munculnya fenomena perubahan gaya berpakaian mungkin dianggap biasa. Itu sesuatu yang lumrah terjadi. Ditengah-tengah perkembangan dunia yang demikian pesat, mau tak mau sektor budaya juga harus ikut menyesuaikan. Kalau tidak, bisa ketinggalan disalip laju kemajuan zaman.

Wanita Pakai Burqa Tertutup, Foto Dok. Hijab Lifestyle, By. Wikipedia
Wanita Pakai Burqa Tertutup, Foto Dok. Hijab Lifestyle, By. Wikipedia

Demikian pula soal trend mode pakaian, khususnya kaum wanita. Tidak boleh statis terpaku pada kondisi kemarin dan sekarang. Hanya karena alasan sudah kadung nyaman misalnya. Atau beberapa alasan lain yang sifatnya menjadi penghambat. Trend mode berpakaian harus tetap ikut bergerak. Tidak boleh ketinggalan ada dibelakang beberapa sektor budaya lain.

Khusus kaum wanita Indonesia saat ini, ada dua arus besar yang mempengaruhi perubahan gaya model berpakaian. Pertama, terkait modernisasi global. 

Arus ini cenderung seirama dengan gaya sekuler. Ikut budaya negara-negara barat yang dianggap lebih maju. Bentuknya, mengekspresikan kebebasan atas nama demokrasi.

Maka tak heran, bagi penganut “madzhab” ini, berpakaian tank top, gunakan celana pendek nyaris telanjang, pilih kaos transparan, pakai bikini di pantai dan bergaya dengan gaun “kekurangan kain” hingga pusar kelihatan, adalah sesuatu yang biasa. Tak nampak rasa risih dan malu. Meskipun didepan khalayak ramai. Mengapa sampai demikian..? Karena ya itu tadi. Kebebasan adalah “madzhab” mereka.

Wanita Yahudi Pakai Cadar, Foto Dok. Jakarta News
Wanita Yahudi Pakai Cadar, Foto Dok. Jakarta News

Kedua, karena pengaruh ideologi transnasional konservatif. Yang ini merupakan kebalikan dari yang pertama tadi. Cenderung bersifat eksklusif. Kalau yang tadi berlandaskan kebebasan, maka yang kedua ini adalah ketertutupan. Bukan hanya dari segi ide atau gagasannya yang tertutup. Sak tubuh-tubuhnya sekalian, juga tertutup.

Sangat rigit lagi. Tak sedikitpun ada celah memperlihatkan bagian tubuh walau hanya secuil. Lumayanlah jika masih ada yang mau tepo seliro, sekelumit memperlihatkan sebagian organ dari wajah. Ini ada, yang hingga matapun ditutup rapat pakai jaring hitam. Sama sekali tak kelihatan. 

Bagi kelompok ini, pilihan jenis pakaian yang wajib digunakan adalah niqab dan burqa. Biasanya dominan berwarna hitam. Meskipun ada juga warna lain, tapi masih masuk kategori gelap.

Anda tahu, baik yang pertama maupun kedua tadi adalah budaya import. Datang dari negara luar dan bukan merupakan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Padahal, kita punya budaya berpakaian sendiri, yang sebenarnya lebih sesuai dan agung dibanding yang terbuka dan tertutup itu. 

Jika dikenakan, sangat pas dengan iklim geografis wilayah Indonesia yang dibelah oleh garis khatulistiwa. Juga kelihatan lebih mulia dan berwibawa saat ditampilkan pada acara-acara istimewa macam kondangan, syukuran, silaturahim kerumah saudara dan sebagainya.

Foto Keluarga Buya Hamka Dan M. Natsir Berpakaian Model Nusantara, Dok. SuaraIslam
Foto Keluarga Buya Hamka Dan M. Natsir Berpakaian Model Nusantara, Dok. SuaraIslam

Pakai tank top, gunakan celana pendek dan pilih kaos transparan saat jalan-jalan, sangat tidak pantas. Apalagi bikini. Meskipun sedang mandi dikolam renang atau pantai. Rasanya risih sekali. Kalau menurut saya, malah sangat memalukan. Kecuali itu terjadi diruangan tertutup. Hanya privat bagi kaum wanita saja. Ya tidak masalah.

Sebaliknya, gunakan pakaian serba tertutup dari kepala hingga kaki, kelihatan kurang kompeten. Juga tak sesuai dengan kondisi geografis. Dinegara agraris macam Indonesia, jenis pakaian kayak gitu merepotkan. Masak ada petani ibu-ibu sedang tanam padi di sawah pakai burqa, ya pasti ribet. Kerjaan gak kelar-kelar karena pecah konsentrasi. Satu sisi mesti memasukkan bibit padi sesuai garis pola ditanah sawah. Sisi lain, harus menyiasati kain burqa yang basah kena air. Rasanya tentu berat sekali.

Hendak ke acara kondangan atau pesta juga begitu. Membuat kurang nyaman siapapun yang ada disana. Mengapa demikian, karena pakaian yang full tertutup itu menimbulkan kecurigaan. Tuan rumah dan tamu-tamu lain tak bisa menebak dengan pasti, siapa gerangan yang datang itu. Jangan-jangan orang lain yang sedang menyamar.

Begitulah kalau pakaian tak sesuai kondisi. Model barat yang cenderung terbuka membuat kita risih dan malu. Sementara model konservatif yang tertutup, menjadikan kita tak nyaman. Belum lagi jika bicara soal identitas dan keutuhan bangsa. Perubahan trend berpakaian itu sangat besar pengaruhnya. Terlebih pakaian serba tertutup yang dipengaruhi oleh ideologi transnasional itu.

Diakui atau tidak, ideologi transnasional menafikan adanya lokalitas budaya. Maunya, yang bisa eksis dan diterima cuma satu. Yakni budaya mereka sendiri. Lainnya, mesti diberangus. Tanpa menghilangkan pendapat bahwa model barat juga tak sesuai dengan budaya kita, perubahan model berpakaian yang dibawa oleh arus idiologi transnasional lebih berbahaya. Sangat mengancam terhadap keutuhan NKRI.

Naah, beberapa masalah itulah yang hendak saya titipkan kepada pasangan Prabowo Cak Imin. Dan tentunya juga kepada pasangan lain, jika nanti sudah ada kepastian seperti mereka berdua. Jangan remehkan soal trend berubahnya model berpakaian. Kalau dibiarkan, lama-lama bisa mengikis habis budaya Indonesia. 

Dalam pandangan saya, pasangan Gerindra PKB tersebut cocok dititipi aspirasi itu. Gerindra yang punya dasar Nasionalis Kebangsaan, melalui kekuasaan Prabowo, bisa diajak “perang” melawan trend berpakaian konservatif tertutup. 

Sementara PKB yang punya dasar Nasionalis Religius, melalui kewenangan Cak Imin, sangat pas untuk menghambat laju trend berpakaian barat yang cenderung membuka aurat itu. Bagaimana saudara-saudara...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun