Kedua, karena pengaruh ideologi transnasional konservatif. Yang ini merupakan kebalikan dari yang pertama tadi. Cenderung bersifat eksklusif. Kalau yang tadi berlandaskan kebebasan, maka yang kedua ini adalah ketertutupan. Bukan hanya dari segi ide atau gagasannya yang tertutup. Sak tubuh-tubuhnya sekalian, juga tertutup.
Sangat rigit lagi. Tak sedikitpun ada celah memperlihatkan bagian tubuh walau hanya secuil. Lumayanlah jika masih ada yang mau tepo seliro, sekelumit memperlihatkan sebagian organ dari wajah. Ini ada, yang hingga matapun ditutup rapat pakai jaring hitam. Sama sekali tak kelihatan.Â
Bagi kelompok ini, pilihan jenis pakaian yang wajib digunakan adalah niqab dan burqa. Biasanya dominan berwarna hitam. Meskipun ada juga warna lain, tapi masih masuk kategori gelap.
Anda tahu, baik yang pertama maupun kedua tadi adalah budaya import. Datang dari negara luar dan bukan merupakan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Padahal, kita punya budaya berpakaian sendiri, yang sebenarnya lebih sesuai dan agung dibanding yang terbuka dan tertutup itu.Â
Jika dikenakan, sangat pas dengan iklim geografis wilayah Indonesia yang dibelah oleh garis khatulistiwa. Juga kelihatan lebih mulia dan berwibawa saat ditampilkan pada acara-acara istimewa macam kondangan, syukuran, silaturahim kerumah saudara dan sebagainya.
Pakai tank top, gunakan celana pendek dan pilih kaos transparan saat jalan-jalan, sangat tidak pantas. Apalagi bikini. Meskipun sedang mandi dikolam renang atau pantai. Rasanya risih sekali. Kalau menurut saya, malah sangat memalukan. Kecuali itu terjadi diruangan tertutup. Hanya privat bagi kaum wanita saja. Ya tidak masalah.
Sebaliknya, gunakan pakaian serba tertutup dari kepala hingga kaki, kelihatan kurang kompeten. Juga tak sesuai dengan kondisi geografis. Dinegara agraris macam Indonesia, jenis pakaian kayak gitu merepotkan. Masak ada petani ibu-ibu sedang tanam padi di sawah pakai burqa, ya pasti ribet. Kerjaan gak kelar-kelar karena pecah konsentrasi. Satu sisi mesti memasukkan bibit padi sesuai garis pola ditanah sawah. Sisi lain, harus menyiasati kain burqa yang basah kena air. Rasanya tentu berat sekali.
Hendak ke acara kondangan atau pesta juga begitu. Membuat kurang nyaman siapapun yang ada disana. Mengapa demikian, karena pakaian yang full tertutup itu menimbulkan kecurigaan. Tuan rumah dan tamu-tamu lain tak bisa menebak dengan pasti, siapa gerangan yang datang itu. Jangan-jangan orang lain yang sedang menyamar.
Begitulah kalau pakaian tak sesuai kondisi. Model barat yang cenderung terbuka membuat kita risih dan malu. Sementara model konservatif yang tertutup, menjadikan kita tak nyaman. Belum lagi jika bicara soal identitas dan keutuhan bangsa. Perubahan trend berpakaian itu sangat besar pengaruhnya. Terlebih pakaian serba tertutup yang dipengaruhi oleh ideologi transnasional itu.
Diakui atau tidak, ideologi transnasional menafikan adanya lokalitas budaya. Maunya, yang bisa eksis dan diterima cuma satu. Yakni budaya mereka sendiri. Lainnya, mesti diberangus. Tanpa menghilangkan pendapat bahwa model barat juga tak sesuai dengan budaya kita, perubahan model berpakaian yang dibawa oleh arus idiologi transnasional lebih berbahaya. Sangat mengancam terhadap keutuhan NKRI.