Maka bisa ditebak, makin banyak parpol, tambah banyak pula kepentingan rakyat yang tersisihkan. Kalah oleh kepentingan parpol. Dan yang begini ini, sudah sering terjadi.Â
Bukan hanya sekali dua kali. Sebaliknya, makin berkurang parpol, kepentingan rakyat untuk disuarakan diparlemen cenderung makin terbuka lebar. Mengapa, karena pesaing suara rakyat yang berupa kepentingan parpol itu juga makin sedikit.
Nampaknya, kedepan akan muncul kecenderungan menyusutnya jumlah parpol peserta pemilu. Mengingat, hasil keinginan mengurangi jumlah parpol disuarakan oleh mereka yang mayoritas punya pendidikan kelas menengah keatas.Â
Kata peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, "Jika dilihat dari latar belakang pendidikan responden, isu penyederhanaan jumlah parpol di pemilu lebih banyak ditanggapi secara kritis oleh kelompok responden dengan pendidikan menengah keatas". Kompas.id, Senin (25/7/2022).
Secara intelektual, kedepan populasi rakyat Indonesia yang akan masuk kelas menengah keatas pasti tambah banyak. Jika mengacu pada hasil penelitian Litbang Kompas, pandangan mereka terhadap jumlah parpol tentu makin jeli.Â
Sebesar apa kuantitas parpol jika dibanding efisensi anggaran dan efektifitas menyuarakan aspirasi rakyat, pasti menjadi perhatian utama.Â
Semua pertimbangan tersebut jelas berpengaruh terhadap jumlah parpol peserta pemilu dari tahun ke tahun. Bisa-bisa, kelak di Indonesia hanya akan ada 2 saja. Seperti pemilu di Amerika. Parpolnya cuma Republik dan Demokrat.