Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Siapa Teman Kita"

14 Maret 2022   22:27 Diperbarui: 14 Maret 2022   22:50 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini, teman bisa jadi adalah seorang Bos atau atasan. Jika punya teman semacam itu, anda tentu sangat beruntung. Derajat bisa naik, levelnya berada diatas karyawan lain. Anda juga akan mendapat perlakuan lebih baik, meskipun tidak sebesar teman yang atasan itu. Tapi paling tidak, punya teman seorang atasan membuat anda tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sekarang, apa arti kata teman..? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata teman punya arti beragam. Bisa disebut kawan, sahabat, orang yang bersama-sama, lawan bicara dan pasangan hidup. Tentu beberapa arti tersebut muncul sesuai konteks. Dan tergantung pula pada obyek, siapa yang diberi lebel "teman". Namun bukan soal konteks itu yang ingin dibahas. Biarlah itu menjadi perhatian pihak lain. Atau jika muncul ide baru, akan ditulis pada kesempatan berikutnya. Fokus disini adalah pada bagaimana kita memilih teman.

Ada pandangan bahwa, mencari teman haruslah yang baik. Kategori sebagai teman baik bisa karena jabatan, status social, umur, tingkah laku dan sebagainya. Sebaliknya, teman yang dianggap buruk atau rendah harus dijauhi. Sebab teman buruk merupakan sebuah ancaman dan dapat membawa citra negative. Akibatnya, terjadi penyesalan seumur hidup. Benarkah demikian..?

Sebenarnya, pandangan seperti itu bisa diperdebatkan. Mengapa..? Sebab penilaian baik dan buruk seseorang bersifat relative dan tidak baku. Tergantung pada siapa dan diwilayah mana sebuah peristiwa berlangsung. 

Penilaian baik dan buruk secara baku hanya bisa terjadi dalam konteks doktrin tertentu. Misal doktrin ajaran agama, hukum Negara dan kedudukan dalam struktur organisasi sebuah lembaga. Tapi itupun hanya untuk internal masing-masing. Diluar pemeluk agama, warga asing dan bukan anggota organisasi, doktrin itu tidak berlaku.

Tidak bakunya pandangan soal baik buruk seorang teman, lebih-lebih nampak terlihat jika dikaitkan dengan norma budaya yang berlaku disuatu tempat. Misal di Negara Saudi. Anda akan dianggap sebagai teman baik, bahkan sangat-sangat baik hingga layak diberi hadiah, jika sudi mengelus-elus jenggot yang tumbuh di dagu teman anda. 

Meskipun itu kepada yang lebih tua. Tapi, elus jenggot semacam itu jangan coba-coba anda lakukan di Indonesia. Bukan hadiah yang didapat. Tapi bogem mentah akan mendarat dikepala. Bisa-bisa, anda jadi bonyok, karena ditinju teman sendiri.

Dari segi waktu, ada teman yang bertahan secara permanen, tapi ada pula yang insidentil. Teman yang permanen adalah seseorang yang bersama untuk waktu tak terbatas, selamanya. Teman permanen ini, bersifat awet. Tidak lapuk karena hujan, tidak lekang karena panas. Dalam kondisi apapun, tetap kuat untuk bersatu. Ini contohnya adalah sepasang suami istri. Apapun yang terjadi, mereka tetap hidup bersama. Yang bisa memisahkan mereka hanya satu, yaitu mati.

Sebaliknya, teman yang bertahan secara insidentil atau sewaktu-waktu, adalah seseorang yang bersama untuk waktu terbatas, hanya dalam satu kondisi tertentu. Sifatnya adalah sementara. Misal teman bicara satu kursi pesawat dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta. 

Di sini, pertemanan hanya berlangsung saat diatas pesawat. Setelah itu hilang. Baru bisa berubah menjadi teman permanen, jika ada kesepakatan untuk melanjutkan diwaktu yang akan datang. Bahkan, jika kebetulan diantaranya adalah pria dan wanita jomblo, berubah menjadi teman permanen, jika dilanjutkan saling tukar nomor WA. Terus chatingan. Lalu datting. Dan akhirnya menikah. Kalau yang begini ini, sungguh asyik. Penulis juga mau, heheheee....

Mencari teman, harus terbuka. Dengan kata lain, siapapun orangnya, bisa dijadikan teman. Baik mereka yang oleh kebanyakan orang diberi lebel baik maupun buruk. Mengapa..? Karena justru dari lebel baik atau buruk itulah, dapat diambil banyak manfaat. Anda punya teman baik, syukurilah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun