**
Dan memang, tak ada lampu yang mati. Aku melirik wanita-wanita dari ujung kiri sampai ujung kanan. Ada Anita, Bimbi, Cantika, Dila, Ernie, Fetti, ahh.. cantik-cantik semua.
"Karena tak ada lampu yang mati.. maka kami mempersilakan Anda untuk mematikan tiga lampu, Mr. President.." ucap sang presenter.
Mendadak, aku menjadi gagu ketika melihat cewek-cewek cantik ini. Sama sekali tak ada yang level menengah. Semuanya seperti finalis Miss Negeri Ini. Mana mungkin saya mematikan lampu?
**
"Aturannya memang begitu, Mr. President.." kata mas presenter.
"Tidak. Saya tidak mau. Saya tak mau mematikan lampu. Saya tidak ingin menyakiti hati wanita. Jika saya mematikan lampunya, berarti saya membunuh harapannya kepada saya.." jawabku taktis.
"Mr. President.. mungkin Anda sedikit tidak paham.."
"Maksudnya??"
"Yaa.. agar nanti hanya ada satu orang yang akan menjadi ibu negara. First Lady di negeri ini.."
"Yap betul.. tapi jika saya mematikan lampunya.. dan dia sangat menginginkan saya.. apakah saya bisa dianggap seseorang yang tahu betapa halusnya perasaan seorang wanita??"