Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 30 – “Duta Lingkungan Hidup”

29 Desember 2009   00:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

**

Kami bersorak sorai, mendirikan tenda dan membuat perapian kecil. Persis suasana ketika ikut unit kegiatan pecinta alam ketika SMA. Lantas, kami pun bersama-sama mulai menanam bibit-bibit pohon. Aku membawa cangkul, sabit dan peralatan lainnya. Para Duta LIngkungan Hidup membawa bibit-bibit pohon itu. Mereka berjalan beriringan, diterpa angin gunung, dan daun-daun kering. Mereka bergelut dengan semak belukar dan debu-debu, tapi mereka malah sangat gembira. Mereka bangga bisa menjadi orang-orang yang terpilih dan mendampingi orang nomor satu di negeri ini dalam acara kampanye lingkungan hidup, menanam pohon di gunung.

Matahari mulai menyengat, angin semakin kencang, dan beberapa area yang nampak berlumpur telah mengotori kami.

Aku memperhatikan para Duta Lingkungan Hidup itu.

Wajah mereka yang biasanya putih mulus berbalut make up, kini agak lusuh karena debu dan mungkin cipratan lumpur. Wajah mereka yang biasanya mengkilat diterpa sorot kamera, kini agak kusam karena sinar matahari mulai membakar wajah-wajah itu. Semua memang memakai sunblock. Tapi nampaknya cahaya matahari terlalu tangguh untuk pelindung semacam itu.

**

Tangan dan kaki mereka yang biasanya bersih dan licin, kini mulai menghitam karena alam. Kuku-kuku kaki dan kuku-kuku tangan yang biasanya terkena sentuhan meni pedi, tersapu kitek lembut.. kini kusam dan menghitam. Baju-baju casual mereka bercampur dengan lumpur, rambut mereka kotor dan inilah kami yang sebenarnya. Duta Lingkungan Hidup.

Lihatlah kami, Duta Lingkungan Hidup yang sebenarnya. Kami tak hanya kampanye di tempat bersih, di panggung dan di koran. Kami langsung melakukan konservasi alam di gunung. Inilah kami.

Kami harus menyatu dengan alam ini. Kami harus tahu mengapa kami tidak boleh hanya berada di atas stage sambil meneriakkan,"Selamatkan bumi!!" Kami harus pergi menuju alam yang sebenarnya. Kami harus berpeluh keringat, memberi contoh. Kami harus berjuang untuk lingkungan hidup.

**

Dan sore menjelang.. saat yang paling kunantikan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun