Tren barbershop mengalami perubahan yang signifikan beberapa tahun terakhir. Sejak sebelum badai Covid-19 barbershop sudah mulai tumbuh, dan semakin menjamur setelah pandemi itu berlalu.
Tidak lagi hanya menjadi tempat untuk memangkas rambut, barbershop kini telah berevolusi menjadi ruang gaya hidup yang menyasar generasi muda, khususnya Gen Z. Perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari meningkatnya kesadaran akan penampilan hingga kebutuhan akan pengalaman yang unik.
Anak lelaki saya yang mulai beranjak remaja mulai pandai memilih mana barbershop yang pas dan sesuai dengan “style” kekinian yang ia suka. Berbeda jauh ketika ia masih balita sampai ia duduk di bangku sekolah dasar, duduk manis di tukang cukur “Rampak Naong” dekat pasar tradisional pun ia menurut dan baik-baik saja.
Gen Z dan Gaya Hidup Modern
Gen Z, yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang sangat peduli terhadap identitas dan ekspresi diri. Bagi mereka, potongan rambut bukan hanya soal penampilan, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang mencerminkan kepribadian.
Barbershop modern menangkap kebutuhan ini dengan menawarkan lebih dari sekadar layanan potong rambut. Interior yang estetik, layanan personal, dan suasana yang nyaman menjadi daya tarik utama.
Selain itu, Gen Z tumbuh dalam era media sosial di mana penampilan sering kali menjadi sorotan. Platform seperti Instagram dan TikTok menjadi medium untuk mengekspresikan gaya dan keunikan mereka.
Barbershop yang menyasar Gen Z sering kali memiliki desain interior yang "Instagrammable" serta menyediakan layanan yang mencakup perawatan tambahan seperti grooming, styling, hingga pewarnaan rambut.
Strategi Barbershop dalam Menarik Gen Z
Sahabat saya, Bapak Septian seorang anggota TNI AU yang mempunyai rumah cukur "GG Barbershop". Beliau mempunyai tujuan membuka lapangan pekerjaan bagi remaja-remaja yang mempunyai kemahiran dalam hal cukur rambut dan perawatannya.
Dalam sebuah pertemuan, beliau membagikan tips dan strategi yang dilakukan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Mulai memperhatikan desain dan branding yang kekinian. Barbershop modern memahami pentingnya kesan visual. Dengan mengusung tema tertentu, seperti retro, industrial, atau minimalis, barbershop mampu menciptakan daya tarik visual yang kuat. Branding yang konsisten juga menjadi elemen penting untuk menarik perhatian Gen Z.
- Memberikan pelayanan yang personalisasi dengan pemahaman bahwa Gen Z cenderung menyukai layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Banyak barbershop menawarkan konsultasi awal untuk menentukan potongan rambut yang paling sesuai dengan bentuk wajah dan gaya pribadi pelanggan.
- Berani berkolaborasi dengan Influencer atau content creator yang memiliki pengaruh di kalangan Gen Z menjadi salah satu strategi ampuh. Kehadiran mereka membantu meningkatkan eksposur dan menarik minat lebih banyak pelanggan muda.
- Menghadirkan pengalaman dan konsep yang unik seperti menyediakan minuman kopi atau teh, ruang permainan, hingga workshop kecil-kecilan tentang perawatan rambut. Hal ini membuat kunjungan ke barbershop menjadi pengalaman yang menyenangkan, bukan sekadar kebutuhan rutin.
- Memberikan diskon bagi pelajar dan mahasiswa yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan Gen Z, menyesuaikan isi kantong pelajar yang harus membagi uang cukur dengan uang jajan.
- Fasilitas yang nyaman bagi pelanggan; seperti ac dan free wifi sehingga tidak menciptakan suasana jenuh jika memang harus antre.
Bagaimana Nasib Tukang Cukur Biasa?
Di tengah maraknya barbershop modern, keberadaan tukang cukur biasa menghadapi tantangan besar. Mereka sering kali kalah bersaing dengan barbershop yang menawarkan pengalaman lebih mewah dan fasilitas yang lengkap. Namun, tukang cukur biasa masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat, khususnya generasi era 90-an yang lebih mengutamakan harga terjangkau dan kepraktisan.
Sayangnya, modernisasi di sektor ini sering kali mengesampingkan para tukang cukur biasa yang telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat. Mereka menghadapi tekanan untuk menyesuaikan diri dengan tren baru, namun keterbatasan modal dan akses membuat perubahan ini sulit dilakukan.
Meskipun demikian, beberapa tukang cukur biasa mulai mencoba berinovasi dengan menawarkan layanan panggilan ke rumah atau memperbaiki keterampilan mereka untuk tetap relevan di tengah perubahan zaman.
Barbershop Kekinian Tetap Berhadapan dengan Tantangan Baru
Meski sedang naik daun, barbershop yang digandrungi Gen Z juga menghadapi sejumlah tantangan. Persaingan yang ketat membuat mereka harus terus berinovasi untuk tetap relevan. Selain itu, ekspektasi Gen Z yang tinggi terhadap kualitas layanan dan pengalaman menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha.
Sementara itu, tukang cukur biasa menghadapi tantangan untuk tetap bertahan di tengah pergeseran preferensi konsumen. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah, seperti pelatihan keterampilan atau program pendanaan mikro, dapat membantu mereka untuk beradaptasi.
Fenomena maraknya barbershop yang digandrungi Gen Z mencerminkan perubahan pola konsumsi di kalangan generasi muda. Dengan memahami kebutuhan dan preferensi Gen Z, barbershop mampu menjadi lebih dari sekadar tempat potong rambut mereka menjadi bagian penting dari gaya hidup modern. Namun, untuk bertahan di tengah persaingan, inovasi dan kemampuan memahami tren menjadi kunci utama kesuksesan.
Di sisi lain, keberadaan tukang cukur biasa tetap relevan bagi sebagian masyarakat, meskipun mereka menghadapi tantangan besar.
Dengan dukungan yang tepat dan kemampuan untuk beradaptasi, mereka dapat terus menjadi bagian penting dari industri ini di masa depan. Salam semangat! (Yy)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI