Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Larung Abu Jenazah di Laut: Menyatu dengan Alam dan Nilai Kehidupan di Era Modern

6 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 7 Januari 2025   14:26 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabur bunga di tengah laut setelah upacara larung abu (Sumber: Ringgo Star)

Menjelang aktif kembali ke sekolah, saya sangat beruntung mendapat kesempatan untuk mengikuti upacara larung abu jenazah warga lingkungan saya ke laut yang termasuk dalam Selat Madura di pelabuhan Tanjung Tembaga, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Jajaran perahu nelayan di pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo (Sumber: dokumentasi pribadi)
Jajaran perahu nelayan di pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo (Sumber: dokumentasi pribadi)

Hari Sabtu, 4 Januari 2025 lalu merupakan peristiwa yang sangat berkesan bagi saya untuk dapat memberikan penghormatan terakhir pada Ibu Maria Indrawati, sosok yang dikenal sangat baik oleh keluarga, kerabat, sahabat, dan kenalan.

Abu jenazah beliau yang disemayamkan di rumah duka Gotong Royong setelah dikremasi di Sentong Baru Lawang, di penghujung tahun; Selasa, 31 Desember 2024 yang lalu.

Abu jenazah dalam sebuah wadah keramik berbalut kain merah ini dilarung di tengah laut atas permintaan almarhum dan keluarga dengan berbagai pertimbangan dan tradisi leluhur mereka.

Upacara larung abu jenazah di tengah laut (Selat Madura) - Sumber: dokumentasi pribadi
Upacara larung abu jenazah di tengah laut (Selat Madura) - Sumber: dokumentasi pribadi

Melalui peristiwa ini, perdana dalam hidup saya menyaksikan dan mengikuti upacara larung abu jenazah dari awal hingga akhir. Saya pun memetik beberapa hal yang saya bagikan dalam tulisan kali ini. Ternyata akar budaya dapat menembus semua sisi kehidupan termasuk tembok agama dan dogma.

Upacara larung abu jenazah adalah tradisi yang dilakukan oleh beberapa komunitas, terutama yang memiliki akar berbagai budaya seperti Jawa dan Tionghoa, atau tradisi agama tertentu. Upacara ini melibatkan prosesi menaburkan atau menenggelamkan abu jenazah ke laut atau sungai sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal sekaligus simbol penyatuan kembali dengan alam.

Meskipun tradisi ini kental dengan nilai spiritual dan budaya, bagaimana maknanya dipertahankan di tengah modernitas saat ini? Mari kita kulik bersama...

Filosofi Larung Abu

Secara filosofis, larung abu jenazah melambangkan:

  1. Kembalinya jiwa ke asal
    Dalam banyak kepercayaan, manusia dianggap berasal dari alam semesta. Larung abu adalah simbol kembalinya jiwa dan jasad ke unsur asalnya, menyatu dengan alam dan semesta.
  2. Pelepasan dan keikhlasan
    Larung abu menjadi representasi pelepasan ikatan duniawi dan penerimaan keluarga atas kepergian orang tercinta.
  3. Keselarasan dengan siklus Kehidupan
    Tradisi ini mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan yang berujung pada penyatuan dengan alam, menekankan harmoni antara manusia dan semesta.

Larung abu jenazah (dibungkus kain merah) - Sumber: dokumentasi pribadi
Larung abu jenazah (dibungkus kain merah) - Sumber: dokumentasi pribadi

Makna Spiritual dan Budaya

  1. Penghormatan Terakhir
    Upacara ini adalah cara keluarga memberikan penghormatan terakhir yang bermakna, membantu mereka menyelesaikan fase duka dengan khidmat. Seperti halnya saya dengan beberapa sahabat dan kerabat almarhum, melakukan ibadah secara Katolik (sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing) sebelum melaksanakan upacara larung.
  2. Perwujudan Nilai-Nilai Kepercayaan
    Bagi umat Hindu, Buddhis, dan beberapa kepercayaan lokal, larung abu adalah simbol penyucian jiwa untuk melanjutkan perjalanan spiritualnya.
  3. Ikatan Tradisi Leluhur
    Kegiatan ini mencerminkan upaya menjaga tradisi leluhur di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Keluarga almarhum menjelaskan, selain karena tradisi, dengan pertimbangan tertentu keluarga sepakat untuk melarung abu jenazah ke laut mempunyai harapan setelah upacara ini, kapan saja semua keluarga, kerabat, sahabat dan kenalan almarhum dapat mengenang dan memberi penghormatan pada almarhum di laut mana saja.

Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)
Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)

Relevansi di Era Modern

Di era modern seperti saat ini, upacara melarung abu jenazah tetap relevan dengan beberapa penyesuaian seperti:

  1. Adanya Peningkatan Kesadaran Lingkungan
    Dalam konteks modern, larung abu semakin disesuaikan dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Misalnya, penggunaan wadah biodegradable menggantikan bahan yang sulit terurai demi lestarinya ekosistem laut.
  2. Adanya Peningkatan Nilai Spiritual
    Dalam kehidupan yang serba cepat, upacara ini menjadi momen refleksi bagi keluarga untuk memahami nilai-nilai kehidupan dan kematian. Ritual seperti ini memiliki dampak positif dalam proses berduka, membantu keluarga mengatasi rasa kehilangan dengan cara yang terstruktur dan bermakna.
  3. Merupakan Penghubung Tradisi dan Modernitas
    Tradisi larung abu menjadi jembatan antara nilai leluhur dengan kehidupan modern, menunjukkan bahwa praktik budaya bisa berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Merupakan penyatuan tradisi dan kehidupan kontemporer, di mana upacara ini dapat menjadi pengingat pentingnya menghormati tradisi leluhur meski dunia terus berubah.

Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)
Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)

Peningkatan Pemahaman Antarbudaya

Di era globalisasi, upacara seperti larung abu jenazah dapat menjadi media untuk memperkenalkan keindahan tradisi lokal kepada dunia.

Secara keseluruhan, upacara larung abu jenazah tetap relevan di era modern jika dilakukan dengan menyesuaikan praktiknya agar selaras dengan kesadaran lingkungan dan nilai-nilai kontemporer tanpa kehilangan esensi spiritual dan budayanya.

Lebih dari semuanya itu sangat diharapkan untuk memperhatikan kelestarian lingkungan, khususnya kawasan sungai, pantai, atau laut. Seperti telah saya sampaikan bahwa hendaknya menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan agar tak merusak ekosistem laut, seperti murni menggunakan abu murni dan bahan biogedrable.

Bahan biodegradable dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan mempromosikan siklus hidup yang lebih berkelanjutan. 

Beberapa manfaat bahan biodegradable bagi lingkungan antara lain: mengurangi volume sampah, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta meningkatkan kualitas air tanah.

Sesaat setelah larung abu, merapat di dermaga pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo (Sumber: dokumentasi pribadi)
Sesaat setelah larung abu, merapat di dermaga pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo (Sumber: dokumentasi pribadi)

Demikian juga sikap toleransi dengan menghormati keberagaman dalam pelaksanaan tradisi ini sangat diperlukan mengingat tidak semua agama mendukung kegiatan kremasi dan larung abu bagi jenazah.

Upacara larung abu jenazah di laut adalah perpaduan nilai spiritual, budaya, dan penghormatan terhadap alam. Tradisi ini tetap relevan di era modern dengan penyesuaian yang mendukung pelestarian lingkungan dan inklusivitas budaya. 

Larung abu bukan hanya ritual, tetapi juga pesan mendalam tentang harmoni, keikhlasan, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Salam Lestari! (Yy)

Rest in Love: Ibu Maria Indrawati - 31 Desember 2024 dalam kenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun