Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Larung Abu Jenazah di Laut: Menyatu dengan Alam dan Nilai Kehidupan di Era Modern

6 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 7 Januari 2025   14:26 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabur bunga di tengah laut setelah upacara larung abu (Sumber: Ringgo Star)

Larung abu jenazah (dibungkus kain merah) - Sumber: dokumentasi pribadi
Larung abu jenazah (dibungkus kain merah) - Sumber: dokumentasi pribadi

Makna Spiritual dan Budaya

  1. Penghormatan Terakhir
    Upacara ini adalah cara keluarga memberikan penghormatan terakhir yang bermakna, membantu mereka menyelesaikan fase duka dengan khidmat. Seperti halnya saya dengan beberapa sahabat dan kerabat almarhum, melakukan ibadah secara Katolik (sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing) sebelum melaksanakan upacara larung.
  2. Perwujudan Nilai-Nilai Kepercayaan
    Bagi umat Hindu, Buddhis, dan beberapa kepercayaan lokal, larung abu adalah simbol penyucian jiwa untuk melanjutkan perjalanan spiritualnya.
  3. Ikatan Tradisi Leluhur
    Kegiatan ini mencerminkan upaya menjaga tradisi leluhur di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Keluarga almarhum menjelaskan, selain karena tradisi, dengan pertimbangan tertentu keluarga sepakat untuk melarung abu jenazah ke laut mempunyai harapan setelah upacara ini, kapan saja semua keluarga, kerabat, sahabat dan kenalan almarhum dapat mengenang dan memberi penghormatan pada almarhum di laut mana saja.

Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)
Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)

Relevansi di Era Modern

Di era modern seperti saat ini, upacara melarung abu jenazah tetap relevan dengan beberapa penyesuaian seperti:

  1. Adanya Peningkatan Kesadaran Lingkungan
    Dalam konteks modern, larung abu semakin disesuaikan dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Misalnya, penggunaan wadah biodegradable menggantikan bahan yang sulit terurai demi lestarinya ekosistem laut.
  2. Adanya Peningkatan Nilai Spiritual
    Dalam kehidupan yang serba cepat, upacara ini menjadi momen refleksi bagi keluarga untuk memahami nilai-nilai kehidupan dan kematian. Ritual seperti ini memiliki dampak positif dalam proses berduka, membantu keluarga mengatasi rasa kehilangan dengan cara yang terstruktur dan bermakna.
  3. Merupakan Penghubung Tradisi dan Modernitas
    Tradisi larung abu menjadi jembatan antara nilai leluhur dengan kehidupan modern, menunjukkan bahwa praktik budaya bisa berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Merupakan penyatuan tradisi dan kehidupan kontemporer, di mana upacara ini dapat menjadi pengingat pentingnya menghormati tradisi leluhur meski dunia terus berubah.

Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)
Tabur bunga setelah upacara larung (Sumber: dokumentasi pribadi)

Peningkatan Pemahaman Antarbudaya

Di era globalisasi, upacara seperti larung abu jenazah dapat menjadi media untuk memperkenalkan keindahan tradisi lokal kepada dunia.

Secara keseluruhan, upacara larung abu jenazah tetap relevan di era modern jika dilakukan dengan menyesuaikan praktiknya agar selaras dengan kesadaran lingkungan dan nilai-nilai kontemporer tanpa kehilangan esensi spiritual dan budayanya.

Lebih dari semuanya itu sangat diharapkan untuk memperhatikan kelestarian lingkungan, khususnya kawasan sungai, pantai, atau laut. Seperti telah saya sampaikan bahwa hendaknya menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan agar tak merusak ekosistem laut, seperti murni menggunakan abu murni dan bahan biogedrable.

Bahan biodegradable dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan mempromosikan siklus hidup yang lebih berkelanjutan. 

Beberapa manfaat bahan biodegradable bagi lingkungan antara lain: mengurangi volume sampah, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta meningkatkan kualitas air tanah.

Sesaat setelah larung abu, merapat di dermaga pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo (Sumber: dokumentasi pribadi)
Sesaat setelah larung abu, merapat di dermaga pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo (Sumber: dokumentasi pribadi)

Demikian juga sikap toleransi dengan menghormati keberagaman dalam pelaksanaan tradisi ini sangat diperlukan mengingat tidak semua agama mendukung kegiatan kremasi dan larung abu bagi jenazah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun