Patung yang dibuat oleh seniman Palestina, Jonny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi dalam “Nativity of Bethlehem 2024” ini menjadi simbol perjuangan dan harapan bagi Palestina. [Palestine Chronicle].
Patung Keluarga Kudus; Maria, Yusuf, dan bayi Yesus ini di bawah naungan Bintang Betlehem yang ditulis dalam bahasa Latin "Gloria in excelsis Deo et in terra pax hominibus bonae voluntatis" dan Arab yang berarti “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi serta kebaikan hati semua manusia.”
Pembuatan serta kegiatan pameran yang menampilkan pemandangan natal ini diorganisir oleh Komite Presiden Tertinggi Urusan Gereja di Palestina, bagian dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), bersama dengan Kedutaan Besari Palestina untuk Vatikan serta sejumlah lembaga lokal di Bethlehem, yakni Universitas Dar Al-Kalima dan Beitcharilo Center.
Konteks Pameran
Pameran ikonik Vatikan tahun ini mengundang perhatian banyak pemuka agama, tokoh budaya, dan pengamat politik dari berbagai belahan dunia. Kain kaffiyeh, yang identik dengan budaya Timur Tengah, digunakan dalam patung ini sebagai simbol solidaritas dengan masyarakat yang mengalami ketidakadilan dan konflik.
Melalui karya ini, Vatikan ingin menekankan pesan inklusi, perdamaian, dan penyelesaian konflik dengan dialog yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual.
Simbolisme Patung Yesus dan Kain Kaffiyeh
Seringkali Yesus digambarkan dalam konteks kemanusiaan dan kesederhanaan, yang merepresentasikan kedamaian dan pengampunan. Dengan patung ini berdiri di atas kain kaffiyeh, makna yang terkandung semakin mendalam, menghubungkan warisan spiritualitas Kristen dengan isu keadilan sosial dan hak asasi manusia.
Kain kaffiyeh yang menjadi simbol perlawanan dalam konteks perjuangan Palestina sering dimaknai sebagai seruan terhadap ketidaksetaraan dan penindasan. Dengan menggabungkan simbol ini dengan tokoh Yesus, pameran ini menyoroti pentingnya dialog lintas agama dan budaya untuk mengatasi ketegangan yang ada.
Kain kaffiyeh memiliki makna yang kuat dalam sejarah Timur Tengah, terutama sebagai simbol identitas Palestina dan perjuangan kemerdekaan. Dalam konteks pameran ini, penggunaannya dalam patung bayi Yesus tidak hanya mencerminkan solidaritas, tetapi juga mengungkapkan seruan universal untuk keadilan dan kesetaraan tanpa diskriminasi agama dan etnis.
Dengan menempatkan Yesus dalam adegan ini, karya seni ini menyerukan pesan yang mendalam—bahwa semua umat manusia berhak untuk hidup dalam kedamaian, kebebasan, dan keadilan. Ini bukan hanya sekadar simbol politik, tetapi panggilan untuk membangun harmoni dan dialog lintas budaya dan agama.
Respon Publik dan Konteks Global
Vatikan, sebagai pusat spiritualitas Katolik global, memiliki peran strategis dalam mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di berbagai wilayah konflik. Dengan pameran ini, mereka berupaya menyuarakan pesan kasih sayang dan solidaritas tanpa memandang latar belakang etnis atau agama.