"Menjaga hati sama pentingnya dengan menjaga lisan. Sebab, jika seseorang hatinya baik, maka akan keluar dari lisannya perkataan yang baik. Lisan mencerminkan kebersihan hati seseorang." - Habib Ali Zaenal Abidin Bin Abdurrahman Al-Jufri
Berkaca pada peristiwa viralnya bullying pada seorang bapak penjual teh oleh seorang public figure yang seharusnya menjadi panutan, kita diajak untuk merefleksi diri kita sendiri dalam menjaga attitude diri di mana pun kita berada.
Tak perlu kita melakukan “jugde” terus menerus, namun kita lebih menyerahkan semua pada hukum alam dan hukum Ilahi, sebab nyata adanya jika apapun yang kita tabur itulah nanti yang akan kita tuai.
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29)
Mari kita lebih “bertolak ke tempat yang dalam” (duc in altum) untuk melihat diri sendiri dan merefleksikannya, tanpa menghakimi dan menilai tindakan dan keberadaan orang lain. Cukup kita renungkan sembari menjaga hati, perkataan, dan perbuatan kita.
Masa Adven Masa Memperbaiki Diri
Bersamaan dengan hadirnya masa adven yang bagi umat Katolik merupakan waktu yang penuh makna sebagai masa penantian yang sepatutnyalah diisi dengan kebaikan, kasih, dan pertobatan yang nyata.
Seperti dalam ulasan sebelumnya pada misa pembukaan masa adven dengan “Safari Misa Corona Adventus” bahwa tata "Adven" berasal dari bahasa Latin adventus, yang berarti "kedatangan".
Bisa dibaca di "Memaknai Safari Misa Corona Adventus dalam Masa Penantian Kehadiran Tuhan di Hari Natal"
Dalam hal ini umat Katolik diajak untuk merenungkan dan mempersiapkan diri menyambut kelahiran Yesus Kristus selama empat minggu sebelum Natal. Perlu kita ketahui bersama bahwa masa ini bukan hanya tentang menantikan Natal, tetapi juga memperbaiki diri dan semakin mendekatkan diri pada Sang Khalik, Sang Pencipta Alam Semesta.
Baca juga: Retret Kampus Ursulin Cor Jesu 2022 -Dalam peziarahan masa adven umat Katolik mengisi dengan permenungan, pertobatan, dan memperbarui hidup; menjaga hati, perkataan, dan perbuatan sebagai panggilan untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan dan sesama.
Manusia memiliki martabat yang tinggi karena mereka mencerminkan aspek tertentu dari Allah. Ini memberikan dasar untuk penghormatan terhadap setiap manusia.
"Berfirmanlah Allah: 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.' Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (Kejadian 1:26-27)
Menjaga Hati
Hati adalah pusat kehidupan spiritual dan rohani kita, tempat Allah berbicara kepada kita. Hati menjadi tempat kehadiran Allah.
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).
Melalui ayat ini kita diingatkan sekaligus diundang untuk membersihkan hati dari segala kepahitan, amarah, dan kekhawatiran agar siap menerima damai sejahtera dari Allah pada masa penantian ini.
Hati yang dipenuhi damai dan sukacita memampukan kita untuk mendengar suara Tuhan dengan lebih jernih. Melalui doa, refleksi, meditasi, dan membaca Firman Tuhan, kita dapat membangun hubungan yang lebih intim dengan-Nya. Membuka hati untuk kehadiran Allah adalah langkah pertama dalam mempersiapkan diri menyambut Kristus.
Menjaga Perkataan
Perkataan adalah sarana untuk membangun dan memberkati. Perkataan memiliki kuasa besar untuk membangun atau meruntuhkan.
Dalam Yakobus 3:5-10, lidah digambarkan sebagai api kecil yang mampu membakar hutan besar.
“Dari mulut yang sama keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidaklah patut terjadi demikian.” (Yakobus 3:10)
Masa Adven adalah kesempatan untuk merefleksikan cara kita berbicara. Apakah perkataan kita mendatangkan damai atau justru melukai orang lain? Apakah perkataan kita membawa kedamaian atau justru menyulut konflik?
Di masa ini, mari memilih kata-kata yang menguatkan, memotivasi, dan membawa sukacita bagi orang lain. Ingatlah, Yesus sendiri adalah Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14), sehingga perkataan kita juga harus mencerminkan kasih-Nya.
Masa Adven adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan bagaimana kita menggunakan perkataan kita sehari-hari. Dalam semangat Adven, kita diajak menggunakan perkataan untuk membawa penghiburan, harapan, dan sukacita. Kata-kata yang lembut dan penuh kasih mencerminkan kehadiran Kristus dalam hidup kita.
Menjaga Perbuatan
Adven tidak hanya pentingnya menjaga hati dan perkataan, melainkan lebih pada juga perbuatan nyata yaitu dengan melakukan tindakan yang mencermainkan cinta kasih sejati seperti teladan Kristus sendiri.
“Apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40)
Adven mengajak kita untuk hidup seperti Kristus, yang hadir di dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Matius 20:28). Kita pun dipanggil untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya pada dunia dengan melakukan tindakan-tindakan nyata.
Tindakan kecil namun penuh cinta memiliki arti besar dengan memberi dan berbagi kasih dengan yang lemah dan membutuhkan, mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, atau membantu dengan tulus adalah contoh konkret menjaga perbuatan kita.
Masa adven juga menjadi kesempatan untuk mengoreksi diri atas kesalahan atau dosa yang telah kita perbuat. Pertobatan sejati memerlukan perubahan nyata dalam tindakan sehari-hari.
Adven adalah Waktu untuk Merenung dan Bertumbuh
Adven adalah waktu untuk bertumbuh dalam iman, harapan, dan kasih. Dengan menjaga hati, perkataan, dan perbuatan, kita mempersiapkan diri menjadi tempat tinggal yang layak bagi Kristus. Lilin-lilin Adven yang menyala satu per satu menjadi simbol terang yang semakin mendekati puncaknya, yaitu kelahiran Sang Juru Selamat.
Mari jadikan masa Adven ini sebagai momen memperbarui komitmen untuk hidup dalam kasih Allah. Dalam segala hal, biarlah hati kita penuh damai, perkataan kita penuh berkat, dan perbuatan kita mencerminkan kasih sejati.
Adven adalah waktu yang penuh harapan. Sebagaimana lilin-lilin dalam lingkaran Adven dinyalakan satu per satu, demikian juga kita diajak untuk semakin dekat pada terang Kristus. Melalui hati yang murni, perkataan yang membangun, dan perbuatan yang penuh kasih, kita dapat menjadi saksi Kristus di dunia yang sering kali gelap dan penuh tantangan.
Di masa penantian ini, mari kita mempersembahkan hidup yang lebih baik sebagai bentuk syukur atas kasih Allah yang tidak terbatas. Dengan menjaga hati, perkataan, dan perbuatan, kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya yang membawa damai dan keselamatan bagi dunia.
Mari kita safarikan hati yang baik, perkataan yang baik, dan perbuatan yang baik kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Selamat menjalani peziarahan masa adven bagi sahabat yang menjalankannya. Salam, doa, cinta! (Yy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H