Bersit keraguan dalam hatiku mengangkasa ketika topik pilihan Kompasiana tentang "One Hit Wonder" ini naik ke permukaan; menulisnya atau tidak.Â
Ada rasa lain terselip dan aku terusik untuk memetik dawai gitar dan mulai kembali menyenandungkannya.
Lagu kesukaan yang booming di masa putih biru ini menyisakan kisah pilu delapan tahun kemudian.
Lagu Pilihan Ujian Praktik Seni Musik
Menyoal one hit wonder, ingatanku terbentur pada lagu "More than Words" yang dipopulerkan oleh kelompok musik Extreme. Lagu ini booming ketika aku duduk di kelas dua SMP semester ganjil di tahun 1991. Lagu ini acap kali terdengar di radio dan sering diputar di pertokoan.Â
Tak sedikit dari orang berbagai kalangan dan genre berburu kasetnya di toko-toko kaset baik di toko-toko juga di pasar Senggol.
Aku sendiri juga berusaha untuk mendapat kaset itu, yang akhirnya kuperoleh dari kakak sepupu dari Surabaya. Gembiranya tidak terkira, dan setelahnya mulai mati-matian belajar akord gitarnya untuk bisa menyanyikannya.
Tak hanya itu, lagu ini menjadi ajang kirim dan request lagu di radio-radio. Paling kuingat di tahun 1991 an, aku sering berjalan kaki rame-rame ke stasiun radio Imanuel hanya untuk mengirim request lagu, termasuk lagu ini.
Saking senengnya, aku pun memilih lagu ini sebagai lagu yang ditampilkan saat ujian praktik seni musik selain satu lagi "Wind of Change" - nya Scorpions menjelang kelulusan tahun 1992 meskipun pamor musisinya hanya berhenti di lagu itu saja. Sekali muncul langsung booming fantastis, lalu meredup dan hilang.
Satu yang tak hilang bahkan akan abadi, ya lagunya sendiri yang bertajuk "More than Words"Â ini.
Kembalinya Ingatan Masa Sekolah
Lagu Extreme yang diciptakan oleh salah satu frontman grup musisi Extreme, Gary Cherone ini sangat lekat di ingatan. Bait-bait syairnya menyiratkan makna yang sangat dalam, dan aku sangat suka pakai banget.
Mengapa ada bersit ragu untuk menuliskan tentang lagu ini?Â