Lahan seluas 1 hektar yang semula dipinjam dari Ibu Tumi pada akhirnya dibeli dan dibayar lunas kepada keluarga beliau setelah Ibu Tumi meninggal dunia. Seiring berjalannya waktu tempat doa ini kemudian direnovasi dan dikembangkan sebagai tempat ziarah jalan salib dan gua Maria yang ramai dengan peziarah hingga kini.
Kini tempat ini dikelola oleh Bapak Yohanes Yulianto Purnomo.
Menjadi Destinasi Wisata Religi
Gua Maria Sendangrejo merupakan salah satu destinasi wisata yang masuk dalam katalog "Blitar City Tourism" sebagai destinasi wisata religi selain Masjid Baiturrahim, Langgar An-Nur, Pura Sapto Argo Sido Langgeng, dan Vihara Bodhigiri.
Gua Maria Sendangrejo diresmikan oleh Bupati Blitar ke-4, Drs. Djarot Syaiful Hidayat pada tahun 2005. Setelah dilakukan renovasi dan pembangunan, pemerintah kota Blitar memasukkan Gua Maria Sendangrejo sebagai salah satu obyek wisata religi di kota Blitar dan sejak itu destinasi wisata religi ini terbuka untuk umum.
Gua Maria Sendangrejo ini diberkati oleh Bapa Uskup Surabaya Mgr. (Baca Monsinyur) Vincentius Sutikno Wisaksono (almarhum) pada 1 Januari 2012 dan menjadi tempat doa, meditasi dan ziarah bagi umat Katolik.
Ambiance Sejuk dan Meditatif
Di tengah hamparan sawah dan perumahan penduduk, dikelilingi pohon-pohon yang rimbun dan teduh membuat Gua Maria ini sejuk dan pas untuk rileks. Ketenangannya juga membuat kita dapat bermeditasi dan berdoa dengan khusuk. Letaknya di bantaran sungai juga membuat tempat ini sejuk dan degar oleh gemericik air sungai.
Ambiance sejuk dan meditatif disertai sarana yang mendukung menjadikan tempat ini selalu menjadi pilihan dalam wisata ziarah dan rekreasi.
Berbagai kegiatan rohani mulai usia anak sekami (Sekolah Minggu), remaka (Remaja Katolik), Misdinar, orang muda Katolik (OMK), kelompok-kelompok rohani Katolik, baik lingkungan, wilayah, dan paroki maupun kategorial seperti Legio Maria, Wanita Katolik Republik Indonesia hingga lansia sering diselenggarakan di tempat ini.