Belum sempat kuketuk pintunya, Kikan puteri cantik Pak Fendi membuka pintu dan tersenyum.
"Hai Kikan, maaf aku datang terlambat. Kok sepi, mana Pak Fendi dan teman yang lain?”
“Wah, Mas Yos tidak membaca pesan WA grup karang taruna siang tadi ya, rapat ditunda besok karena Bapak ke Bantul melayat sahabatnya yang meninggal", papar Kikan.
“Owh begitu ya…”
Aku tersipu, tersenyum tipis malu-malu. kuingat sepanjang hari ini aku menahan emosi. Ponselku tercebur di kloset kantor desa dan tak bernyawa lagi.
Jantungku kembali berdebar. Bukan karena tepesona wajah Kikan, tetapi karena lolongan anjing di ujung jalan setapak yang mengusik bulu kudukku. Dan celakanya aku harus kembali pulang melewati jembatan reyot sebelah makam itu lagi. (Yy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H