Selain dari pada itu, saya juga tergiring untuk mengamati sembari turut mencari keberadaan anak hilang dengan ciri-ciri yang diumumkan tadi.
Salah Siapa?
Beberapa kasus terjadi karena murni kelalaian orang tua. Di saat orang tua lengah karena harus konsentrasi pada satu hal, si anak terlepas dari pantauan.
Namun tak sedikit juga karena anak di rentang usia 5 tahun ke atas atau sudah sekolah merasa dirinya mandiri dan tidak mau diawasi orang tuanya.Â
Mereka masuk ke wahana-wahana tanpa pendampingan, atau hanya ditemani oleh kakaknya yang juga seringkali ceroboh dan lalai.
Kesempatan-kesempatan ini yang dipergunakan oleh oknum penculik. Melalui pendekatan persuasif atau bahkan juga dengan kekerasan anak-anak polos ini tak berdaya di tangan penculik yang pasti tidak bertindak sendirian. Mereka sebuah sindikat yang tak mudah juga diberantas begitu saja.
Dalam kasus ini, tidak ada pihak lain yang dapat disalahkan selain orang tua anak-anak itu sendiri. Kecuali anak-anak ini sudah dititipkan kepada pihak lain seperti guru, kerabat, teman atau siapa saja yang diberikan kepercayaan oleh orang tua.
Dan manakala hal ini terlanjur terjadi, salah menyalahkan sudah tidak perlu diperdebatkan karena yang diperlukan adalah solusi dengan aksi sebagai upaya menyelamatkan anak-anak yang terlanjur lepas dari pengawasan ini.
Tindakan Preventif
Sebagai tindakan pencegahan atau preventif untuk hal serius ini, sangat diperlukan tindakan, seperti:
- Waspada penculikan anak di waktu liburan. Tak henti-henti orang tua atau yang dewasa bersikap waspada terhadap upaya kejahatan ini di mana saja.
- Tidak melepaskan anak begitu saja tanpa pengawasan meskipun si anak memberontak. Minimal mengawal dari jarak tertentu.
- Membekali anak untuk tidak mempercayai orang asing dan mengenalkan cara dan trik oknum yang mencurigakan.
- Mengenakan pakaian yang khas yang pada anak agar mudah dikenali.
- Mengajarkan pada anak untuk menghafal nama orang tua, alamat rumah atau jika memungkinkan nomor kontak orang tua. Hal ini penting jika anak ini tersesat di keramaian. Anak juga perlu diajarkan untuk menghubungi pihak obyek wisata seperti sekuriti, kantin, penjaga toilet atau OB yang paling dekat dengan posisinya saat itu.
Jika hal ini terlanjur terjadi maka kita perlu mencoba untuk tetap tenang dan segera melaporkan pada pihak obyek wisata (customer service) atau pihak berwajib.Â