"Medhayoh" adalah istilah dalam budaya jawa yang berarti bertamu. Namun tidak sekadar bertamu secara umum, dimana seseorang datang ke rumah saudara atau orang lain secara fisik, "Medhayoh" adalah bertemunya hati seseorang dengan saudara atau orang lain, baik memiliki tujuan penting sampai pada hanya sekadar "tilik dulur" atau bahkan sekadar mampir karena kebetulan lewat rumahnya. [ademosindonesia.or.id]
KIM Mbois Bunulrejo sebagai wadah yang bekaitan langsung dengan ini telah lebih dulu bergerak sebelum diresmikan.
Langkah awal yang dibuat adalah dengan mengadakan seminar kajian yang bertemakan “Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata dan Pengembangan Kepemudaan Tourism" pada 25 Februari 2018 tepat di puncak HUT Kelurahan Bunulrejo yang ke 1083.
Langkah berikutnya adalah digelarnya “Flashmob Tari Bapang dan Bunulrejo Culinary Festival” pada 27 Oktober 2019 di depan pasar tradisional Bunulrejo yang diikuti oleh 1000 penari yang terdiri dari anak-anak hingga ibu-ibu rumah tangga. Selain untuk mengenalkan Tari Bapang kepada masyarakat, kegiatan ini dimaksudkan lebih pada upaya melestarikan budaya tradisional asli Malang.
Pada 23 November 2019, KIM Mbois Bunulrejo dengan branding “Medhayoh Bunulrejo” Kembali menggelar “Recycling and Batik Night Carnival” yang menampilkan kreasi karya warga kelurahan Bunulrejo. Kegiatan yang dibuka dengan penampilan musik perkusi ini menampilkan kreativitas mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Kegiatan yang mendongkrak ekonomi kreatif masyarakat ini menampilkan fashion show dengan busana dari daur ulang dan batik on the street yang dimeriahkan dengan gelaran bazaar dan pameran produk UMKM Bunulrejo.
Event-event megah ini rencananya akan digelar secara berkelanjutan sehingga dapat juga mendongkrak kunjungan wisata ke Kota Malang, khususnya ke wilayah Kelurahan Bunulrejo. Hanya saja rencana ini belum dapat terealisasi kembali karena badai pandemi Covid-19 di awal tahun 2020.
Namun meskipun demikian pemberdayaan masyarakat di kelurahan ini tetap berlanjut dan bertahan, bahkan kini telah menjelma menjadi kampung-kampung yang mandiri dan mulai melahirkan potensi-potensi yang khas dan menarik yang layak dilestarikan sebagai pariwisata berkelanjutan.
Kampung Wisata Kreatif
Setelah terbelenggu oleh badai Covid-19 selama kurun waktu tiga tahun, geliat perekonomian kreatif masyarakat di kelurahan Bunulrejo mulai tampak. Jika sektor urban farming bisa bertahan bahkan semakin berkembang, maka sektor lain berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat seni dan teatrikal juga kini mulai kembali mempunyai nafas.
Nafas ini yang menghidupi kreativitas masyarakat yang bergerak menuju perkembangan menjadi sebuah desa wisata yang diperkaya dengan kampung-kampung wisata yang mempunyai ciri khas masing-masing.
Kelurahan Bunulrejo memiliki 21 RW yang masing-masing mempunyai kekhasan dan sangat mendukung ekonomi kreatif masyarakat berkelanjutan. Dengan “ruh” masa 935 Masehi kampung-kampung ini bertumbuh, berkembang dan dipersiapkan menjadi sebuah kampung wisata yang diharapkan tak mati ditelan waktu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya