Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Boso Walikan Malangan Sebuah Sandi yang Menjadi Identitas Bhumi Arema

14 Desember 2023   12:00 Diperbarui: 15 Desember 2023   14:15 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kota Malang. (Foto: KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)

Dukut Imam Widodo dalam buku Malang Tempo Doeloe (Bayumedia, 2006) menjelaskan bahwa Boso Walikan ini digunakan sebagai bahasa isyarat atau sandi dalam melakukan perlawanan oleh Gerilya Rakyat Kota oleh pejuang gerilya pada Agresi Militer II (Maret 1949).

Pahlawan asli Kota Malang Mayor Hamid Roesdi | Foto : kumparan.com 2020
Pahlawan asli Kota Malang Mayor Hamid Roesdi | Foto : kumparan.com 2020

Bahasa isyarat atau sandi diperlukan sebagai sarana komunikasi yang menjamin kerahasiaan, khususnya sebagai identifikasi pengenal mana kawan, mana lawan. Hal ini dirasa sangat penting karena pada masa perang, Belanda selalu menyebar mata-mata dalam melakukan gerakan dan serangan. Sandi diperlukan untuk mengacaukan taktik Belanda.

Tercatat dalam sejarah tiga nama pahlawan yang ikut andil dalam tercetusnya kode Boso Walikan ini. Mereka bertiga adalah Mayor Hamid Roesdi, Suyudi Raharno dan Wasito, kera ngalam jika dibaca terbalik artinya arek Malang pertama yang menjadi penentu keberhasilan melawan pasukan Belanda.

Flyer Pemkot Malang tentang
Flyer Pemkot Malang tentang "Osob Kiwalan" atau Boso Walikan | Foto : twiiter @PemkotMalang

Pahlawan asli Malang, Mayor Hamid Roesdi gugur tertembak di dukuh Sekarputih, Wonokoyo pada 8 Maret 1949. Pada September 1949, Suyudi Raharno juga gugur disergap Belanda di pagi buta di pinggiran wilayah dukuh Genukwatu (sekarang Purwantoro). Seminggu sebelum itu, Wasito kawan akrab yang turut mencetuskan Boso Walikan juga gugur dalam pertempuran di Gandongan (sekarang Pandanwangi).

Untuk mengenang jasa Mayor Hamid Roesdi dibuatlah patung yang tinggi menjulang di jalan Simpang Balapan, Ijen Boulevard Malang.

Patung Mayor Hamid Rusdi di Simpang Balapan, Ijen Boulevard Kota Malang. Foto: Ulul Azmy @kumparan.com
Patung Mayor Hamid Rusdi di Simpang Balapan, Ijen Boulevard Kota Malang. Foto: Ulul Azmy @kumparan.com

Sebuah Kekayaan Budaya

Boso Walikan yang pada mulanya sebagai sandi dalam perang gerilya, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Boso Walikan menjadi Bahasa pergaulan sehari-hari dan berkembang sesuai  kondisi masyarakat setempat hingga menjadi bahasa prokem (slang) khas dalam kehidupan masyarakat Malang.

Perlu kita ketahui juga bahwa tidak semua kata atau bahasa dapat begitu saja diubah atau dibalik. Kata-kata umum saja yang biasanya dibaca secara terbalik, seperti nakam (makan), uklam (mlaku), ilakes (sekali), rudit (tidur), kadit (tidak) dan masih banyak lagi. 

 Sangat nampak kata-kata tersebut hampir semua kata diambil dari Bahasa Indonesia dan bukan dari Bahasa Jawa. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kata-kata yang mudah dibalik justru kata-kata dalam Bahasa Indonesia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun