Seperti halnya arsitek yang berasal Amsterdam pada masa itu yang sangat menyukai detail-detail bangunan dengan desain keterampilan tangan yang tinggi, sebagai warisan dari aliran art and craft William Morris, Hulswit juga merancang sendiri altar gereja ini. Altarnya dibuat dari kayu yang dipesan dari tukang kayu Cina di Surabaya dan sejak tahun 1965 altar ini tidak dipergunakan lagi.
Nama Hulswit sang arsitek tercantum dalam prasati batu marmer yang terletak di dalam gereja tersebut dalam bahasa Belanda, jika diterjemahkan adalah sebagai berikut: "Gereja ini dipersembahkan kepada Hati Kudus Yesus, didirikan berkat kemurahan hati dari Yang Mulia Monseigneur ES Luypen, dirancang oleh arsitek MJ. Hulswit dan semasa penggembalaan yang terhormat Romo GDA Joncbloet dan Romo FB. Meurs pada tahun 1905 telah diberkati oleh YM. Monseigneur Edmundus Sijbrandus Luypen, uskup Tituler dari Orope, Vikaris Apostolik dari Batavia."
Hulswit selalu menyematkan namanya di setiap bangunan yang ia dirikan. Demikian juga ketika ia membangun gereja atau kapel Cor Jesu pada tahun 1926, ia menyematkan prasasti berukir namanya di dinding bagian luar gereja.
Dapat dibaca di :
Meskipun tak semegah gereja neo gothic di Eropa, gereja Kayutangan ini merupakan master piece yang abadi dan masih bernafas di Kota Malang. Ruh-nya masih mengisi hiruk pikuk kawasan sekelilingnya, Kawasan Kajoetangan Heritage yang selalu menyala.
Menara Gereja Pernah Dua Kali Runtuh
17 Desember 1930 menara gereja ini dibangun secara utuh dengan ketinggian 33 meter. Dibangun pada masa Mgr Clemens van der Pas, O.Carm ketika diangkat sebagai Prefek Apostolik Malang pertama tahun 1927.
Pembangunan ini dilakukan sesuai rencana arsitek Ir. Albert Grunberg dengan menggunakan konstruksi rangka namun bukan sistem cross vault seperti umumnya sistem konstruksi Gothic. Jendela-jendela kacanya khas Gothic berbentuk busur lancip. Plafon pada langit-langitnya juga berbentuk lekukan khas Gothic yang terbuat dari besi, yang merupakan rekayasa dari arsitek Hulswit sendiri.
Dalam sejarah tercatat, menara tersebut runtuh dua kali sejak dibangun 1930. Pertama, pada 10 Februari 1957 menara runtuh ketika berlangsung khotbah di dalam gereja. Pada waktu itu sebuah salib di ujung menara runtuh dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja. Peristiwa kedua terjadi sepuluh tahun kemudian pada 27 November 1967, ketika sebuah pesawat TNI Angkatan Udara menabrak menara hingga runtuh.
Menyimpan Benda SejarahÂ
Dalam perpustakaan biara Karmel tersimpan benda-benda bersejarah yang disimpan dan dirawat sejak diketemukan pada tahun 1950.